Kena ,Tulah, Anak Abah,Elektabilitas PKS Anjlok di Jabar Setelah Prank Anies di Pilkada Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM – Elektabilitas PKS di Jawa Barat (Jabar) anjlok jelang Pilkada serentak 2024.
Hal itu membuat Presiden PKS, Ahmad Syaikhu yang maju sebagai cagub bersama Ilham Akbar Habibie di Pilkada Jabar terancam kalah.
Menurunnya tingkat keterpilihan PKS disinyalir karena kena “tulah” Anak Abah, sebutan para pendukung Anies Baswedan.
Loyalis Gubernur Jakarta 2017-2022 itu dibaca mengalami kekecewaan lantaran sang jagoan batal diusung PKS maju Pilkada Jakarta 2024.
Rasa kecewa Anak Abah yang berada di berbagai daerah di Indonesia berimbas juga kepada PKS di Jabar.
Hasil Survei
Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia terbaru, PKS mendapatkan elektabilitas 9,6 persen.
Padahal pada survei periode Juli 2024, elektabilitas partai yang terkenal dengan perkaderannya itu memiliki elektabilitas 13,2 persen.
Dalam tempo dua bulan saja, PKS kehilangan tingkat keterpilihannya sampai 3,6 persen.
Sementara itu, elektabilitas paslon yang diusung PKS bersama koalisinya, NasDem dan PPP, bukan yang tertinggi.
Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie hanya unggul dari paslon usungan PKB, Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina dan paslon usungan PDIP, Jeje Wiradinata-Ronald Surapradja.
Berikut hasil survei terbaru terkait elektabilitas paslon di Pilkada Jabar 2024:
1. Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan: 77,81 persen
2. Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie: 10,98 persen
3. Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina: 2,24 persen
4. Jeje Wiradinata-Ronald Surapradja: 2,24
5. Tidak tahu atau tidak jawab: 6,73 persen.
Survei ini dilakukan pada 2-8 September 2024 dengan melibatkan 1.200 responden yang diambil melalui metode simple random sampling.
Margin of error survei ini sekitar ± 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen, responden berasal dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat.
Anies Diprank, PKS Kena ‘Tulah’
Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menatakan, merosotnya elektabilitas PKS sangat terkait dengan potensi kalahnya Syaikhu-Ilham.
Burhan, sapaan karibnya, juga melihat ada keterkaitan tren penurunan elektabilitas PKS dengan kekecewaan atau kemarahan Anak Abah karena PKS tidak jadi mengusung Anies di Jakarta.
“Dibanding survei bulan Juli, basis pemilih PKS menurun dari 13 persen ke 9,6 persen di bulan September.”
“Nah ini lagi-lagi menimbulkan pertanyaan berkaitan Apakah ada semacam kemarahan temporer ya terutama dari pendukung Anies Baswedan terhadap PKS karena sebelumnya 13 persen lebih itu pemilih PKS di Jawa Barat ya. Sekarang ada tren penurunan.”
“Nah kalau misalnya basis pemilih PKS-nya turun itu kan mengurangi potensi buat Syaikhu untuk untuk mengembangkan pangsa pasarnya,” papar Burhan saat merilis survei seputar Pilkada Jabar 2024, pada Kamis (12/9/3034).
PKS memang identik dengan Anies, berlatar Pilkada Jakarta 2017 lalu dan Pilpres 2024 yang saling mendukung.
Terlebih Anies karib dengan corak Islam dan modern seperti halnya PKS.
Namun, batalnya PKS mengusung Anies di Pilkada Jakarta membuat anak abah ngambek kecewa, termasuk yang berada di Jabar.
PKS sempat mendeklarasikan pasangan Anies Baswedan-Sohibul Iman sebagai Cagub-Cawagub Jakarta.
Seiring terjadinya perkembangan politik, PKS putar arah.
Partai yang kini identik dengan oranye itu justru bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus mengusung Ridwan Kamil sebagai cagub, dan kader seniornya, Suswono sebagai cawagub.
Anies pun dipastikan tidak mengikuti Pilkada Jakarta, dan Pilkada di daerah manapun.
“Kemarin sempat muncul nama Anies Baswedan sebagai calon gubernur yang pertama kali dilontarkan oleh PKS di Jakarta. Kemudian PKS dalam konteks Pilkada Jakarta itu berkoalisi dengan KIM (Koalisi Indonesia Maju) mengusung pasangan Ridwan Kamil dan suswono.”
“Nah kalau Teori ini benar bahwa pendukung Anies Baswedan masih tanda kutip ngambek karena merasa diprank oleh PKS karena junjungannya gagal mencalonkan diri,” papar Burhanuddin.
“Maka kalau teori itu benar ada keengganan dari sebagian pendukung Anies untuk memilih Ahmad Syaikhu dan Ilham Akbar Habibie,” lanjutnya.
Namun, kata Burhanuddin, analisis itu masih harus diuji. Sebab waktu survei sangat dekat dengan batas akhir pendaftaran Pilkada, di mana kekecewaan Anak Abah masih tinggi.
“Apakah ngambeknya itu ngambek permanen atau ngambek temporer. Karena kan kejadiannya baru berlangsung kita turun ketika pendukung Anies lagi marah nih merasa diprank,” jelasnya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya