Muhammadiyah Berduka atas Kematian Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar
Kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, meninggalkan luka mendalam bagi Muhammadiyah. Ormas Islam terbesar kedua di Indonesia ini berharap kepergian Sinwar malah memberi semangat kepada rakyat Palestina melanjutkan perjuangan melawan Israel.
Sinwar tewas akibat serangan Israel di Rafah, Gaza, pada Rabu (16/11), tapi baru terkonfirmasi Kamis (17/11) kemarin. Dia merupakan pemimpin tertinggi Hamas menggantikan Ismail Haniyeh yang juga tewas karena serangan Israel di Iran Juli 2024.
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menyebut Sinwar telah dibunuh Zionis secara biadab.
“PP Muhammadiyah menyampaikan rasa duka cita yang dalam atas tewas dan wafatnya Yahya Sinwar, tokoh Hamas dan tokoh rakyat Palestina, yang telah dibunuh oleh Israel secara biadab,” kata Anwar Abbas dalam pernyataan tertulis, Jumat (18/10).
Anwar berharap perjuangan rakyat Palestina melawan pendudukan Israel dilanjutkan sepeninggal Sinwar.
“Kita berharap dengan kematian Yahya Sinwar ini semangat rakyat Palestina tidak akan pernah kendor sedikit pun. Malahan dengan kepergian tokoh mereka yang gagah berani ini kita berharap semangat juang rakyat Palestina untuk merebut kemerdekaannya semakin menyala-nyala dan bergelora karena yang namanya kemerdekaan yang ingin mereka rebut itu jelas merupakan sesuatu luhur dan mulia,” kata Anwar.
“Mudah-mudahan insyaallah dalam waktu yang tidak terlalu lama rakyat Palestina akan bisa mendapatkan apa yang mereka dambakan sehingga mereka dapat mendirikan dan membangun sebuah negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. Semoga, amin,” tutup Anwar.
Dalam foto dan video yang dirilis Israel, sosok yang diyakini Sinwar tewas dengan kain kefiyeh khas Palestina di lehernya dan senjata laras panjang AK di sampingnya. Sinwar dihabisi saat sedang berjuang melawan pasukan penjajah Israel.
Dia tewas di dalam sebuah gedung yang menyisakan puing, membuktikan bahwa dia tak bersembunyi di terowongan bawah tanah dan tidak bersembunyi di tengah rakyat sipil, sebagaimana tudingan Israel selama ini.