Informasi Terpercaya Masa Kini

Wisata Rumah Tenun Daik Lingga di Kepri,Wisman Asal Malaysia Takjub dengan Kain Telepok

0 7

TRIBUNBATAM.id, LINGGA – Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tidak hanya dikenal dengan wisata sejarah dan religinya saja.

Di wilayah Daik, terdapat Rumah Tenun Daik Lingga yang menghasilkan kain telepuk atau telepok.

Kain ini sering digunakan bagi masyarakat Melayu, khususnya di Kabupaten Lingga.

Tidak hanya warga lokal, wisatawan mancanegara alias wisman juga sering mengunjungi Rumah Tenun Daik Lingga di Kepri ini.

Satu di antaranya ialah wisman asal Malaysia.

Sebanyak 20 wisatawan asal Malaysia mengunjungi Rumah Tenun di Daik, Kabupaten Lingga, Rabu (18/9/2024). 

Pemerhati sejarah dan budaya Lingga, Lazuardi memimpin rombongan wisman asal Malaysia di Rumah Tenun Daik Lingga ini. 

Baca juga: Meriam Tegak Destinasi Wisata Lingga serta Cerita Rakyat di Dalamnya

Mereka melihat bagaimana cara kerja tenun tersebut. 

Sejumlah wisman asal Malaysia itu juga melihat secara langsung beberapa motif kain telepok yang dihasilkan dari hasil menenun. 

Semuanya tampak antusias melihat bagaimana cara kerja tenun tersebut sehingga menghasilkan kain telepok.

“Mereka bersama-sama datang berkunjung. Ada 20 orang datang ke Rumah Tenun. Mereka tampak senang melihat lokasi tenun itu,” kata Lazuardi kepada TribunBatam.id.

Kain Tenun juga telah mendapatkan pengakuan hak kekayaan intelektual pada tahun 2010 sebagai milik Kabupaten Lingga. 

Makna dari kain telepuk yakni menelepuk atau memberikan motif pada kain menggunakan kertas emas dengan cap.

Dalam tradisi berpakaian di Lingga, kain telepuk dipakai untuk acara adat istiadat, seperti untuk pengantin bersanding dan menghadiri majelis upacara adat. 

   

Lazuardi menambahkan, banyak wisatawan asal Malaysia yang tertarik melihat proses pembuatan yang dilakukan oleh para pengrajin di sini.

“Alhamdulillah, rumah tenun kita mendapatkan perhatian dari warga negara asing, yang melakukan kunjungan wisata ke sini. Semoga mereka bisa memperkenalkan kepada orang banyak yang berada di negara mereka,” ujar Lazuardi.

Menurut Lazuardy, tenun berkembang dan mengalami masa kejayaan di Daik Lingga pada masa Kesulatanan Muhammadsyah yang memerintah pada tahun 1832 M sampai dengan 1841 M. 

Dia terkenal dengan sebutan Almarhum Kedaton. 

Namun kegiatan menenun sudah mulai ditinggalkan masyarakat Lingga semenjak masa pendudukan Jepang yang membuat masyarakat sangat ketakutan.

“Tapi sekarang alhamdulillah melalui Pemerintah Kabupaten Lingga tenun ini dimunculkan lagi dan dihadirkan lagi bersama tekad tidak lain dan tidak bukan untuk mengembalikan kejayaan khazanah masa lampau di Kesultanan Riau Lingga yang berpusat di Daik Lingga,” kata Lazuardi.

Baca juga: Wisata Pantai Kepri Coral Resort di Batam, Akuarium Besar Pukau Pengunjung

Alat pemintal benang kuno juga bisa dilihat dan menjadi koleksi Museum Linggam Cahaya Daik. Lazuardi menerangkan, bukti bekas peninggalan yang berhubungan dengan tenun menurut sumber lisan masyarakat terlihat pada kampung-kampung seperti Siak, Mentok, Bugis dan lain-lain. 

Ada simpanan koleksi masyarakat, yang meyakini tenun kain pelekat siak, becual mentuk, kain bugis di Kampung Bugis, Daik.

“Akan tetapi tenun sangat berkembang pesat semasa Sultan Abdurrahman Muazzam Syah (1885-1911) Sultan Lingga. 

Terakhir tenun terus bergeliat hingga Kolonial Belanda. Itu dibuktikan bahwa Encik Syamah seorang ahli tenun di Daik serta sering juga dipanggil Makteh Syalmah,” terang Lazuardi.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri, Guntur Sakti mengatakan ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendatangkan wisatawan nusantara dan mancanegara di Kepri. 

Sebab, Kepri memiliki banyak potensi wisata yang memikat hati para wisatawan.

“Di Lingga misalnya, ada destinasi wisata alam, budaya dan religi. Semuanya itu akan memikat hari para wisatawan jika dikelola secara baik. Misalnya, Rumah Tenun Lingga,” ungkap Guntur.

Menurut Guntur Sakti, tujuan kedatangan wisatawan ke Kepri bermacama-macam. 

Ada wisatawan yang hanya berbelanja, melihat alam, menelusuri sejarah, berziarah, menikmati kuliner, mengikuti evet-event dan lainnya. 

Oleh karena itu, Kepri sebagai tuan rumah harus menyediakan semua potensi pariwisata itu dan segala sarana prasarana sehingga wisatawan menjadi nyaman berada di sini.

“Dengan demikain, mereka akan kembali lagi ke sini pada suatu waktu. Mereka juga bisa menyebarluaskan potensi wisata ke teman-teman mereka sehingga semakin banyak wisatawan yang datang ke daerah kita,” pesan Kadispar Kepri itu. (TribunBatam.id/Febriyuanda)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Leave a comment