Informasi Terpercaya Masa Kini

Dari Marcella, Gita dan Lasja Soeryo, Perempuan Macam Apa yang Kita Baca?

0 2

Saya baru saja terjebak dalam pesona Marcella, sesudah sebelumnya pada Gita (dalam Gelas Kaca). Jauh sebelum bertemu Marcella dan Gita, ada Lasja Soeryo (dalam Ratu Adil). Sekilas ini hanya perkara tiga karakter perempuan dalam tiga series berbeda.

Marcella, dengan dua nama itu, adalah karakter pada series yang dikembangkan dalam sudut pandang “Nordic Noir atau Scandinavian Genre” dan berlatar Inggris. Dua nama lagi, berlatar Indonesia, dengan sudut pandang lingkungan politik dan mafia yang memiliki level kekejiannya sendiri.

Ada benang merah di antara ketiganya, walau tentulah jauh lebih banyak perbedaannya.

Karena itu, sebelum sampai pada benang merah apa yang mengikat ketiganya, rasanya penting melihat dulu perjalanan Marcella dalam tiba babak. Tiga babak dengan total 24 episode.

Transofrmasi Marcella dalam Tiba Babak. Di babak perdana, yang terbit pertama kali 4 April 2016, Marcella muncul sebagai bekas detektif di London yang kembali bekerja sesudah absen selama satu dekade.

Keterlibatan keduanya adalah untuk pengungkapan kasus pembunuhan berantai yang para korbannya ditemukan mati dengan wajah terbungkus plastik, kehabisan oksigen. Sebelum masa rehat, Marcella memang sempat menginvestigasi kasus serupa namun dengan ending yang masih kabur.

Pembunuhan berantai kali ini menuntun investigasi Marcella pada keluarga pengusaha jasa kontruksi (Keluarga Gibson) dimana suaminya bekerja sebagai penasihat hukum. Anak perempuan mereka cerdas mendadak hilang dan ditemukan dengan wajah terbungkus plastik.

Dalam investigasinya, Marcella menjumpai fakta bahwa sang korban adalah selingkuhan suaminya. Ia juga berhadapan dengan sikap dingin kedua anaknya yang terus mengental, yang seolah-olah menyalahkan dirinya atas situasi keluarga yang memburuk.

Ia kembali berhadapan dengan tersangka lama, seorang psikopat yang membunuh istrinya sendiri dan beberapa korban dengan pola yang sama. Dan, yang paling tidak bisa dikendalikan adalah ia berhadapan dengan fakta bahwa dirinya mengidap Amnesia disosiatif yang belum disadari.

Gangguan disosiatif yang menyebabkan Marcella tidak dapat mengingat informasi penting tentang dirinya sendiri. Gangguan ini biasanya terjadi akibat peristiwa traumatis atau stres.

Di samping ini, amnesia disosiatif acapkali membuatnya kehilangan kendali diri, lekas histeris, meledak dan berpotensi membahayakan orang lain.

Ia berhasil mengungkap mastermind di balik kasus di babak pertama sesudah serangkai ketegangan kompleks.

Motifnya: anak laki-laki dalam Keluarga Gibson ingin diakui sebagai sosk yang juga berguna bagi bisnis keluarga namun terhalang oleh keberadaan sang kakak. Ia menciptakan serangkaian pembunuhan dengan pola serupa dari kasus masa lalu untuk mengaburkan adanya pelaku baru.

Jadi, babak pertama adalah dunia kriminal yang terhubung dengan keluarga kaya, kasus pembunuhan serupa di masa lalu, dan keluarga Marcella yang berada di titik nadir kehangatan. Dalam dirinya, Marcella juga menghadapi serangan amnesia disosiatif yang makin intens, kemarahan terhadap perselingkuhan, dan ketidakmampuan mengembalikan cinta dua anaknya.

Jika babak pertama, kita menyaksikan 8 episode dimana kejahatan pembunuhan berantai itu berdiri di luar keluarga Marcella, maka pada babak kedua, keluarganya adalah bagian dari sasaran aksi.

Babak kedua yang tayang di tahun 2018 adalah kisah pembunuhan berantai yang menyasar anak-anak sebagai korban. Sesudah dinyatakan hilang, anak-anak ini ditemukan dalam kondisi perut bekas operasi. Selain itu, mereka juga mengalami lobotomi.

Dalam investigasinya, Marcella menemukan foto jenazah korban anak-anak yang didandan, duduk dikursi, dengan mainan boneka di samping mereka. Ada kesan mereka adalah anak-anak tidak berdosa yang diabadikan dalam sebuah potret.

Selain itu, babak kedua juga mengembangkan konfigurasi para tersangka dari seorang bintang rock tahun 1970-an, pedofil, jutawan arogan, dan perawat. Lanskap hariannya dibentuk dari kehidupan sekolah remaja, pusat latihan tinju, sebuah rumah kosong di perdesaan, kehidupan bertetangga, hingga kantor polisi.

Di babak ini, Marcella juga dihadapkan dengan keputusan suaminya untuk menikah dengan pacar baru, yang seorang perawat. Paling sakitnya, dua orang anaknya lebih memilih hidup dengan calon ibu sambungnya, ketimbang dirinya. Marcella juga makin intim dengan bosnya di kantor, Tim (: kesenangan sela di antara hidup yang kacau), yang belakangan ketahuan memiliki kedekatan dengan istri sang jutawan arogan itu.

Pendeka kata, Marcella dipaksa mengelola sisa-sisa kewarasan yang mudah berantakan ketika ia berada dalam titik emosi yang rendah di tengah seri pembunuhan yang kini menargetkan anak lelakinya.

Tentu saja, Marcella masih menjadi sang penyelamat yang dinanti. Pelakunya adalah seorang perawat yang juga ibu dari anak perempuan bernama Samantha, sempat berpacaran dengan anak lelaki Marcella,

Perawat ini memiliki kepercayaan bahwa anak-anak harus diselamatkan dari kemungkinan menjadi seseorang yang jahat di masa depan sebab sejatinya mereka adalah jiwa yang polos. Jadi, motif yang menggerakkan dia mengorganisir serangkaian pembunuhan keji adalah menciptakan dunia yang aman dengan anak-anak yang tetap bersih dari dosa.

Makanya, pada jasad korban, selain bekas lobotomi adalah perut bekas operasi di dimana di dalamnya ada simbol-simbol penolak kejahatan, seolah-olah jimat yang dipasang di dalam daging.

Sungguh-sungguh perawat dengan ideologi keselamatan semesta yang sinting.

Peristiwa lain yang juga mengguncang di babak kedua adalah Marcella akhirnya memberikan diri melakukan terapis hipnosis. Dari proses ini, ia membuka dan memberanikan diri memproses ingatan traumatisnya, penyebab tersembunyi yang membuatnya kehilangan kontrol diri, histeris, dan berbahaya.

Marcella akhirnya tahu bahwa penggal paling traumatis dalam dirinya adalah mengetahui jika Juliet, bayi perempuan ketiga dari rahimnya, wafat karena kehabisan nafas sesudah dibekap dengan keras. Saat ini terjadi, Marcella sedang dalam kelelahan psikis paskamelahirkan. Ia stress berat juga tak tahan dengan suara tangsi Juliet yang rewel.

Di penghujung babak kedua atau di episode 8, ia merekayasa kematiannya dalam sebuah kebakaran hebat. Marcella tetap berkehendak menghadapi dunia kejahatan dengan identitas baru tanpa memiliki kaitan masa lalu dengan keluarga atau koleganya.

Di babak kedua, Marcella masihlah seorang detektif perempuan dengan ketajaman berpikir dan naluri tanpa saing. Di saat yang sama, ia telah merelakan keluarga (dan masa lalu) yang selalu ingin digenggamnya. Ia sadar seutuhnya jika trauma kehilangan Juliet–yang menghilangan kapasitas rasionalitasnya–bakal setia sebagai sebab dari emosi yang mengutuk diri sendiri, mengkondisikannya kedalam krisis tanpa ujung. Ia memilih hidup dalam pertentangan dan keretakan dengan kamuflase yang baru. 

Babak ketiga, yang kembali tayang di bulan Maret 2021, Marcella telah menjadi Kiera. Kiera yang melawan kejahatan tanpa melalui prosedur formal atau menggunakan sumberdaya pada institusi yang resmi.

Marcella bekerja dalam sebuah jaringan tertutup, underground, yang sedang menyelidiki keluarga mafia yang keji di Belfast. Ia melakoni teknik penyamaran sehingga berada di inner circle keluarga mafia ini.

Saya masih dalam perjalanan menuju ending dengan babak ketiga ini. So, kita kembali pada pertanyaan di awal: apa benang merah pengikat Marcella, Gita juga Lasja Soeryo?

Benang merah ketiganya adalah kisah perempuan dengan penolakan pada tipologi perempuan yang berjuang di hadapan tatanan keji. Mereka menghadapi benturan dan krisis, lantas mengelola itu kedalam skenario yang membawa mereka tiba pada kapasitas baru.

Tidak penting bahwa itu membuat mereka lebih dingin, rasional, dan keji sekaligus. Namun, apa yang baru ini adalah yang membuat mereka selalu bersiaga menghadapi pasang surut dan bahaya kompleksitas dunia yang jahat dan kuasa yang mengendalikannya.

Marcella, Gita dan Lasja Soeryo adalah koentji tidak karena mereka akan selalu menjadi pemenang di akhir.

Bagaimana mereka mengelola kontradiksi dan krisis sehingga selalu bisa menghadapi dunia yang tampak normal di permukaan padahal sedang keji-kejinya jauh lebih penting dimaknai. Atau kita boleh bilang begini.

Ketiganya adalah mikrokosmos yang dibentuk dari kelindan kontradiksi, retakan hingga krisis traumatis yang mengancam daya hidupnya. Mereka “berkali-kali hampir selesai” dan di saat bersamaan, selalu melampaui dari yang “sepertinya akan selesai”.   

Bagi saya sih begitu.

***

Informasi ringkas tentang serial Marcella dapat dibaca di sini.

Leave a comment