Mengenal Mongolia, Bangsa yang Pernah Ditakuti sebagai Penakluk Dunia
TEMPO.CO, Jakarta – Kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Mongolia, Selasa, 3 September 2024, menghebohkan dunia. Penyebabnya adalah Putin hingga saat ini masih menjadi buronan ICC untuk kejahatan perang dan Mongolia yang merupakan anggota ICC tidak menangkapnya.
Putin malah menerima sambutan karpet megah yang membuat Ukraina mengkritik Mongolia dan menyebutnya sebagai pukulan terhadap keadilan.
Terlepas dari kritik soal Rusia dan ICC, Mongolia adalah bangsa dengan sejarah luar biasa di masa lalu. Berikut fakta-faktanya yang dilansir laman Kedutaan Mongolia untuk Amerika Serikat:
Bangsa Pengembara
Sejumlah besar etnis telah mendiami Mongolia sejak zaman prasejarah. Sebagian besar dari mereka adalah pengembara yang, dari waktu ke waktu, membentuk konfederasi yang kemudian menjadi terkenal. Yang pertama, Xiongnu, disatukan untuk membentuk konfederasi oleh Modun Shanyu pada 209 SM.
Jenghis Khan
Pada 1206, Chinggis Khan (juga dikenal sebagai Jenghis Khan) mendirikan Kekaisaran Mongol, kekaisaran terbesar dalam sejarah. Wilayah Kekaisaran Mongol membentang dari Polandia saat ini di barat hingga semenanjung Korea di timur, dari Siberia di utara hingga jazirah Arab dan Vietnam di selatan, mencakup sekitar 33 juta kilometer persegi.
Kubilai khan
Pada 1227, setelah kematian Jenghis Khan, Kekaisaran Mongol dibagi menjadi empat kerajaan. Pada 1260, cucu Chinggis Khan, Kubilai Khan, naik takhta sebagai salah satu dari empat kerajaan yang meliputi Mongolia dan Tiongkok saat ini. Pada tahun 1271, Kubilai Khan secara resmi mendirikan Dinasti Yuan. Dinasti Yuan adalah dinasti asing pertama yang memerintah seluruh Tiongkok hingga akhirnya digulingkan oleh Dinasti Ming pada tahun 1368.
Kejatuhan Kekaisaran Mongolia
Namun, berabad-abad konflik internal, ekspansi dan kontraksi membuat mereka jatuh ke dalam dinasti Manchu Qing. Mereka menaklukkan Mongolia Dalam pada 1636. Mongolia Luar ditaklukkan pada 1691. Selama dua ratus tahun berikutnya, Mongolia diperintah oleh Dinasti Qing hingga tahun 1911.
Revolusi Rakyat
Mongolia mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1911 di bawah pemerintahan Bogd Khan, pemimpin spiritual Buddha Tibet Mongolia. Namun, pemerintah Cina masih menganggap “Mongolia Luar” sebagai bagian dari wilayahnya dan menginvasi negara tersebut pada 1919.
Pada 1921, Revolusi Rakyat menang di Mongolia dengan bantuan Tentara Merah Rusia dan dengan demikian Mongolia menjadi negara sosialis kedua di dunia. Setelah kematian Bogd Khan pada 1924, Republik Rakyat Mongolia diproklamasikan dan Konstitusi pertama diadopsi.
Di Bawah Rezim Komunis
Mongolia berada di bawah rezim Komunis yang didominasi oleh Soviet selama hampir 70 tahun, dari tahun 1921 hingga 1990. Pada musim gugur 1989 dan musim semi 1990, arus pemikiran politik baru mulai muncul di Mongolia, terinspirasi oleh glasnost dan perestroika di Uni Soviet dan runtuhnya rezim Komunis di Eropa Timur. Pada Maret 1990, revolusi demokratis yang dimulai dengan aksi mogok makan untuk menggulingkan pemerintah berujung pada pengabaian komunisme secara damai. Penolakan komunisme di Mongolia menghasilkan sistem multi-partai, konstitusi baru, dan transisi menuju ekonomi pasar.
Perubahan dari Sosialis ke Demokrasi
Selama dua dekade terakhir, Mongolia telah mengubah dirinya dari negara sosialis dengan ekonomi terencana menjadi negara demokrasi multi-partai yang dinamis dengan salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Geografi dan Populasi
Mongolia adalah negara terkurung daratan terbesar kedua di dunia dan menempati wilayah seluas 1,56 juta kilometer persegi. Mongolia terletak di Asia Utara, berbatasan dengan Rusia di utara dan Cina di selatan, timur dan barat. Mongolia adalah negara yang paling tidak padat penduduknya di dunia, dengan populasi lebih dari 3,1 juta orang yang tinggal di wilayah seluas 1,56 juta kilometer persegi. Ulaanbaatar adalah ibu kota dan kota terbesar di Mongolia dan merupakan rumah bagi sekitar 45% populasi negara ini.
Agama, Etnis dan Bahasa
Agama Buddha adalah agama utama di Mongolia dengan sejumlah kecil pemeluk agama Islam, Kristen, dan Shaman yang tinggal di Mongolia.
Bahasa resminya adalah bahasa Mongolia dan digunakan oleh 90% populasi. Bahasa Inggris dengan cepat menggantikan bahasa Rusia sebagai bahasa paling populer setelah bahasa Mongolia. Banyak orang Mongolia juga berbicara bahasa Korea, Jepang, Cina, Jerman, dan bahasa Eropa Barat lainnya. Etnis Mongol terdiri dari sekitar 94,9% dari populasi, Kazakh 5%, dan Turki, Cina, dan Rusia membentuk populasi sisanya.
Pilihan Editor: Alih-alih Ditangkap ICC, Putin Dapat Sambutan Mewah di Mongolia