Fenomena Doom Spending: Saat Emosi Mengendalikan Dompet di Saat Sulit
Di era modern ini, tekanan hidup kian meningkat—baik dari pekerjaan, hubungan sosial, maupun tantangan keuangan. Salah satu fenomena menarik yang muncul adalah doom spending, yaitu kebiasaan belanja berlebihan sebagai cara pelarian dari stres dan kecemasan. Mungkin Anda pernah berada dalam situasi di mana stres melanda, dan tanpa sadar, keranjang belanja online Anda penuh dengan barang-barang yang sebenarnya tidak Anda butuhkan. Ini bukanlah fenomena langka, tetapi masalah yang sedang tumbuh di masyarakat global.
Apa Itu Doom Spending?
Doom spending bisa diartikan sebagai kebiasaan menghabiskan uang secara impulsif ketika seseorang merasa cemas atau stres. Kata “doom” merujuk pada perasaan negatif yang sering kali menjadi pendorong utama perilaku ini. Banyak orang menggunakan belanja sebagai cara sementara untuk mengatasi emosi negatif, mirip dengan makan berlebihan saat stres. Perasaan kepuasan sementara dari belanja memberikan “pelarian” sesaat, meskipun pada akhirnya bisa menambah masalah baru, seperti hutang dan perasaan menyesal.
Fenomena ini semakin terlihat dengan maraknya kemudahan berbelanja online. Hanya dengan beberapa klik, barang bisa tiba di depan pintu dalam hitungan hari, bahkan jam. Situasi ini diperparah oleh iklan dan promosi yang terus-menerus mengincar konsumen di media sosial, menciptakan dorongan belanja yang tak terbendung.
Mengapa Kita Melakukan Doom Spending?
Ada beberapa alasan mengapa doom spending begitu umum di tengah masyarakat modern:
1. Dopamin Instan
Saat kita membeli sesuatu, otak kita melepaskan dopamin, hormon yang menciptakan perasaan senang. Ini adalah respon alami tubuh untuk memberi penghargaan pada tindakan tertentu. Namun, efek ini hanya bersifat sementara. Begitu barang dibeli, perasaan puas itu cepat memudar, dan kita kembali merasa cemas atau stres.
2. Perasaan Kontrol
Di saat hidup terasa di luar kendali, belanja bisa memberi kita ilusi kontrol. Ketika Anda membeli barang, Anda membuat keputusan dan itu bisa memberi rasa kepuasan karena merasa memiliki kendali atas sesuatu, meskipun itu hanya keputusan kecil tentang apa yang Anda beli.
3. Pengaruh Sosial
Media sosial adalah arena besar bagi perilaku doom spending. Iklan yang ditargetkan, tren terbaru yang muncul setiap minggu, hingga gaya hidup influencer yang selalu menampilkan produk-produk baru, menciptakan tekanan terselubung bagi kita untuk terus berbelanja agar tetap “terkoneksi” dengan dunia modern.
Dampak Negatif Doom Spending
Meskipun belanja mungkin memberikan kesenangan jangka pendek, dampak jangka panjangnya bisa berbahaya. Beberapa efek negatif dari doom spending antara lain:
– Masalah Keuangan: Pengeluaran berlebihan bisa menyebabkan hutang, dan banyak orang berakhir menggunakan kartu kredit secara tidak bertanggung jawab.
– Kecemasan Berkelanjutan: Ironisnya, meski belanja dilakukan untuk mengurangi stres, akibat dari pembelian impulsif justru menambah kecemasan baru—terutama ketika tagihan mulai berdatangan.
– Penyesalan: Setelah efek dopamin hilang, banyak orang merasa menyesal atas pembelian yang tidak diperlukan. Penyesalan ini bisa memperparah perasaan cemas dan bahkan membuat siklus doom spending berulang.
Cara Mengatasi Doom Spending
Jika Anda merasa terjebak dalam siklus doom spending, jangan khawatir! Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengendalikan kebiasaan ini.
1. Sadari Pemicu Anda
Langkah pertama dalam mengatasi doom spending adalah menyadari apa yang memicu perilaku tersebut. Apakah Anda merasa cemas setelah melihat media sosial? Apakah stres di tempat kerja menjadi pemicu? Dengan memahami pemicu, Anda bisa mulai merencanakan cara untuk mengatasinya.
2. Buat Anggaran dan Patuhi
Salah satu cara paling efektif untuk melawan doom spending adalah dengan membuat anggaran belanja bulanan. Ini akan memberi Anda gambaran jelas tentang berapa banyak uang yang bisa digunakan untuk belanja tanpa membahayakan keuangan jangka panjang.
3. Gantikan dengan Aktivitas Positif
Alih-alih membuka aplikasi belanja online ketika merasa stres, coba lakukan aktivitas lain yang lebih produktif, seperti berolahraga, meditasi, atau membaca buku. Kegiatan ini dapat membantu mengurangi stres tanpa harus mengeluarkan uang.
4. Batasi Waktu di Media Sosial
Karena media sosial adalah salah satu pemicu terbesar dari doom spending, membatasi waktu Anda di platform tersebut dapat membantu mengurangi dorongan untuk belanja impulsif. Atur waktu tertentu di hari untuk mengecek media sosial dan hindari scrolling berjam-jam.
5. Cek Kembali Sebelum Membeli
Sebelum membeli sesuatu, coba lakukan “aturan 24 jam”. Tunggu sehari sebelum membuat keputusan pembelian. Ini memberi Anda waktu untuk berpikir ulang apakah barang tersebut benar-benar Anda butuhkan atau hanya dorongan impulsif semata.
Doom spending adalah fenomena yang semakin sering kita lihat di masyarakat modern, didorong oleh stres, kecemasan, dan godaan konstan dari platform digital. Meskipun memberikan kepuasan sementara, dampaknya pada kesehatan keuangan dan emosional kita bisa sangat negatif. Dengan memahami pemicu perilaku ini dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengendalikannya, kita bisa terbebas dari siklus doom spending dan menjaga kesejahteraan finansial serta mental kita.
Jadi, sebelum menekan tombol ‘Beli’, mari berhenti sejenak dan bertanya: apakah kita benar-benar butuh barang itu, atau hanya sekadar mencari pelarian dari stres?