Intel Jawab Tudingan China soal Celah Keamanan (Backdoor) di CPU, Sudah 16 Tahun
Bisnis.com, JAKARTA – Intel Corporation buka suara atas tudingan asosiasi keamanan siber China yang menuduh perusahaan teknologi asal Amerika Serikat itu menyediakan pintu belakang (backdoor) di dalam perangkat lunak atas arahan pemerintah AS.
Melalui akun di WeChatnya, Intel mengatakan sebagai perusahaan multinasional dengan hampir 40 tahun beroperasi di Tiongkok, Intel secara ketat mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku di lokasi bisnisnya.
Intel selalu mengutamakan keselamatan dan kualitas produk dan telah bekerja sama secara aktif dengan pelanggan dan industri untuk memastikan keselamatan dan kualitas produk.
Baca Juga : Produsen Chip Intel Tertekan, Qualcomm Ancang-Ancang Akuisisi
“Kami akan terus berkomunikasi dengan departemen terkait untuk mengklarifikasi pertanyaan yang relevan dan menunjukkan komitmen kuat kami terhadap keselamatan dan kualitas produk,” tulis Intel dikutip dari Register, Sabtu (19/10/2024).
Sebelumnya, Asosiasi Keamanan Siber China (CSAC) menuduh Chipzilla telah menanamkan pintu belakang (backdoor) “di hampir semua” CPU-nya sejak 2008.
Baca Juga : : Analis Prediksi iPhone 16 Nggak Laku, Meski Ada Apple Intelligence
Backdoor aplikasi merupakan pintu masuk rahasia yang sengaja dibuat atau secara tidak sengaja tertinggal dalam sebuah aplikasi. Pintu ini memungkinkan seseorang untuk mengakses sistem atau jaringan tanpa harus melalui prosedur keamanan yang normal, seperti memasukkan kata sandi
Asosiasi tersebut juga mengklaim produk Intel sering kali memiliki kerentanan yang dapat dieksploitasi dan memiliki tingkat kegagalan yang tinggi.
Baca Juga : : Mastercard Kucurkan Rp40 Triliun Akuisisi Perusahaan Intelijen Recorded Future
“Kelemahan utama Intel dalam kualitas produk dan manajemen keamanan menunjukkan sikapnya yang sangat tidak bertanggung jawab terhadap pelanggan,” tuduh kelompok itu.
CSAC meminta agar dilakukan tinjauan keamanan siber terhadap produk Intel di China untuk melindungi keamanan nasional dan hak konsumen, mengingat pangsa pasar Intel di Negeri Bambu cukup besar.
Masalah Keuangan Intel
Sebelumnya, Qualcomm, produsen chip ternama, dikabarkan tengah menjajaki peluang untuk mengakuisisi Intel, perusahaan teknologi raksasa yang saat ini sedang mengalami masalah keuangan.
Berdasarkan laporan Reuters pada Minggu (22/9/2024), meski pembicaraan akuisisi ini masih menghadapi berbagai rintangan, CEO Qualcomm, Cristiano Amon, secara langsung terlibat dalam negosiasi tersebut.
Setelah kabar merger ini beredar, saham Intel tercatat naik 3,3%, sementara saham Qualcomm justru turun 2,9%. Intel, yang telah berdiri selama lima dekade, mengalami penurunan nilai aset hingga 60% sejak awal 2024, memposisikannya sebagai target akuisisi potensial.
Jika akuisisi ini terwujud, langkah ini akan menjadi salah satu upaya pengambilalihan terbesar di sektor teknologi sejak Broadcom berusaha mengakuisisi Qualcomm senilai US$142 miliar pada tahun 2018. Qualcomm saat ini memiliki kapitalisasi pasar sekitar US$188 miliar, sementara Intel bernilai US$122 miliar, termasuk utangnya.
Namun, masih belum jelas bagaimana Qualcomm akan membiayai akuisisi tersebut, mengingat perusahaan hanya memiliki sekitar US$13 miliar dalam bentuk tunai.