Keju Tertua di Dunia Ditemukan, Jadi Bahan Olesan Mumi China Berusia 3.600 Tahun
KOMPAS.com – Ilmuwan menemukan keju tertua di dunia yang dioleskan di bagian kepala dan leher mumi China berusia 3.600 tahun.
Awalnya, para peneliti menemukan zat misterius yang menempel pada beberapa mumi yang terkubur di wilayah Basin Tarim, China sekitar 20 tahun lalu.
Dan baru beberapa waktu terakhir, para peneliti menemukan bahwa zat yang menjadi bahan olesan bagian luar mumi-mumi tersebut adalah keju.
Adapun temuan para peneliti China tersebut terbit pada Rabu (25/9/2024) dan dipublikasikan di jurnal Cell.
“Ini adalah sampel keju tertua yang pernah ditemukan di dunia,” ucap salah satu peneliti dalam studi itu, Qiao Mei Fu dikutip dari LiveScience, Rabu (25/9/2024).
Baca juga: Mumi dari Abad Ke-17 Dites Positif Narkoba Jenis Kokain, Kok Bisa?
Merupakan keju kefir
Penelitian itu mengungkapkan bahwa jenis keju yang ada di mumi itu adalah keju kefir, keju lunak probiotik.
Peneliti menjelaskan, keju ini diproduksi dengan susu sapi dan kambing pada ribuan tahun lalu.
Keju ini mengandung beberapa spesies bakteri serta jamur, seperti Lactobacillus kefiranofaciens dan Pichia kudriavzevii yang keduanya ditemukan pada biji-bijian kefir modern.
Biji-bijian ini adalah kultur simbiosis yang terdiri dari campuran bakteri dan ragi yang memfermentasi susu menjadi keju.
“Bahan makanan seperti keju sangat sulit untuk diawetkan selama ribuan tahun, sehingga ini merupakan penemuan yang langka dan berharga,” kata Fu.
Keju kefir sendiri mirip dengan yogurt, namun memiliki rasa yang lebih asam dan konsistensi lebih kental.
Baca juga: Arkeolog Ungkap Temuan Mumi Mesir Memiliki Janin Sebelum Diawetkan
Tujuan keju dioleskan ke tubuh mumi
Alasan keju dioleskan pada kepala dan leher mumi yang ditemukan di Basin Tarim, kemungkinan karena bahan tersebut merupakan sumber daya berharga pada masa itu.
“Perhatian utama adalah bahwa keju itu penting bagi kehidupan mereka,” ujar Fu, dilansir dari IFLScience, Rabu (25/9/2024).
”Karena keju ditemukan di 10 makam dan mumi,” sambung dia.
Di era modern, ada dua varietas utama Lactobacillus kefiranofaciens, yakni yang berasal dari Rusia (paling banyak digunakan saat ini) dan dari Tibet.
L. kefiranofaciens dalam keju yang berada di tubuh mumi tersebut sebenarnya paling mirip dengan varietas Tibet yang ada saat ini.
Hal tersebut cukup membantah kepercayaan lama bahwa kefir berasal dari wilayah pegunungan Kaukasus Utara, Rusia.
“Pengamatan kami menunjukkan bahwa budaya kefir telah dipertahankan di wilayah Xinjiang, China Barat Laut sejak Zaman Perunggu,” terang Fu.
Baca juga: Arkeolog Temukan Tumor Langka Berisi Gigi pada Mumi Perempuan Mesir Berusia 3.000 Tahun