Agus Sutikno,Wajah dan Badan Penuh Tato,Pendeta Jalanan yang Membawa Suka Cita Natal
WARTAKOTALIVE.COM, SEMARANG – Umat nasrani baru saja merayakan Natal, hari lahir sang juru selamat dunia, Yesus Kristus.
Di balik suka cita perayaan Natal itu, terselip satu peran besar dari seorang pendeta bernama Agus Sutikno.
Jika publik meihat profil Agus Sutikno pasti tak percaya bahwa dia adalah seorang pendeta.
Wajah dan tubuh Agus Sutino penuh tato, kuping beranting, badan kurus dan rambut gondrong.
Penampilan Agus Sutino tak ubahnya seperti anak Punk, yang sangat ditakuti oleh emak-emak, karena dianggap seram.
Baca juga: 685 Narapidana di DKI Jakarta Terima Remisi Natal 2024, Wujud Kehadiran Negara di Hari Raya
Namun, di balik penampilan fisik tadi, tersimpan hati mulia dan tulus dari Agus Sutikno, hingga dia mendapat julukan Pendeta Jalanan.
Pengorban dan keberpihakan Agus Sutikno terhadap kaum marginal sangat nyata, tak sekadar omon-omon seperti tokoh agama pada umumnya.
Berdasarkan uasan TribunBanyumas.com, Agus Sutikno telah menyekolahkan ratusan anak jalanan di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Agus mengangkat anak-anak jalanan dari lembah keterpurukan.
Baca juga: Ribuan Pengunjung Padati Monas Saat Libur Natal, Warga Antusias Saksikan Air Mancur Menari
Bahkan, ia menyekolahkan ratusan anak jalanan yang ada di Kota Semarang dan sekitarnya.
Dedikasi tersebut telah dilakoninya selama 18 tahun.
Ia juga mendirikan Yayasan Hati Bagi Bangsa. Yayasan tersebut terletak di Jalan Manggis II, Lamper Lor Semarang Selatan.
Agus sendiri merupakan seorang Pendeta di Gereja Pantekosta Di Indonesia (GPDI).
Baca juga: Soal Toleransi Wapres Gibran Selalu Terdepan! Buktikan dengan Tinjau Perayaan Natal 2024 di Solo
Tak terhitung sudah langkah Agus keluar masuk pemukiman dan mengajak anak jalanan untuk menggapai impiannya.
Jalanan menjadi pilihan Agus untuk mengabdi agar masyarakat marjinal mendapatkan tempat layak dan bisa hidup lebih baik.
Dari hal tersebut, Agus acapkali dijuluki sebagai ‘Pendeta Jalanan’ oleh masyarakat.
Dedikasi Agus pun dirasakan oleh anak asuhnya yang semula hidup dengan pahitnya dunia jalanan di Kota Semarang.
“Dulu saya jualan nasi bungkus di sekitar Peterongan hingga Simpang Lima Kota Semarang. Hal tersebut saya lakukan untuk melanjutkan sekolah,” terang Alloysius Yefta Raffael di Yayasan Hati Bagi Bangsa, Rabu (25/12/2024).
Yayasan yang didirikan oleh Agus tersebut kini menjadi tempat tinggal Raffael dan rekan-rekannya.
Sepenggal pengalaman pahit juga diceritakan Raffael, meski sudah berjuang keras dengan berdagang nasi namun tetap saja uang yang ia kumpulkan tidak mencukupi untuk melanjutkan pendidikannya di SMA.
Belum lagi adanya Pandemi Covid 19, membuat Raffael harus menelan pil pahit.
Namun doa dan perjuangannya menemukan titik cerah. Ia dipertemukan dengan Agus.
Raffael pun diajak untuk ke Yayasan Hati Bagi Bangsa dan Raffael bisa melanjutkan pendidikannya lantaran dibiayai oleh yayasan tersebut.
Bahkan Raffael sangat bersyukur, kini ia bisa melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah.
Menurutnya, tanpa Yayasan Hati Bagi Bangsa dan peran Agus, Raffael tak akan bisa mewujudkan impian untuk mengeyam pendidikan.
“Tidak hanya sebagai ayah, Pendeta Agus sudah seperti pendidik dan pengayom, ia sosok yang sangat luar biasa,” terangnya.
Dirikan Yayasan Hati Bagi Bangsa
Yayasan Hati Bagi Bangsa sendiri didirikan oleh Agus pada 2015 silam untuk memberikan harapan kepada baru masyarakat marjinal.
Tak hanya anak jalanan yang putus sekolah, yayasan tersebut juga membantu pekerja seks, pencandu narkoba, lansia terlantar hingga ODHA di Kota Semarang.
Agus sendiri berujar hingga kini telah menyekolahkan 200 anak jalanan, merawat lansia hingga balita.
Setiap hari dikatakannya kegiatan untuk membantu masyarakat terpinggirkan selalu dilakukan.
Bahkan setiap bulan pembagian sembako dan uang saku untuk anak-anak yayasan dilaksanakan.
“Jadi tidak hanya saat Natal atau Lebaran saja, setiap hari kami selalu ingin melakukan hal-hal baik,” terang Agus.
Langkah untuk menyadarkan orang-orang pengguna narkoba hingga ODHA dikatakan Agus juga masih dilakukan sampai detik ini.
Menurut Agus, anak-anak jalanan itu sebenarnya kehilangan sosok ayah.
Untuk itu Agus hadir di jalanan, karena ia ingin menghadirkan sosok ayah yang bisa merangkul tanpa memukul.
Agus juga mengesampingkan padangan negatif tentang penampilannya, karena ia ingin menyalurkan berkat tuhan ke masyarakat terpinggirkan.
“Memang biasanya Pendeta rapi, berbeda dengan saya.”
“Anggapan negatif saat melihat saya pasti ada namun tidak saya gubris.”
“Tapi setelah melihat apa yang saya lakukan selama 18 tahun pandangan tersebut berubah,” tutur Agus.
Baginya welas asih menjadi hal utama dan menjadi sifat dari tuhan yang seharusnya diteruskan oleh manusia tanpa memandang ras, suku maupun agama.
Bahkan ia mengatakan welas asih harus diwujudkan secara nyata ke sesama manusia.
Yang spesial, Agus tak pernah memaksa anak asuh dan orang yang ikut di Yayasan Hati Bagi Bangsa untuk masuk Agama Kristen.
“Apa yang saya lakukan tidak ada sangkut pautnya dengan agama dan murni tentang kemanusiaan.”
“Masih ada anak asuh saya yang memakai jilbab juga,” kata Agus.
Ditambahkannya selama 18 tahun, Agus dan Yayasan Hati Bagi Bangsa tak pernah meminta bantuan ke pemerintah ataupun menyodorkan proposal.
Meski membutuhkan biaya tak sedikit, namun Agus percaya, tangan tuhan tak pernah diam membantu umatnya.
Ia menceritakan hal-hal yang tidak bisa dihitung atau diluar rasio manusia kala menjalani hidup untuk membantu sesama.
“Saya juga bingung kalau ditanya tentang itu, 18 tahun ini saya mengalami banyak hal yang tak masuk akal.”
“Namun saya percaya tuhan yang mengutus saya membantu saya,” papar Agus.
Sebelum mengakhiri perbincangan Agus mengatakan, Natal bukan hanya milik Nasrani namun seluruh orang untuk mewujudkan welas asih kepada sesama.
Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News
Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09