Review Film “Laut Tengah”, Tentang Impian dan Keikhlasan
Penonton yang merindukan film romansa tetapi kental dengan nilai-nilai agama, pasti akan senang mendengar kabar baik ini. Film bernuansa romansa religi, kembali hadir meramaikan bioskop Indonesia.
Pengamatan penulis, setelah keberhasilan film Ayat-Ayat Cinta pada tahun 2008, semakin banyak film yang mengangkat kisah romansa religi. Terakhir, penulis menonton film 172 Days pada akhir Desember 2023. Turut penulis review ke dalam artikel di Kompasiana yang berjudul Review Film “172 Days”, Kisah Keikhlasan Perempuan yang Berhijrah.
Tahun 2024, film Laut Tengah menyapa penonton yang sudah merindukan film romansa religi. Seperti film-film romansa religi sebelumnya, film Laut Tengah juga diadaptasi dari novel best seller. Ditulis oleh Berliana Kimberly dengan judul yang sama.
Penonton sudah dapat menikmati film Laut Tengah di seluruh bioskop Indonesia sejak 03 Oktober 2024. Bagi yang sudah membaca novelnya, cerita dalam film hampir sama dengan versi novelnya. Tidak jauh berbeda. Menceritakan harapan perempuan muda yang ingn melanjutkan kuliah S2 di Korea Selatan.
Archie Hekagery selaku sutradara. Chand Parwez Servia sebagai produser. Mengemas perjalanan perempuan yang penuh impian menggapai cita-citanya dalam durasi 108 menit. Menggandeng aktor dan aktris muda ternama. Mulai dari Yoriko Angeline, Ibrahim Risyad, dan Anna Jobling.
Sebelum membahas lebih jauh lagi, simak terlebih dahulu sinopsis singkat film Laut Tengah!
Laut Tengah menceritakan tentang kisah perempuan bernama Haia. Diperankan oleh Yoriko Angeline. Haia adalah seorang perempuan yang memiliki banyak impian dalam hidupnya. Salah satunya adalah ingin melanjutkan studinya ke jenjang S2 di Korea Selatan.
Tidak ada yang mudah dalam hidup. Termasuk saat berusaha menggapai impian. Haia harus menghadapi kenyataan pahit setelah Ayahnya meninggal dunia. Kematian Ayah yang mendadak, membuat Haia begitu sedih bahkan terpuruk.
Haia berusaha bangkit dan kembali mencari jalan untuk menggapai impiannya. Ia selalu mengikuti seleksi beasiswa S2 di Korea sampa akhrinya mendapatkan tiket itu dari program pemerintah.
Sayangnya, nasib buruk menimpanya. Hari sial memang tidak ada di kalender. Secara tiba-tiba, beasiswa yang ia impikan itu dibatalkan oleh pemerintah. Haia sangat kesal dan kecewa. Namun ia pun tak memiliki daya apapun untuk mengubah nasib itu.
Benar kata pepatah, bahwa kesempatan kedua benar adanya. Tawaran untuk dapat melanjutkan S2 di Korea Selatang datang dari dosennya, yaitu Prof Fatih yang diperankan ole Pritt Timothy. Untuk mendapatkan kesempatan itu, ada syarat yang harus dijalankan oleh Haia, yaitu menjadi istri kedu dari saudaranya.
Prof Fatih memiliki keponakan yang bernama Aisha. Aisha diperankan oleh Anna Jobling. Aisha sudah memiliki suami, yaitu Bhumi yang diperankan oleh Ibrahim Risyad. Namun Aisa mencari istri kedua untuk suami yang ia sayangi.
Bukan karena tak bisa memiliki anak. Aisha dan Bhumi sudah memiliki anak. Namun sebagai istri dan ibu, Aisha mengkhawatirkan penyakit kronis yang ia derita. Kemungkingan buruk bisa saja menimpanya kapan saja. Termasuk nyawanya direnggut oleh penyakit yang ia idap.
Hidupnya tidak akan lama lagi, membuat Haia ingin pergi dengan tenang. Termasuk meninggalkan suami dan anaknya dalam keadaan baik, yaitu memiliki penggantinya. Aisha berharap, kehadiran istri kedua atau ibu sambung, bisa menjadi pengganti ketika dirinya telah tiada.
Tawaran ini sangat mengejutkan Haia. Ia memang sangat ingin kuliah S2 di Korea Selatan. Namun, tak pernah terpikirkan sebelumnya akan menikah dengan laki-laki yang tak ia kenal dan tak ia cintai. Apalagi menjadi istri kedua.
Di tengah-tengah kebimbangan, Haia mempertimbangan tawaran itu terus menerus. Sampai akhirnya ia menerima tawaran itu.
Haia mendapatkan apa yang ia mau. Pergi ke Korea dan melanjutkan pendidikan S2nya di sana. Namun kehadirannya tidak dikehendari oleh Bhumi yang menjadi suaminya, beserta anak sambungnya yang bernama Suriah.
Sampai akhirnya Haia begitu dilema ketika Aisha meninggal dunia. Aisha yang membawanya masuk ke keluarga kecilnya, lalu pergi meninggalkan Haia bersama anggota keluarga yang Aisha sayangi, tetapi tak sedikit pun mau untuk menerima kehadiran Haia.
Haia berada dalam persimpangan jalan. Memilih untuk bercerai dengan Bhumi, lalu kembali pulang ke Indonesia. Atau Haia harus memilih untuk tetap bersama Bhumi dan Suriah di Korea untuk menjadi pengganti Aisha dalam kehidupan mereka.
Latar cerita yang ada di Korea Selatan menjadi daya tarik tersendiri dari film ini. Penonton disuguhkan keindahan Korea Selatan yang begitu memanjakan mata. Kontras warnanya begitu senada menyejukkan. Bikin betah selama menonton film Laut Tengah.
Meski sekilas membaca sinopsinya seperti akan mengisahkan Haia yang begitu tersiksa, tetapi film ini justru banyak memberikan adegan gemas yang pas. Tidak berlebihan, dan begitu nyaman dinikmati. Bikin senyum-senyum sendiri menontonnya.
Film Laut Tengah seolah ingin memberikan nasihat bahwa dalam hidup ada sebuah takdir yang tak bisa kita rubah. Kuncinya adalah ikhlas menjalaninya dengan penuh kesabaran. Tentunya dilandaskan dengan bentuk penghambaan kepada Yang Maha Kuasa. Menyerahkan semuanya kepada Tuhan, termasuk percaya bahwa yang terjadi adalah yang terbaik.
Mungkin banyak yang bertanga-tanya, mengapa diberi judul Laut Tengah? Apa kaitannya dengan isi cerita?
Laut Tengah diibaratkan sebagai Aisha. Aisha yang menjadi penghubung dari Haia, Bhumi, dan Suriah. Aisha yang menginginkan keluarganya bisa bersatu dengan Haia. Haia adalah perempuan pilihannya untuk melanjutkan perannya sebagai istri dan seorang ibu.
Setelah memuji penampilan Anna Jobling menjadi hantu dalam film Lembayung (2024), penulis kembali memberikan pujian atas kualitas aktingnya dalam membawakan karakter Aisha. Semakin tidak sabar untuk menantikan film-film yang melibatkan dirinya.