Informasi Terpercaya Masa Kini

Dosen Unesa: Konsumsi Gula Bukan Penyebab Utama Diabetes

0 2

KOMPAS.com – Faktor penyebab penyakit diabetes seringkali disalahartikan masyarakat karena kebanyakan konsumsi gula.

Dosen Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Desty Muzarofatus Sholikhah justru mengungkapkan jika diabetes bukan karena banyak mengonsumsi gula.

Diabetes melitus bukan hanya persoalan gula, tetapi merupakan hasil dari berbagai faktor yang berkaitan erat dengan gangguan metabolisme karbohidrat dan gaya hidup yang tidak sehat.

Baca juga: 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri, Bisa Kuliah di Kampus Top

Gangguan metabolisme karbohidrat

Ia diabetes disebabkan oleh gangguan metabolisme karbohidrat yang melibatkan organ pankreas dan hormon insulin.

Pankreas memiliki peran penting dalam memproduksi hormon insulin yang berfungsi untuk membawa glukosa ke sel-sel tubuh sebagai sumber energi utama. Glukosa ini diperoleh dari makanan sehari-hari, terutama yang mengandung karbohidrat.

Pada individu yang sehat, insulin bekerja efektif untuk menjaga kadar glukosa darah tetap stabil. Namun, pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau insulin yang dihasilkan tidak berfungsi dengan baik.

“Ini menyebabkan glukosa tetap berada di dalam darah dan tidak terserap oleh sel-sel tubuh, sehingga kadar gula darah menjadi tinggi,” tambahnya, dilansir dari laman Unesa.

Baca juga: Beasiswa S1-S3 Gratis ke Rusia, Tanpa IELTS/TOEFL dan Batas Usia

Banyak orang hanya fokus pada gula. Padahal karbohidrat sederhana dari makanan sehari-hari seperti nasi, roti, dan makanan ringan yang tinggi karbohidrat juga berkontribusi besar dalam meningkatkan kadar glukosa dalam darah.

Namun, konsumsi karbohidrat dan gula bukanlah satu-satunya faktor. Selain pola makan, obesitas atau kelebihan berat badan juga memengaruhi sensitivitas insulin.

Orang yang mengalami obesitas lebih rentan mengalami resistensi insulin, karena adanya peradangan dalam tubuh yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat.

“Peradangan kronis ini dapat mengganggu kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat dimanfaatkan dengan optimal oleh tubuh,” tambahnya.

Desty menekankan bahwa kadar gula darah pada penderita diabetes bisa tetap stabil dengan menjalani gaya hidup sehat. Bagi penderita diabetes yang kadar gula darahnya sudah stabil, konsumsi gula harian tidak boleh melebihi dua sendok makan.

Desty juga menyoroti bahwa sebenarnya tubuh manusia tidak memerlukan makanan manis secara khusus. Kebutuhan akan makanan manis lebih sering disebabkan oleh keinginan pribadi daripada kebutuhan biologis.

Sebagai alternatif gula, beberapa penderita diabetes memilih pemanis alami seperti stevia. Menurutnya, penggunaan stevia memang bisa menjadi pilihan yang lebih baik bagi penderita diabetes, tetapi harus digunakan dengan hati-hati.

“Meskipun stevia dianggap lebih aman, yang terbaik adalah tetap mengatur pola makan dengan baik dan tidak bergantung pada pemanis buatan atau alami dalam jangka panjang,” tambahnya.

Terkait faktor genetik, dosen kelahiran Lamongan itu menegaskan bahwa pengaruh genetik tidak sebesar gaya hidup. Meskipun seseorang memiliki riwayat keluarga penderita diabetes, gaya hidup yang sehat dapat membantu mengurangi risiko terkena diabetes.

Budaya pola makan dan aktivitas fisik di masyarakat Indonesia juga menjadi faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah penderita diabetes. Budaya olahraga belum benar-benar masuk ke dalam kebiasaan sehari-hari. Banyak orang masih menganggap bahwa berolahraga itu tidak penting, dan bahkan kegiatan seperti berjalan kaki sering dianggap remeh.

“Olahraga bukan sekadar untuk kebugaran, tapi juga penting untuk menjaga metabolisme tubuh dan mencegah resistensi insulin. Dengan olahraga teratur, kadar glukosa darah bisa lebih stabil dan sensitivitas insulin bisa ditingkatkan,” jelasnya.

Kunci utama pencegahan diabetes melitus adalah gaya hidup sehat. Dosen gizi ini berharap masyarakat semakin sadar bahwa diabetes bukan hanya soal gula, melainkan juga terkait erat dengan pola makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan sehari-hari.

Leave a comment