Informasi Terpercaya Masa Kini

Kisah Perajin Batik Kujur Tanjung Enim Angkat Warisan, Inovasi, dan Keberlanjutan

0 6

JAKARTA, KOMPAS.com – Di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, nama Batik Kujur kian hari kian terdengar. Bagi penduduk Tanjung Enim, Batik Kujur bukan hanya kain batik biasa. Lebih dari itu, Batik Kujur memiliki makna tersendiri yang menggambarkan jejak sejarah dan warisan budaya.

Kini para perempuan di Tanjung Enim banyak yang menjadi perajin batik, tergabung dalam kelompok-kelompok. Salah satu sosok yang juga menjadi perajin batik ini adalah Mayar Rizki, seorang wanita berusia 35 tahun yang kini menjabat sebagai Ketua Batik Kujur Quineemay, sekaligus menjadi pengrajin aktif.

Dengan dukungan PT Bukit Asam (PTBA), Sebanyak 12 kelompok perajin Batik Kujur, termasuk Mayar dan kelompoknya telah berhasil membawa Batik Kujur dari Tanjung Enim semakin terdengar oleh masyarakat luas hingga ke mancanegara.

Baca juga: Kisah Batik Aromaterapi dari Madura, Berhasil Ekspor ke Amerika Serikat

Asal-usul Batik Kujur tidak terlepas dari sejarah Tanjung Enim yang kaya akan cerita-cerita terdahulu. Mayar bercerita, nama “Kujur” berasal dari pusaka milik Puyang Pelawe Kujur, seorang penyebar Islam di daerah ini yang dihormati masyarakat setempat.

Puyang Pelawe dikenal akan senjatanya yang berbentuk tombak dengan terbungkus bambu yang disebut Kujur. Kini kujur menjadi motir batik yang dilestarikan di Tanjung Enim.

“Nah, untuk mengenang jasa-jasanya itu, makanya kami aplikasikan ke batik, sehingga dikatakan Batik Kujur. Bagi kami, Kujur adalah bagian penting dari identitas kami,” ujar Mayar saat diwawancara oleh Kompas.com, (03/11/2024).

Baca juga: Para Pelaku Usaha Ini Membuat Inovasi Produk yang Unik dengan Batik

Awal Pemberdayaan Perajin Batik Kujur

Pada 2019, perajin Batik Kujur pertama kali menjadi binaan dari PT Bukit Asam. Dengan pelatihan awal selama 15 hari, mulanya sebanyak lima kelompok perajin memulai perjalanan mereka menjadi pengrajin batik yang lebih professional dalam segi bisnis dan produksi.

PTBA memberikan pembekalan dasar, mulai dari teknik membatik hingga cara mengelola bisnis kerajinan. Semakin meningkat potensinya, kini lima kelompok tersebut kemudian berkembang menjadi 12 kelompok dan melibatkan 35 orang perajin.

Baca juga: Rumah Batik Fractal Fasilitasi Pemberdayaan UMKM Batik

“Kami merasa sangat terbantu oleh PTBA. Kami yang sebelumnya banyak yang tidak memiliki pekerjaan kini menjadi perajin batik yang berpenghasilan,” kenang Mayar.

Inovasi Berkelanjutan yang Ekonomis

Salah satu inovasi yang cukup mereka banggakan diterapkan dalam produksi Batik Kujur adalah penggunaan cap dari limbah kertas, bukan dari cap tembaga yang harganya jauh lebih mahal.

Harga cap tembaga mencapai Rp 300.000 hingga Rp1.000.000. Sementara dengan membuat cap sendiri menggunakan limbah kertas, mereka bisa menghemat dari segi ekonomis tetapi juga mengusung keberlanjutan.

Baca juga: Batik Kendal Andalkan Motif yang Gambarkan Kondisi Geografis

Proses pelatihan yang diberikan PTBA membantu para pengrajin membuat cap kertas ini sendiri, memungkinkan mereka membuat cap dengan motif yang dapat di-custom sesuai permintaan pelanggan.

“Untuk perajin seperti kami yang modalnya terbatas, cap dari kertas limbah adalah solusi. Selain ekonomis, cara ini juga lebih ramah lingkungan,” jelas Mayar.

Selain inovasi dalam cap batik, Batik Kujur juga menerapkan prinsip keberlanjutan pada pewarnaannya. Mayar menjelaskan bahwa mereka menggunakan pewarna sintetis dan alami, menyesuaikan dengan kebutuhan dan selera pasar.

Baca juga: Tips Jualan Daster Batik di TikTok, Bisa Dapat Omzet Selangit

Langkah ini menunjukkan komitmen Batik Kujur dalam menjaga kelestarian alam sembari tetap menghasilkan batik berkualitas. Dengan inovasi yang ramah lingkungan ini, Batik Kujur bisa menginspirasi pengrajin batik lain di Indonesia untuk menciptakan produk yang lebih berkelanjutan.

Meningkatkan Perekonomian Perajin dan Warga Sekitar

Keberhasilan Batik Kujur tidak hanya membawa dampak pada pelestarian budaya mereka, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Tanjung Enim.

Sebelum bergabung dengan komunitas pengrajin batik, banyak ibu rumah tangga di sana yang tidak memiliki penghasilan tetap. Namun dengan bergabungnya Batik Kujur menjadi UMKM Binaan PTBA atau yang lebih dikenal dengan Sentra Bisnis Bukit Asam (SIBA), para ibu di Tanjung Enim memiliki peluang untuk memajukan bisnis Batik Kujur.

Baca juga: Lewat Photoshoot, Cara Helwa Branding Batik jadi Tak Kuno

Seiring berjalannya waktu, penghasilan para pengrajin meningkat, terutama setelah batik mereka semakin dikenal dan mendapat banyak pesanan dari luar daerah.

Seperti cerita Mayar yang merasakan sendiri peningkatan perekonomiannya. Pada awal 2020, penghasilan Mayar dari batik yang diproduksi kelompoknya mencapai Rp 20 juta per bulan, meningkat drastis dari tahun-tahun sebelumnya.

“Awalnya tahun 2019 itu penghasilan saya sekitar Rp 1 juta sampai Rp 2 juta dari batik pertama kami bikin itu. Nah, di awal tahun 2020 itu sudah meningkat bahkan bisa mencapai Rp 20 juta perbulan penghasilannya. Taraf hidup dan perekonomian masyarakat juga meningkat dan terbantu,” ungkapnya.

Peningkatan pesanan batik ini juga mendorong keterlibatan warga sekitar yang bekerja sebagai freelancer. Setiap ada permintaan besar, kelompok Mayar membuka kesempatan bagi warga setempat untuk ikut membantu produksi.

Baca juga: Perjalanan Ratna Merintis Batik Handayani Geulis, Mulai dari Melahirkan Pengrajin Batik Bogor

“Kami melibatkan warga sekitar sebagai freelancer, sehingga mereka juga bisa mendapat penghasilan. Dengan begitu, ekonomi lokal pun ikut terbantu,” tambahnya.

Membawa Batik Kujur Ke New York

Keikutsertaan Batik Kujur dalam berbagai pameran dan acara promosi merupakan bagian dari langkah besar menuju pasar yang lebih luas. PT Bukit Asam mendukung upaya ini dengan mengikutsertakan Batik Kujur dalam banyak pameran dan mengiklankannya melalui platform online.

Dengan cara ini, Batik Kujur tidak hanya dikenal di Sumatera Selatan, tetapi juga di Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Bahkan, Batik Kujur sempat tampil di ajang fashion show di New York, sebuah pencapaian yang membanggakan bisa membawa produk lokal dari Tanjung Enim tampil di ajang luar negeri.

Baca juga: Kembangkan Batik Kujur, Bukit Asam Berdayakan Ibu Rumah Tangga di Tanjung Enim

Mayar berharap, ke depan, Batik Kujur bisa terus memperluas jangkauan pemasarannya dan masuk ke pasar internasional. Dengan dukungan berbagai pihak, ia optimistis bahwa batik dari Tanjung Enim ini akan dikenal lebih luas dan semakin dihargai.

“Harapan saya, Batik Kujur dapat terus berkembang dan dikenal di mancanegara. Kami ingin membawa nama Tanjung Enim dan memperkenalkan batik yang terinspirasi dari warisan leluhur ke seluruh dunia,” ungkapnya penuh harap.

Mengedukasi Generasi Muda untuk Mencintai Batik

Selain pemasaran dan produksi, Batik Kujur juga fokus pada edukasi budaya kepada generasi muda. Mayar mengungkapkan, PTBA sering membawa Batik Kujur untuk mengadakan pameran dan workshop di event-event besar, misalnya INACRAFT dan Langkah Membumi Festival 2024.

Baca juga: Didukung PTBA, Usaha Jamur Tiram di Muara Enim Bangkit dari Dampak Pandemi

Pada acara Langkah Membumi Festival 2024, Batik Kujur berkesempatakan menggelar kegiatan workshop membatik yang yang melibatkan anak-anak muda. Melalui kegiatan ini, mereka mengedukasi dan memperkenalkan proses membatik kepada generasi muda.

“Saat ini, batik masih sering dianggap sebagai pakaian orang tua, padahal batik adalah identitas kita yang seharusnya juga bisa dibanggakan anak-anak muda,” ujar Mayar.

Menurutnya, workshop ini adalah bagian dari misi untuk melestarikan batik sebagai warisan budaya sekaligus mengenalkan generasi muda pada proses produksi yang berkelanjutan.

Baca juga: Kopi Semende Binaan PTBA Sukses Berkibar di Kancah Nasional

Mayar juga menjelaskan mulai dari produksi hingga distribusi, semuanya berfokus pada prinsip-prinsip keberlanjutan. Ia ingin anak muda tahu bahwa batik ini bukan hanya kain, tetapi juga kisah dan komitmen untuk menjaga lingkungan dan ia berusaha menyampaikan pesan itu melalui kegiatan workshop di acara LMF 2024.

Bagi Mayar Rizki dan komunitas Batik Kujur, masih banyak impian dan rencana untuk masa depan yang ingin mereka capai dengan Batik Kujur. Dukungan dari PT Bukit Asam dan respons positif dari masyarakat semakin memotivasi mereka untuk terus berkarya.

Leave a comment