Apa Itu Doom Spending, Penyebab Gen Z dan Millennial Cepat Miskin!
Saat ini, fenomena doom spending semakin populer di kalangan milenial dan Generasi Z. Tren ini muncul sebagai respons terhadap stres yang disebabkan oleh situasi ekonomi yang tidak menentu.
Akibat perilaku belanja yang tidak terkendali ini, diperkirakan kedua generasi tersebut akan menghadapi tantangan finansial yang lebih besar, bahkan lebih miskin dibandingkan generasi sebelumnya.
Melansir dari Psychology Today, doom spending dapat dijelaskan sebagai tindakan berbelanja impulsif yang dilakukan individu tanpa pertimbangan matang, seringkali sebagai cara untuk mengatasi rasa pesimisme yang menyelimuti pandangan mereka terhadap kondisi ekonomi dan masa depan yang suram.
Hal ini menciptakan siklus yang berbahaya, di mana pelampiasan emosi melalui belanja justru menambah beban finansial, membuat mereka semakin terjebak dalam ketidakpastian ekonomi.
Ingin tahu lebih dalam mengenai apa itu Doom Spending, penyebab gen Z dan millennial cepat miskin! berikut ini Popmama.com telah berhasil membahasnya simak dengan baik ya!
Apa Itu Doom Spending?
Melansir Psychology Today, fenomena doom spending merupakan perilaku di mana seseorang melakukan belanja impulsif tanpa berpikir panjang, sering kali sebagai cara untuk menenangkan diri dari perasaan stres atau cemas.
Hal ini terjadi ketika individu merasa pesimis mengenai kondisi ekonomi dan masa depan mereka, sehingga berbelanja menjadi jalan keluar yang dirasakan dapat memberikan kebahagiaan atau pelampiasan sementara dari ketidakpastian yang melanda.
Dalam situasi yang sulit, seperti ketidakpastian ekonomi, banyak orang berusaha mencari pelipur lara dalam bentuk barang-barang yang mereka beli, meskipun mereka tahu bahwa belanja tersebut mungkin tidaklah diperlukan atau bahkan di luar kemampuan finansial mereka.
Perilaku ini dapat menjadi masalah yang lebih besar, karena dampaknya tidak hanya terbatas pada pengeluaran yang berlebihan, tetapi juga dapat mengarah pada stres finansial yang lebih dalam.
Banyak individu terjebak dalam siklus di mana mereka terus menerus berbelanja untuk mengatasi perasaan negatif, namun pada gilirannya, hal ini justru menambah kecemasan mereka ketika menghadapi tagihan dan utang yang menumpuk.
Dalam jangka panjang, doom spending dapat menyebabkan konsekuensi serius, seperti ketidakstabilan keuangan, kehilangan tabungan, dan masalah emosional yang lebih parah. Dengan demikian, penting untuk memahami dan mengatasi perilaku ini agar dapat menciptakan keseimbangan yang sehat antara pengeluaran dan keuangan pribadi, serta mengelola stres dengan cara yang lebih konstruktif.
Fenomena Doom Spending Sudah Terjadi secara Global
Fenomena Doom Spending kini menjadi isu yang berlangsung secara global, memengaruhi banyak individu di berbagai belahan dunia. Salah satunya adalah Stefania Troncoso Fernández, seorang wanita berusia 28 tahun yang tinggal di Kolombia bersama orang tuanya.
Ia mengungkapkan kepada publik bahwa meskipun telah berusaha pulih dari kebiasaan borosnya dalam berbelanja, situasi terkini yang ditandai dengan inflasi yang tinggi dan ketidakpastian politik di negaranya membuatnya sulit untuk menyusun strategi penghematan uang dengan efektif.
Stefania mencatat bahwa kondisi ekonomi yang tidak stabil ini membuat banyak orang, termasuk dirinya, merasa tertekan dan mendorong mereka untuk berbelanja sebagai bentuk pelarian dari realitas yang membebani. Ia merasakan dampak langsung dari situasi ini, di mana sulitnya merencanakan masa depan keuangan menjadi tantangan tersendiri.
Dalam menghadapi ketidakpastian, kebiasaan belanja impulsif muncul sebagai respons yang biasa terjadi, bahkan ketika ia menyadari bahwa tindakan tersebut tidak selalu bijaksana.
Fenomena ini, yang tidak hanya dialami oleh Stefania, mencerminkan bagaimana masyarakat global kini harus berjuang untuk menemukan keseimbangan antara kebutuhan emosional dan tanggung jawab finansial di tengah situasi ekonomi yang penuh tantangan.
Penyebab Doom Spending
Generasi Z dan milenial sangat rentan terhadap fenomena doom spending, terutama karena tantangan ekonomi yang semakin berat dan pergeseran budaya yang mengutamakan dokumentasi di media sosial daripada menabung.
Kebiasaan menghamburkan uang untuk hal-hal yang tidak penting ini dapat menyebabkan berbagai efek negatif. Salah satunya adalah munculnya tekanan finansial yang lebih besar di masa depan, karena individu cenderung mengabaikan tabungan dan mengakumulasi utang.
Selain itu, perilaku ini juga dapat merusak kesehatan mental, menimbulkan rasa bersalah dan stres setelah melakukan pembelian impulsif, sehingga menciptakan siklus belanja yang tidak sehat. Mmenghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak penting tersebut akan menyebabkan beberapa efek negatif, yaitu:
- Penumpukan utang
- Merusak tujuan keuangan
- Beban Emosional
- Kesulitan menabung
- Lingkaran belanja yang tidak sehat
Bagaimana Solusi untuk Berhenti Doom Spending?
Menurut Baeckström bahwa untuk mengatasi pengeluaran yang tidak sehat, sangat penting untuk memahami bagaimana hubungan kita dengan uang. Ia menjelaskan bahwa hubungan ini mirip dengan hubungan yang kita miliki dengan orang lain.
Seperti halnya interaksi sosial yang kita jalani, hubungan kita dengan uang juga dimulai sejak masa kanak-kanak dan terus berkembang seiring waktu.
Dalam proses ini, manusia sering kali membentuk berbagai jenis keterikatan terhadap uang, yang dapat mempengaruhi pola pengeluaran mereka di kemudian hari.
Misalnya, pengalaman masa kecil, lingkungan keluarga, dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua dapat berkontribusi pada cara seseorang berhubungan dengan uang.
Keterikatan ini bisa bersifat positif atau negatif, dan sangat memengaruhi bagaimana kita mengambil keputusan finansial. Dengan memahami latar belakang emosional dan psikologis dari hubungan ini, kita dapat lebih baik dalam mengelola pengeluaran dan menciptakan kebiasaan finansial yang lebih sehat di masa depan.
Nah itu dia pemahaman terkait apa itu Doom Spending, penyebab gen Z dan millennial cepat miskin! untuk itu kita perlu waspada terkait fenomena ini ya, Ma.
Baca juga:
- Tren Gaya Hidup Sehat Meningkat, Store Ini Hadirkan Konsep Baru
- Mengenal Silent Walking, Tren Healing yang Hype di TikTok
- Tren Gaya Hidup Gen Z Meningkat Hingga 11,7 Perse