Berkat Kucing, Peneliti Tak Sengaja Temukan Jeilongvirus Pertama di AS
KOMPAS.com – Seekor kucing domestik secara tak sengaja membantu peneliti menemukan jeilongvirus pertama di Amerika Serikat (AS).
Penemuan ini bermula saat kucing berbulu pendek berwarna hitam yang diberi nama Pepper berjalan-jalan di sekitar rumahnya, di Gainesville, Florida, AS, pada Mei 2024.
Pepper menjatuhkan seekor tikus mati di dekat kaki pemiliknya, John Lednicky, yang merupakan ahli dalam bidang virus dan penularannya.
Secara umum, tidak ada yang aneh dari perilaku Pepper. Dia hanyalah seekor pemburu terampil yang meninggalkan tikus mati sebagai “hadiah” untuk manusia.
Namun, dilansir dari laman IFL Science, Jumat (1/11/2024), pemilik Pepper memiliki respons yang berbeda dari kebanyakan pemilik kucing.
Bagi peneliti dari University of Florida (UF), Gainesville, Florida itu, tikus hasil tangkapan kucingnya adalah sebuah peluang.
Baca juga: Spesies Burung di Pulau Terpencil Punah dalam Satu Tahun gara-gara Kucing Si Penjaga Mercusuar
Peneliti temukan jeilongvirus pertama di AS berkat kucing
Berawal dari kecurigaan bahwa tikus membawa virus deerpox atau cacar rusa, Lednicky mengambil “hadiah” tersebut dan membawanya ke laboratoriumnya di UF untuk diuji.
Di sana, Lednicky dan tim tidak menemukan keberadaan virus cacar rusa, sejenis virus yang menyebabkan lesi kulit khas pada rusa.
Sebaliknya, mereka menemukan tikus yang dibawa Pepper telah terinfeksi oleh jeilongvirus.
Jeilongvirus atau virus jeilong adalah genus virus yang sebagian besar diisolasi dari hewan pengerat, termasuk tikus.
Virus ini berasal dari keluarga virus yang menginfeksi mamalia, reptil, burung, dan ikan, dan terkadang dapat menyebabkan penyakit serius pada manusia.
Baca juga: Viral, Foto Kucing Digigit Tokek, Benarkah Bisa Lepas dengan Tembakau?
Genus virus tersebut belum pernah diidentifikasi di Amerika Serikat, tetapi telah ditemukan di Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika Selatan.
Uniknya, para peneliti tidak hanya mencatatkan penemuan pertama jeilongvirus di Amerika Serikat.
Disadur dari laman UF Health, Selasa (29/10/2024), virus yang ditemukan pada tubuh tikus itu bukanlah jeilongvirus biasa.
Lednicky menyebutkan, secara genetik, virus ini sangat berbeda dari jeilongvirus lainnya yang diidentifikasi di luar AS.
“Virus ini tumbuh dengan baik di sel hewan pengerat, manusia, dan primata non-manusia (monyet),” kata Lednicky.
Baca juga: Kucing Ternyata Tahu Namanya Sendiri, Nama Kucing Lain, dan Nama Pemiliknya
GRJV1 berpotensi menginfeksi manusia
Para peneliti kemudian memberi nama Gainesville Rodent Jeilong Virus 1 atau GRJV1 pada jeilongvirus pertama yang ditemukan di Amerika Serikat tersebut.
Studi terkait virus ini juga telah dipublikasikan dalam jurnal Pathogens pada Kamis, 26 September 2024.
Penulis pertama studi, Emily DeRuyter mengungkapkan, mereka tidak pernah mengantisipasi penemuan virus sejenis ini.
Penemuan tak disengaja itu pun meningkatkan kesadaran akan banyaknya virus yang beredar pada hewan di sekitar manusia.
“Memang, jika kita mencari tahu, akan lebih banyak lagi yang ditemukan,” kata Emily.
Baca juga: Tren Kafe di China, Rekrut Anjing dan Kucing Jadi Karyawan dengan Bayaran Makanan Kaleng
Jeilongvirus termasuk dalam famili virus paramyxovirus, jenis virus yang dapat ditularkan antarspesies dan berpotensi menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia.
Tim peneliti telah mencoba menginfeksi sel-sel spesies yang berbeda dengan GRJV1 untuk melihat apakah virus tersebut berpotensi memicu dampak serupa.
Hasilnya, GRJV1 mampu menjadi kandidat yang tepat untuk peristiwa spillover atau lompatan virus dari hewan terinfeksi ke manusia.
Kendati demikian, meski masih diselidiki, kebanyakan manusia tidak memiliki banyak kontak dengan tikus liar yang menjadi inangnya.
Lednicky menyampaikan, idealnya, penelitian pada hewan akan dilakukan untuk menentukan apakah virus menyebabkan penyakit pada hewan pengerat dan hewan kecil lainnya atau tidak.
“Pada akhirnya, kita perlu menentukan apakah virus tersebut telah memengaruhi manusia di Gainesville dan seluruh Florida,” tandasnya.