Kades Lega Bisa Bongkar Soal Uang Damai Rp 50 Juta ke Guru Supriyani,Ternyata Siasat Polisi
TRIBUNJATIM.COM – Kepala Desa (Kades) Wonua Raya Kecamatan Baito Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Rokiman akui lega bisa blak-blakan soal uang damai Rp 50 juta ke Guru Supriyani.
Diketahui sebelumnya, Guru Supriyahi sempat dimintai uang damai Rp 50 juta akibat kasus dugaan pemukulan siswanya anak polisi.
Kasus guru honorer di SD Baito itu kemudian viral menjadi sorotan publik.
Kades Rokiman mengungkapkan bahwa ada permintaan uang damai Rp50 juta kepada Supriyani yang dilakukan oleh Polsek Baito.
Baca juga: Sosok dan Harta Surunuddin Dangga, Berhentikan Camat Baito yang Bantu Bu Supriyani, Bupati Terkaya
Namun, sang guru honorer selama 16 tahun itu tak sanggup memenuhi permintaan tersebut.
Dia pun membeberkan asal-usul uang puluhan juta yang diminta kepada Supriyani agar berdamai dengan Aipda WH tersebut.
Sebelumnya, beredar video yang memperlihatkan seorang pria menggunakan seragam dinas berwarna putih, yakni Rokiman.
Dalam video itu, Rokiman menyebutkan bahwa uang damai Rp50 juta tersebut awalnya disampaikan oleh Kanit Reskrim Polsek Baito.
Namun, tak lama setelah video beredar, ada video kedua lagi dari Rokiman yang menyatakan bahwa permintaan Rp50 juta itu keluar dari mulutnya sendiri saat proses mediasi atau atas inisiatif pribadi dari Pemerintah Desa.
Dua pernyataan berbeda dari Rokiman tersebut lantas menjadi sorotan publik.
Atas pernyataan kades tersebut, Propam Polda Sulawesi Tenggara (Sultra) pun memeriksa Rokiman, pada Kamis (31/10/2024).
Dia dimintai keterangan terkait pernyataannya di dua video berbeda tersebut.
Rokiman pun jujur membeberkan bahwa di video kedua, ada campur tangan Kapolsek Baito.
Dia mengaku, video kedua yang menyatakan uang damai diminta atas inisiatif sendiri itu dibuat atas arahan dari Kapolsek Baito, Ipda Muhammad Idris.
“Pas malam Kamis itu yah, di situ banyak orang, ada Pak Kapolres, Pak Kajari di rumah jabatan Pak Camat. Kebetulan di situ juga saya diundang oleh Pak Camat, tapi pada saat itu pertemuan sudah selesai.” ujarnya, Jumat (1/11/2024), dikutip dari TribunnewsSultra.com.
Lalu, tak lama setelah itu, Kapolsek Baito datang meminta bantuan kepada Rokiman.
Dari situlah, kata Rokiman, dirinya diarahkan Kapolsek Baito untuk membuat video dengan keterangan palsu soal uang damai Rp50 juta.
“Disitulah saya diarahkan untuk mengatakan yang tidak sebenarnya (oleh Kapolsek Baito),” ucapnya.
“Pak kapolsek minta saya menyampaikan terkait dana Rp50 juta ini inisiatif dari pemerintah desa untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.”
“Padahal yang sebenarnya permintaan itu (uang damai Rp50 juta) yang menyampaikan Pak Kanit,” tambah Rokiman.
Setelah berkata jujur soal uang damai Rp50 juta itu, Rokiman merasa sangat lega.
“Awalnya mungkin saya ini, tapi saya merasa lega usai memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya,” ujar Rokiman.
Sebelumnya, kasus hukum yang dialami oleh Supriyani berawal dari laporan orang tua murid atas dugaan pemukulan seorang siswa.
Di mana, siswa berinisial MCD, anak dari anggota polisi di Polsek Baito, menyebut luka di pahanya akibat dipukul guru Supriyani.
Atas hal tersebut, Supriyani pun ditangkap dan ditahan oleh polisi, meski dia tidak melakukannya.
Namun, pada akhirnya, penahanan Supriyani ditangguhkan atas izin dari Kepala Pengadilan Negeri (PN) Andoolo.
Meski sudah ditangguhkan, Supriyani tetap harus menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Andoolo, Konawe Selatan, Kamis (24/10/2024).
Susno Duadji Duga Ada Rekayasa
Eks Kabareskrim Polri Komjen Pol. (Purn.) Susno Duadji disebutkan akan menjadi saksi ahli dalam kasus guru Supriyani.
Nantinya, Susno akan hadir via Zoom dalam sidang kelima kasus Supriyani yang akan dilangsungkan pada Senin (4/11/2024) di PN Andoolo mendatang.
Tidak sendiri, Susno juga bersama pakar psikologi forensik, Reza Indragiri.
Mereka bakal memberikan penjelasan tentang kasus Supriyani yang dituding menganiaya muridnya yang merupakan seorang anak polisi.
“Ahli dua orang dan satu saksi. Yang dua ahli Pak Susno Duadji dan Pak Reza Indragiri,” kata Kuasa Hukum Supriyani, Andri Darmawan, Kamis, (31/10/2024), dikutip dari TribunewsSultra.com.
Susno merasa prihatin atas kasus yang menimpa guru Supriyani tersebut.
Dia pun mengendus adanya “bau” rekayasa yang sangat tinggi dalam kasus tersebut.
Bahkan, secara terang-terangan dia menganggap penyidik dan jaksa tidak profesional dalam menangani kasus itu
“Kasus ini bau-baunya rekayasanya sangat tinggi. Kenapa saya menjadi sangat sedih? Pertama kasus ini sebenarnya tidak menjadi pidana, kalau penyidiknya, jaksanya, itu cerdas,” kata Susno dikutip dari Tribun Jakarta yang mengutip dari Youtube Nusantara TV yang tayang pada Jumat (25/10/2024).
Camat dicopot
Kasus guru Supriyani yang dituduh aniaya anak polisi kini berbuntut panjang.
Camat Baito, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) bernama Sudarsono belakangan disebut dicopot dari jabatan gegara bantu guru Supryani.
Pencopotan Camat Baito Sudarsono dari jabatan pun viral di media sosial.
Kini, Bupati Konsel Surunuddin Dangga menjelaskan penyebab sebenarnya Camat Baito Sudarsono dicopot dari jabatan.
Dalam konferensi pers Kamis (31/10/2024) Bupati Konsel tersebut mengatakan Camat Baito Sudarsono sebenarnya bukan dicopot dari jabatan.
Kata dia, Sudarsono hanya ditarik untuk keperluan pembinaan kepegawaian.
Sudarsono digantikan oleh Kasat Pol-PP Konsel, Ivan Ardiansyah, untuk sementara waktu.
Sebelumnya, Sudarsono menjadi sorotan setelah peristiwa dugaan teror penembakan kaca mobil yang dialaminya.
Mobil itu kerap ditumpangi oleh guru honorer bernama Supriyani di Konawe Selatan yang dituduh menganiaya muridnya.
Selama ini, Sudarsono hanya membantu Supriyani dengan menyediakan fasilitas tempat tinggal hingga kendaraan.
Dia tidak campur tangan dalam proses hukum kasus Supriyani.
Baca juga: Guru Supriyani sempat Pasrah, sudah Bayar Rp 2 Juta Demi Bebas dari Polisi, Tapi Malah Diminta Lebih
Sementara itu, Surunuddin berujar Sudarsono ditarik karena membuat pernyataan kepada publik mengenai dugaan penembakan mobil dinas miliknya.
“Dia laporkan ke saya mobil dinasnya ditembak, kata-kata ditembak itu membuat gaduh,” kata Surunuddin di Kendari, Kamis, (31/10/2024), dikutip dari Tribun Sultra.
“Sehingga kita tarik untuk dibina sebagai pegawai.”
Penarikan itu juga bertujuan untuk memastikan keamanan dan ketertiban Konsel, khususnya di Kecamatan Baito.
“Jangan sampai gara-gara ini situasi dan kondisi di sana tidak baik,” ucap Surunuddin.
Dia mengklaim penarikan Sudarsono tak ada sangkut pautnya dengan kasus guru honorer itu.
“Karena (kasus Supriyani) sudah berjalan di meja persidangan.”
“Kalau sudah aman dan masyarakat masih menginginkan dia. Maka kita kembalikan (Camat Baito).”
Mengenai kasus Supriyani. Surunuddin mengklaim pihaknya sudah membantu menanganinya.
Baca juga: 2 Penyebab Guru Supriyani Tolak Restorative Justice, Dituduh Aniaya Anak Polisi Minta Sidang Terbuka
Baca juga: Guru Supriyani Dituduh Aniaya Anak Polisi Kini Diangkat PPPK, Mendikdasmen Abdul Muti: Kami Bantu
“Saya sebetulnya tidak mau sebut, tapi selama kasus ini saya berikan dukungan kepada Supriyani baik itu moril maupun materil, bahkan uang pribadi saya, saya pakai untuk membantu Supriyani selama menghadapi kasus ini,” kata Surunuddin.
Bahkan, dia tak melarang insitusi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ketika akan memberikan dukungan moril kepada Supriyani.
Di sisi lain, Sudarsono berujar pihaknya tak pernah berkoordinasi dengan bupati mengenai kasus Supriyani.
“Terima kasih sebelumnya mohon maaf, Pak Bupati,” kata Sudarsono.
“Saya tidak pernah melapor sama bupati terkait kasus Supriyani hingga viral.”
Baca juga: Sosok Sudarsono yang Ikut Perjuangkan Nasib Guru Supriyani Viral, Camat Baito yang Sangat Dipercaya
Kronologi dugaan penembakan mobil
Mobil yang diduga ditembak adalah mobil dinas Camat Baito
Pada Senin (28/10/2024), sekitar pukul 14.30 Wita, kaca mobil Daihatsu Terios itu pecah karena diduga ditembak.
Saat itu mobil membawa Pj. Kepala Desa Ahuangguluri, Herwan Malengga, yang akan kembali ke kediamannya.
Herwan buka suara tentang peristiwa pecahnya kaca.
Dia mengaku mendengar suatu bunyi sekitar 500 meter dari gerbang rumah dinas Camat Baito,
“Seperti ada daun kelapa jatuh ke tanah, begitu bunyinya,” ujar Herwan dikutip dari Tribun Sultra.
Awalnya dia menduga kaca mobil pecah lantaran ditabrak burung.
“Karena pernah juga mobilku begitu, tapi pas saya lihat tidak ada burung, baru pecahnya bulat begini,” kata dia sembari menunjuk kaca mobil.
Herwan mengatakan sesaat setelah kejadian itu ada warga yang menunjuk orang tak dikenal (OTK).
Dia mengaku sempat mengejarnya. Namun, OTK itu kabur ke arah semak-semak.
Baca juga: Siapa Sosok Kombes Moch Sholeh? Disebut Penyelamat Guru Supriyani Tak Jadi Ditahan Kasus Anak Polisi
Kuasa hukum laporkan kasus dugaan teror
Kuasa hukum Supriyani, Andre Dermawan, mengatakan akan melaporkan kasus dugaan teror mobil dinas Camat Baito.
“Tadi ini ada insiden, jadi mobil dinas Pak Camat Baito yang biasa dipakai untuk Supriyani dalam proses sidang diduga ‘ditembak’ dan ini kami sedang identifikasi,” kata Andrea.
Andre menjelaskan saat itu mobil tersebut dibawa oleh Kepala Desa Baito saat hendak pulang ke Kantor Camat Baito.
Kemudian di tengah perjalanan, tepatnya di depan SDN 3 Baito, tiba-tiba terdengar suara tembakan yang mengakibatkan kaca mobil pecah.
Andre belum memastikan apakah aksi tersebut punya kaitan dengan adanya perlindungan yang dilakukan oleh pihaknya dan Camat Baito untuk Supriyani.
Dia mengatakan selama kasus dugaan penganiayaan berjalan, Supriyani tinggal di rumah Camat Baito.
“Kita lihat memang tidak kondusif Supriyani tinggal di rumahnya. Jadi kita bawa di rumah Pak Camat Baito agar menghindari kejadian yang tidak diinginkan.”
Ketika ditemui dan ditanya tentang peristiwa itu, Kapolsek Baito Ipda Muhammad Idris yang ditemui dan dikonfirmasi mengaku belum bisa berkomentar.
“Saya belum bisa komentar,” kata Idris.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com
Berita Viral lainnya
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsSultra.com