Membangun Kebiasaan Hebat untuk Menghilangkan Fake Productivity: Resensi Buku The Importance of Habits
Pernahkah kamu merasa hidupmu terasa hampa dan monoton? Merasa sudah sibuk atau produktif di kantor atau di kampus, tapi hasilnya tak sebanding? Tenang, kamu tidak sendirian!
Banyak orang terjebak dalam fake productivity, terjebak dalam produktivitas palsu.
Listiana Setyaningrum punya solusi untukmu. Kamu mungkin sering mendengar istilah morning person. Ya, mulailah aktivitas dengan bangun pagi.
Dalam bukunya The Importance of Habits: Menajamkan Kebiasaan Diri untuk Menjadi Orang Berprestasi, Listiana mengatakan bahwa selain memiliki ceklis harian, berdasarkan penelitian, 88% orang sukses memiliki kebiasaan membaca buku minimal 30 menit sehari, dan waktu terbaik untuk membaca buku adalah pagi hari.
Ceklis harian bukan hanya tentang bangun pagi. Ceklis ini bisa berisi berbagai aktivitas yang ingin kamu capai setiap hari, yang sudah kamu susun semalam sebelum tidur. Jadi, sempatkanlah membuat ceklis sebelum tidur alih-alih berselancar di media sosial.
Dengan membuat dan mengikuti ceklis harian, kamu akan lebih terarah dan fokus dalam mencapai tujuanmu. Kamu juga akan lebih termotivasi untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia.
Buku The Importance of Habits karya Listiana Setyaningrum, nama pena dari Andini Sri Wedari, ini mengajak pembaca untuk menyelami dunia kebiasaan dan bagaimana habits tersebut dapat memengaruhi kesuksesan.
Buku ini diawali dengan penjelasan tentang bagaimana pikiran yang berulang kali akan membentuk kebiasaan. Seperti ketika berkendara, kita akan tahu secara otomatis kapan harus menekan pedal gas atau di mana harus menginjak pedal rem.
Kebiasaan ini menjadi autopilot yang mengendalikan tindakan kita.
Bagian ini ditegaskan dengan penjelasan ilmiah tentang peran ganglia basal dalam pembentukan kebiasaan (hlm 28). Listiana kemudian membahas tentang disiplin dan kepercayaan diri sebagai kunci utama dalam mencapai kesuksesan (hlm 39).
Untuk tetap aktif menulis di Kompasiana ini, misalnya, dua hal yang harus saya lakukan adalah membaca ketika saya malas membaca, dan menulis ketika saya tidak ingin menulis.
Listiana menjelaskan bahwa orang sukses adalah mereka yang mampu melakukan hal-hal yang tidak disukai demi mencapai tujuan. Kepercayaan diri, yang diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman, menjadi penunjang utama dalam proses ini (hlm 44).
Salah satu poin penting dalam buku ini adalah bagaimana mengatasi kebiasaan menunda-nunda. Listiana menawarkan metode “Pomodoro” yang membagi waktu kerja menjadi interval 25 menit fokus dan 5 menit istirahat.
Teknik ini, dipadukan dengan penetapan ritme pribadi, skala prioritas, dan self-reward, dipercaya dapat membantu pembaca dalam menyelesaikan tugas tepat waktu (hlm 52).
Lebih lanjut, Listiana membahas tentang kebiasaan orang sukses, baik fisik maupun mental.
Kebiasaan fisik seperti bangun pagi, memiliki daftar tugas (checklist) harian, dan gaya hidup sehat dibahas sebagai fondasi dasar. Kebiasaan mental, seperti berpikir positif dan fokus pada tujuan, ditekankan sebagai kunci untuk membuka peluang baru.
Buku ini menawarkan banyak hal menarik bagi para pembaca yang ingin meraih kesuksesan.
Pertama, penjabarannya yang jelas tentang konsep kebiasaan dan perannya serta tips bagaimana mengubah kebiasaan buruk yang dilakukan secara konsisten yang mengantarkan kita pada puncak kesuksesan.
Kedua, tips-tips praktis untuk mengatasi kebiasaan menunda-nunda dan meningkatkan fokus. Tips-tips tersebut dibutuhkan oleh mereka yang ingin keluar dari jeratan prokrastinasi dan meraih fokus yang maksimal.
Ketiga, buku ini menjelaskan tentang pentingnya disiplin, kepercayaan diri, dan berpikir positif, tiga pilar utama yang mengantarkan kita pada kesuksesan.
Meskipun buku ini sarat dengan tips dan motivasi, terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan.
Pertama, beberapa cerita motivasi terkesan berulang, bahkan kisah Sylvester Stallone diceritakan berulang kali dengan teknik yang sama, sehingga membuat pembaca merasa bosan.
Kedua, terdapat beberapa inkonsistensi dalam penyajian informasi, terutama di Bab 3 yang menjadi jantung dan kerangka utama buku ini. Bab 3, meskipun kaya informasi tentang kebiasaan orang sukses, memiliki struktur penulisan dan penempatan poin yang kurang tepat.
Listiana menjabarkan 12 kebiasaan hebat, salah satunya “fokus”. Namun, poin ini justru terkesan “tidak fokus” sebab diulang beberapa kali, termasuk poin kegagalan. Sebaiknya, bagian kegagalan dan fokus dibuat dengan judul besar dan subjudul yang jelas.
Ketiga, masih terdapat saltik kecil dan kerancuan bahasa, seperti penggunaan kata “dipungkiri” yang seharusnya “dimungkiri”. Meskipun terkesan kecil, sepele, hal ini bertentangan dengan pernyataan Listiana sendiri tentang “mulai dari hal terkecil”.
Hidup kita bagaikan algoritma. Apa yang kita cari, lakukan, dan pikirkan di hari ini akan membentuk kebiasaan dan pola hidup kita di masa depan. Kebiasaan ini ibarat data yang diproses oleh algoritma, menentukan apa yang muncul di “explore” dan “linimasa” kehidupan kita.
“Kesuksesan adalah buah dari apa yang telah kita upayakan. Sementara itu, kegagalan adalah konsekuensi dari apa yang tidak kita lakukan” (hlm 117).
Buku The Importance of Habits menawarkan panduan praktis untuk mengubah kebiasaan dan membangun pola hidup yang baru. Dengan menerapkan tips-tips yang dipaparkan, kamu dapat meningkatkan fokus, disiplin, dan kepercayaan diri, yang merupakan kunci utama untuk mencapai kesuksesan.
Identitas Buku
Judul Buku : The Importance of Habits: Menajamkan Kebiasaan Diri untuk Menjadi Orang Berprestasi
Penulis : Listiana Setyaningrum
Penerbit : Hijaz Pustaka Mandiri
Tahun Terbit : 2022
ISBN : 978-602-5790-36-2
Ukuran : 14×21 cm, 160 hlm.
Mulailah dari sekarang. Baca buku ini, pelajari tips-tipsnya, dan terapkan dalam hidup Anda. Kamu berhak untuk hidup bahagia dan sukses [mhg]!