Informasi Terpercaya Masa Kini

Microsoft Bakal Kembali Operasikan PLTN Jalankan Data Center AI

0 15

Microsoft dan Constellation Energy, sebuah perusahaan energi AS akan mengoperasikan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Three Mile Island yang akan memasok energi ke pusat data Microsoft untuk  pengembangan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.  PLTN itu akan menyuplai listrik selama 20 tahun, dengan rencana pengoperasian ulang dimulai pada 2028. 

“Kerjasama ini sebagai pembelian energi terbesar dalam sejarah perusahaan dan simbol kebangkitan energi nuklir sebagai sumber energi bersih dan andal,” kata CEO Constellation Joe Dominguez seperti dikutip Reuters.

Sebelumnya, PLTN Three Mile Island yang berlokasi di Pennsylvania ditutup pada 2019 karena tak mampu bersaing dengan sumber energi terbarukan yang lebih murah. PLTN ini memiliki dua reaktor tetapi unit 2 ditutup permanen setelah kecelakaan besar pada 1979 yang menyebabkan pelepasan gas radioaktif. Sementara unit 1, yang akan dihidupkan kembali, ditutup pada 2019. 

Dalam kemitraan ini, Constellation Energy akan menginvestasikan 1,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 24,2 triliun untuk memperbarui fasilitas dan menamainya Crane Clean Energy Center, menghormati mantan CEO Constellation, Chris Crane. 

Meskipun izin operasi belum diajukan, tren di industri teknologi menunjukkan peningkatan minat pada energi nuklir. Amazon Web Services dan Oracle juga telah mempertimbangkan penggunaan tenaga nuklir untuk pusat data mereka, karena diproyeksikan konsumsi listrik untuk pusat data akan meningkat secara signifikan seiring dengan perkembangan AI. Goldman Sachs memperkirakan pusat data akan mengonsumsi 8% dari total listrik AS pada 2030, naik dari 3% saat ini.

Boros Listrik

Teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Namun peningkatan kemampuan AI itu menuntut penggunaan sumber daya enerhi yang lebih besar. Sebagai contoh, OpenAI membutuhkan energi listrik sangat besar untuk mengoperasikan ChatGPT. Sebuah laporan dari University of California mengungkap bahwa ChatGPT, salah satu produk OpenAI, menggunakan banyak air untuk menjalankan prosesnya, termasuk menulis email dengan 100 kata. 

Misalnya, sebuah data center di Texas memerlukan sekitar 235 mililiter air untuk membuat email 100 kata. Sedangkan, data center OpenAI di Washington membutukan hingga 1.408 mililiter air untuk melakukan hal serupa. Ketersediaan air yang rendah di wilayah tertentu dan harga listrik yang murah, menyebabkan data center mengandalkan pendingin udara bertenaga listrik untuk mendinginkan mesin.

Kebutuhan kapasitas data center yang semakin besar karena berkembangnya AI generatif membuat pendinginan berbasis udara tidak lagi memadai. Kini, penggunaan pendingin cairan menjadi keharusan, meskipun hal ini berdampak negatif terhadap lingkungan karena konsumsi air dan listrik yang signifikan.

Misalnya, data center OpenAI membutuhkan daya yang setara dengan menyalakan lebih selusin lampu LED selama satu jam untuk menuliskan email 100 kata oleh ChatGPT. Jika 10 persen populasi Amerika Serikat (AS) menggunakan ChatGPT untuk menulis email sekali seminggu selama setahun, daya yang dibutuhkan akan setara dengan konsumsi listrik seluruh rumah tangga di Washington, DC selama 20 hari.

Penggunaan air dan listrik yang masif ini kemungkinan akan terus meningkat. Sebagai contoh, Meta menggunakan 22 juta liter air untuk melatih model AI terbaru mereka, Llama 3.1. Di sisi lain, pusat data Google di The Dalles, Oregon, mengonsumsi hampir seperempat dari seluruh pasokan air kota tersebut. Sementara itu, superkluster Memphis milik xAI memerlukan daya listrik sebesar 150MW, cukup untuk memenuhi kebutuhan 30.000 rumah.

Sementara itu Towards Data Science melaporkan melatih model AI GPT-4 selama 90-100 hari membutuhkan listrik sekitar 62.000 MWh, setara dengan konsumsi energi 1.000 rumah tangga AS selama 5-6 tahun. Tak hanya itu, biaya pelatihan model ini diperkirakan mencapai 100 juta dolar AS. Proses pelatihan GPT-4 menggunakan sekitar 25.000 GPU Nvidia A100, yang ditempatkan di 3.125 server, dengan masing-masing server memerlukan daya 6,5 kW. Jika server ini beroperasi penuh selama 90-100 hari, total konsumsi listrik akan mencapai antara 51.772 MWh hingga 57.525 MWh, atau setara dengan konsumsi energi tahunan 1.000 rumah tangga AS.

Peningkatan penggunaan server Microsoft Azure untuk melatih model AI seperti GPT-4 juga menyebabkan lonjakan konsumsi listrik Microsoft, yang meningkat dari 11 TWh pada 2020 menjadi 24 TWh pada 2023, lebih besar dari konsumsi listrik tahunan Yordania. Lonjakan ini juga disertai dengan peningkatan emisi karbon Microsoft sebesar 42 persen, yang diperkirakan terkait dengan pelatihan dan pengoperasian model AI tersebut.

Baca Juga: Ditambah AI Gemini, Kini Gmail Mampu Membalas Email Lebih Cerdas

Leave a comment