Informasi Terpercaya Masa Kini

Alas Mentaok, Hutan yang Menjadi Cikal Bakal Berdirinya Kerajaan Mataram Islam

0 10

KOMPAS.com – Sejarah Kerajaan Mataram Islam tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Alas Mentaok.

Kerajaan Mataram Islam yang pasca Perjanjian Giyanti (1755) harus terpecah menjadi dua menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta ini berawal dari hutan belantara yang dibangun oleh Ki Ageng Pemanahan.

Baca juga: Makam Raja-Raja Mataram di Kotagede: Sejarah dan Daftar Nama Raja yang Dimakamkan

Pada awalnya, Alas Mentaok merupakan hadiah dari sayembara yang dibuat oleh raja kerajaan Pajang yaitu Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir.

Saat itu, Sultan Hadiwijaya mengadakan sayembara bahwa siapa pun yang bisa membunuh Arya Penangsang akan dihadiahi sebuah “tanah perdikan”.

Baca juga: Pasar Legi Kotagede, Pasar Tradisional Tertua di Kota Yogyakarta

Pada akhirnya, diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan, setelah putranya yaitu Danang Sutawijaya berhasil membunuh Arya Penangsang.

Saat diberikan, Alas Mentaok masih berupa hutan belantara sehingga diperlukan upaya membuka lahan atau babat alas untuk membangunnya.

Nama hutan belantara ini kemudian diambil dari salah satu nama pohon yang tumbuh di sana, yaitu pohon mentaok.

Baca juga: Sejarah Kotagede, Ibu Kota Kerajaan Mataram Islam yang Pertama

Lokasi Alas Mentaok

Hingga saat ini, salah satu pertanyaan yang banyak dilontarkan adalah di mana sebenarnya lokasi Alas Mentaok yang menjadi cikal bakal Kerajaan Mataram Islam.

Dalam penelitian Anis Lestari, mahasiswa Diploma III Pengelolaan Hutan, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, dijelaskan lokasi yang pada masa lalu diperkirakan merupakan Alas Mentaok.

Alas Mentaok pada masa lalu diperkirakan membentang dari timur laut hingga tenggara Kota Yogyakarta, yaitu mulai dari wilayah Purwomartani di Kabupaten Sleman, Banguntapan di Kabupaten Bantul, hingga ke wilayah Kotagede di Kota Yogyakarta.

Pernah Diramal Akan Menjadi Kota Besar

Alas Mentaok yang awalnya merupakan hutan belantara ini ternyata sebelumnya pernah diramal akan menjadi sebuah kota besar.

Hal ini seperti dipaparkan sejarawan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, almarhum G Moedjanto dalam bukunya Konsep Kekuasaan Jawa, Penerapannya oleh Raja-Raja Mataram, terbitan Kanisius, Yogyakarta (1994).

Dalam buku tersebut, dijelaskan bahwa ada Ramalan Sunan Giri yang menyebut bahwa Alas Mentaok kelak akan berkembang menjadi kota besar.

Hal ini kemudian yang membuat Sultan Hadiwijaya sempat ragu untuk memberikan tanah tersebut kepada Ki Ageng Pemanahan.

Dan benar saja, Alas Mentaok yang awalnya berupa hutan belantara perlahan-lahan berkembang menjadi sebuah kerajaan yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perekonomian.

Sejarah Pembangunan Alas Mentaok

Pada awalnya, Ki Ageng Pemanahan bersama keluarga dan pengikutnya pindah dan membangun sebuah desa kecil di hutan tersebut.

Pada saat itu, status wilayah Alas Mentaok yang ada di bawah kepemimpinan Ki Ageng Pemanahan masih sebuah kadipaten di Kerajaan Pajang.

Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, Pangeran Benowo memberikan hak kepada Sutawijaya untuk melepaskan diri dari Kerajaan Pajang dan mendirikan kerajaannya sendiri.

Pada Akhir abad ke-16, Alas Mentaok yang sudah dijadikan pemukiman oleh Ki Ageng Pemanahan berkembang menjadi daerah yang makmur dan kemudian diberi nama Mataram.

Sementara, pusat kekuasaan yang baru kemudian dikenal dengan nama Kotagede.

Sepeninggal sang ayah, Danang Sutawijaya kemudian melanjutkan kepemimpinannya dan mengangkat dirinya menjadi sultan pertama Kerajaan Mataram Islam dengan gelar Panembahan Senopati.

Wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam pun semakin lama semakin luas, melebihi luas Alas Mentaok yang dibangun Ki Ageng Pemanahan.

Sumber:

humas.jatengprov.go.id 

budaya.jogjaprov.go.id

makamkotagede.bantulkab.go.id 

perpusda.bantulkab.go.id  

antaranews.com  

etd.repository.ugm.ac.id  

travel.kompas.com 

Leave a comment