Dalam Waktu Sangat Dekat, UNRWA Kemungkinan Tidak Dapat Beroperasi Lagi
TEMPO.CO, Jakarta – Badan pengungsi PBB (UNRWA) hampir mendekati titik puncak operasinya di Jalur Gaza karena kondisi yang semakin rumit, kata kepalanya pada Rabu, 16 Oktober 2024. “Saya tidak akan menyembunyikan fakta bahwa kami mungkin akan mencapai titik di mana kami tidak akan mampu lagi beroperasi,” kata kepala UNRWA Philippe Lazzarini kepada para wartawan dalam sebuah konferensi pers di Berlin.
“Kami sudah sangat dekat dengan titik puncak yang mungkin terjadi. Kapan itu akan terjadi? Saya tidak tahu. Namun kami sudah sangat dekat dengan hal itu,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa badan tersebut menghadapi kombinasi ancaman finansial dan politik terhadap keberadaannya, selain kesulitan dalam operasi sehari-hari, karena bantuan semakin dibutuhkan untuk menghadapi ancaman penyakit dan kelaparan.
Dia mengatakan bahwa ada risiko yang nyata, menjelang musim dingin, dengan sistem kekebalan tubuh manusia yang melemah, kelaparan atau malnutrisi akut dapat menjadi sebuah kemungkinan.
UNRWA menyediakan pendidikan, kesehatan dan bantuan bagi jutaan warga Palestina di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Lebanon dan Suriah.
UNRWA minta akses media internasional ke Gaza dibuka
Lazzarini juga menyerukan agar organisasi-organisasi media internasional diberikan akses ke Gaza untuk melaporkan situasi yang semakin mengerikan di sana.
Dalam sebuah konferensi pers di Berlin, ia mengatakan, “sebagian besar informasi yang kami terima berasal dari … wartawan lokal atau organisasi yang beroperasi di Gaza“.
Lazzarini mengatakan bahwa karena ada begitu banyak jenis narasi yang berbeda tentang perang, “sangat penting … bahwa kami terus meminta kehadiran dan semua akses jurnalis internasional”.
Pada bulan Februari, lebih dari 50 jurnalis penyiaran internasional menandatangani sebuah surat terbuka kepada pihak berwenang Israel dan Mesir untuk menyerukan “akses bebas dan tak terbatas ke Gaza untuk semua media asing”.
Israel melancarkan serangan terhadap Hamas setelah kelompok militan Palestina itu memimpin serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang di Gaza, menurut penghitungan Israel. Lebih dari 42.000 warga Palestina telah terbunuh dalam serangan tersebut, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Para pemimpin Israel pada bulan Januari menuduh staf UNRWA berkolaborasi dengan militan Hamas di Gaza, sehingga beberapa donor menangguhkan pendanaannya, meskipun banyak dari keputusan tersebut yang kemudian dibatalkan. PBB meluncurkan penyelidikan atas tuduhan Israel dan memberhentikan sembilan stafnya.
REUTERS | AL JAZEERA
Pilihan Editor: Ini Alasan Benjamin Netanyahu Tolak Gencatan Senjata dengan Hizbullah