Gen-Z Harus Tahu! Begini Cara Beralih dari Doom Spending ke Loud Budgeting
Istilah dalam dunia keuangan terus berkembang menciptakan kreativitas baru, meskipun secara mendasar konsepnya telah ada sejak dulu. Salah satunya trend doom spending di kalangan Gen-Z hingga generasi millenial.
Dilansir dari Bloomberg, Istilah doom spending merujuk pada kebiasaan menghabiskan uang tanpa rencana yang jelas, sebagai respons terhadap stres atau ketidakpastian masa depan.
Berdasarkan survei yang dilansir dari Financial Planning Association, sebanyak 45% anak muda di rentang usia 18-25 tahun mengakui bahwa mereka sering melakukan pembelian impulsif sebagai pelarian dari kecemasan hidup.
Namun, tren baru bernama loud budgeting kini mulai menarik perhatian. Bukan sekadar mengelola uang secara diam-diam, loud budgeting juga mengajarkan pentingnya transparansi dalam pengelolaan keuangan.
Tren baru ini membagikan pencapaian finansial mereka secara terbuka di media sosial, termasuk tips menabung hingga investasi, sehingga tidak hanya membantu mereka mengatur keuangan pribadi dengan lebih baik, tetapi juga memotivasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Lantas, bagaimana cara beralih dari doom spending ke loud budgeting? Yuk, simak langkah-langkahnya.
1. Mulai Kenali Pola Belanja Pribadi
Sebagai langkah pertama, dimulai dari menganalisis terkait kapan dan mengapa sering terjebak dalam doom spending. Biasanya, dorongan ini muncul saat sedang merasa stres atau bosan.
Dengan menyadari pemicunya, aturlah untuk mulai mencari solusi lain yang lebih sehat, seperti menghilangkan setres dengan berolahraga, meditasi atau pergi ke tempat-tempat kajian ruhani.
2. Buat Anggaran dengan Cara Menyenangkan
Selanjutnya, mulai tanamkan bahwa membuat anggaran sebagai hal yang menakutkan. Coba buat anggaran dengan cara yang kreatif, seperti menggunakan aplikasi yang penuh warna dan mudah digunakan.
Aplikasi seperti YNAB (You Need a Budget) atau Mint atau catatan keuangan, bisa membantu untuk memantau pengeluaran dan memberikan laporan harian.
Menurut sebuah penelitian Journal of Financial Counseling and Planning, penggunaan aplikasi anggaran dapat meningkatkan kedisiplinan dalam mengelola keuangan (Hanna, 2020).
3. Terbuka dengan Pencapaian Finansial
Jika biasanya berbagi tentang masalah keuangan dianggap tabu, dalam loud budgeting, membagikan perjalanan finansial justru dianjurkan.
Langkah selanjutnya yaitu dengan mengikuti komunitas keuangan di media sosial, seperti Instagram atau TikTok, di mana banyak orang atau influencer yang membagikan cara mereka mengatur keuangan.
Menurut sebuah artikel di Forbes, berbagi pengalaman keuangan secara terbuka dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi dalam mengelola keuangan (Forbes, 2022).
4. Tentukan Prioritas Jangka Panjang
Terakhir tetapi tidak kalah pentingnya, yaitu fokus pada tujuan jangka panjang, seperti menabung untuk pendidikan atau mulai berinvestasi untuk membantu menahan diri dari pengeluaran yang sia-sia.
Mengenai prioritas, prediksi mengenai inflasi dan meningkatkan angka kemiskinan di masa mendatang, sedikitnya sudah membuat pola keuangan generasi Z hingga milenial.
Bahkan, menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Charles Schwab, 70% orang muda sudah memiliki tujuan jangka panjang yang terkait dengan keuangan, seperti menabung untuk belajar atau membeli rumah (Charles Schwab, 2023).
Demikian, berpindah dari doom spending ke loud budgeting bukan hanya soal menghemat uang, tetapi juga membangun pola pikir yang lebih sehat dalam mengelola keuangan.
Melibatkan transparansi, kedisiplinan, dan perencanaan yang baik, sebagai kunci mencapai kestabilan finansial. (*)