Eksistensi BRICS Dinilai Mengguncang Negara-Negara Barat, Rombak Tatanan Dunia
REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Negara-negara Barat dinilai harus berhenti melihat negara-negara BRICS sebagai “ancaman eksistensial” dan memulai dialog dengan aliansi tersebut jika ingin tetap langgeng. Menurut pemimpin partai Les Patriotes Prancis, Florian Philippot, BRICS bisa menjadi tatanan dunia baru yang mengakhiri hegemoni Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
“Pembentukan BRICS, pertama-tama, merupakan perombakan tatanan dunia, tantangan mendasar terhadap imperialisme Amerika dan sistem ciptaannya, yang terutama didasarkan pada NATO dari perspektif militer dan diplomatik serta Uni Eropa, guna membuat benua Eropa bergantung pada Amerika Serikat,” kata Philippot kepada RIA Novosti di Paris, Selasa (22/10/2024).
“Munculnya BRICS mengguncang semua ini, sehingga negara-negara Barat akan memilih untuk menarik diri dan semakin memperkuat retorika perang mereka, yang akan mengarah pada kehancuran, atau negara-negara seperti Prancis akan mengulurkan tangan kepada BRICS dan bergerak menuju dialog,” katanya menambahkan.
Menurut Philippot, Prancis, yang memiliki hubungan sejarah panjang dengan Rusia, dapat memainkan peran sebagai penghubung dengan negara-negara BRICS. Karena Prancis punya wilayah seberang laut yang membuatnya memiliki kontak dengan banyak negara anggota BRICS melalui perbatasan darat atau laut yang sama.
“Pertanyaannya saat ini adalah apakah kita siap untuk punah demi imperialisme Amerika, atau kita akan berhenti melihat BRICS sebagai ancaman eksistensial dan melihatnya sebagai peluang bagi perkembangan masa depan kita,” ujar Philippot.
KTT BRICS akan diselenggarakan di Kazan, Rusia, 22 hingga 24 Oktober. BRICS adalah asosiasi antar-pemerintah yang dibentuk pada 2006. Rusia memegang presidensi BRICS pada 1 Januari 2024. Tahun ini dimulai dengan masuknya anggota baru ke dalam asosiasi tersebut — selain Rusia, Brasil, India, China, dan Afrika Selatan, kini juga termasuk Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
Kepresidenan BRICS Rusia diadakan dengan motto memperkuat multilateralisme untuk pembangunan dan keamanan global yang adil. Sebagai bagian dari kepemimpinannya, Federasi Rusia akan menyelenggarakan lebih dari 200 acara dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial.
Negara yang Berminat Jadi Anggota BRICS – (Reuters)
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan, bahwa BRICS tidak pernah menjadi dan tidak berencana untuk menjadi sebuah aliansi militer. Pernyataan itu merespons tuduhan yang mengatakan sebaliknya.
“BRICS bukan, tidak pernah menjadi, dan tidak akan menjadi aliansi militer. BRICS bahkan bukan organisasi internasional atau struktur integrasi, melainkan sebuah persatuan multinasional dengan anggota yang setara,” kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan, Sabtu (12/10/2024).
Kemenlu Rusia membuat pernyataan itu untuk menanggapi artikel The New York Times edisi September, yang menyatakan bahwa perluasan BRICS “harus membuat NATO khawatir.” Menurut Kemenlu Rusia, BRICS adalah kemitraan strategis multidisiplin yang berdiri di atas tiga pilar: politik dan keamanan, ekonomi dan keuangan, serta budaya dan hubungan kemanusiaan, tambah kementerian tersebut.
“Hubungan antara mitra BRICS didasarkan pada kesetaraan, saling menghormati, keterbukaan, pragmatisme, solidaritas, dan yang paling penting, tidak berlawanan dengan siapa pun,” demikian isi pernyataan tersebut.
Salah satu tujuan utama BRICS adalah menciptakan sistem ekonomi dunia yang adil dan multilateral, kata kementerian tersebut, seraya menambahkan bahwa sejak pembentukannya, blok ini mendukung penyelesaian damai atas sengketa internasional berdasarkan hukum internasional dan penghormatan terhadap kedaulatan semua negara.
Perluasan BRICS mencerminkan perubahan dalam ekonomi dunia dan berkontribusi pada penguatan peran negara-negara berkembang dalam urusan internasional, lanjut kementerian tersebut. BRICS adalah asosiasi antarpemerintah yang dibentuk pada 2006.
Rusia mengambil alih kursi kepemimpinan BRICS pada 1 Januari 2024. Tahun ini dimulai dengan bergabungnya anggota baru ke dalam asosiasi tersebut – selain Rusia, Brasil, India, China, dan Afrika Selatan, kini BRICS juga mencakup Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.