Pengakuan Noa Argamani, Mantan Sandera Israel: ‘Saya Tak Pernah Dipukuli Hamas’
TEMPO.CO, Jakarta – Noa Argamani, salah satu sandera Israel yang diselamatkan pada 8 Juni 2024 di Gaza, membantah laporan yang menyebutkan bahwa dia dipukuli dan rambutnya dipotong selama dalam tahanan, Anadolu Agency melaporkan.
Dia mengatakan bahwa kata-kata yang sebenarnya adalah sebagai berikut: “Akhir pekan ini, setelah penembakan, seperti yang saya katakan, saya mengalami luka di seluruh kepala, dan mengenai seluruh tubuh saya.”
“Saya tegaskan bahwa mereka (warga Palestina) tidak memukul saya, tapi saya terluka di sekujur tubuh saya akibat runtuhnya bangunan yang menimpa saya,” tambahnya,
Ia merujuk pada awal permusuhan tahun lalu: “Sebagai korban dari peristiwa 7 Oktober, saya tidak akan membiarkan diri saya menjadi korban lagi oleh media.”
Kecewa dengan Media Israel
Dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa pada Kamis, 23 Agustus 2024, dan berbicara tentang kengerian yang dialaminya.
“Dan pada saat saya masih duduk bersama Anda, adalah sebuah keajaiban bahwa saya ada di sini. Ini adalah sebuah keajaiban karena saya selamat pada 7 Oktober, dan saya selamat dari pengeboman ini, dan saya juga selamat dari penyelamatan,” kata Argamani tentang pembebasan yang rumit itu.
Dia menambahkan, “Avinatan, pacar saya, masih di sana, dan kami harus membawanya kembali sebelum terlambat.”
Kecewa dengan media Israel yang telah salah mengartikan kesaksianya dengan mengatakan bahwa ia telah dipukuli dan rambutnya dipotong saat berada di tawanan di Gaza, ia memutuskan untuk menulis di Instagram, Jumat, 24 Agustus 2024.
“Saya tidak bisa mengabaikan apa yang telah terjadi di media dalam 24 jam terakhir, banyak hal di luar konteks. Mereka (warga Palestina) tidak memukuli saya dan tidak memotong rambut saya. Saya berada di sebuah bangunan (di Gaza) yang diledakkan oleh Angkatan Udara (Israel).”
“Saya mengatakan, saya memiliki luka di seluruh kepala saya dan saya terluka di sekujur tubuh saya.” Argamani menekankan bahwa luka-lukanya berasal dari runtuhnya bangunan setelah dibom oleh IDF.
“Sebagai korban 7 Oktober, saya tidak akan membiarkan diri saya menjadi korban sekali lagi oleh media,” katanya.
Argamani berada di Jepang untuk meminta bantuan mengamankan pembebasan lebih dari 100 sandera yang masih ditahan oleh Hamas. Kamikawa mengungkapkan kelegaannya atas pertemuan kembali Argamani dengan keluarganya dan menekankan komitmen Jepang terhadap upaya diplomatik untuk gencatan senjata dan penyelesaian situasi Gaza. Jepang belum bertemu dengan warga Palestina yang menjadi korban pengeboman Israel di Gaza.
Penyelamatan Argamani
Pada 8 Juni, IDF mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menyelamatkan Argamani dalam sebuah operasi di jantung kota Nuseirat. Argamani yang berusia 26 tahun berhasil diselamatkan bersama dengan tiga sandera lainnya: Almog Meir (21), Andrey Kozlov (27), dan Shlomi Ziv (40). Penyelamatan Argamani terjadi di hari yang sama dengan hari ulang tahun ayahnya.
Menurut Jerusalem Post, ibunya, Liora Argamani, didiagnosis menderita kanker stadium 4 dan telah bersuara lantang di media tentang keinginannya untuk melihat putrinya lagi sebelum waktunya habis. Kematian Liora diumumkan oleh Tel Aviv Sourasky Medical Center pada 2 Juli.
“Ibu saya adalah teman terbaik yang pernah ada, orang yang paling cantik dan kuat yang pernah saya kenal dalam hidup saya,” kata Noa saat pemakamannya. “Saya berdiri di sini hari ini dan masih sulit mencernanya. Dengan segala rintangan, saya merasa terhormat bisa bersama Anda di saat-saat terakhir dan mendengar kata-kata terakhirnya.”
Dalam upaya untuk mengamankan kepulangannya, Netanyahu meminta dukungan dari Cina pada bulan Desember lalu, karena ibu Noa berasal dari Cina.
Menurut lembaga penyiaran publik Israel, KAN, saat ini terdapat 109 tawanan Israel di Gaza, di mana 36 di antaranya diyakini tidak lagi hidup.
Israel melancarkan serangan ke Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, dan telah melanjutkannya selama lebih dari 10 bulan meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata.
Serangan tersebut telah mengakibatkan lebih dari 40.200 kematian warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 93.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade Gaza yang masih berlangsung telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan yang parah, membuat sebagian besar wilayah itu hancur.
ANADOLU | JERUSALEM POST | MIDDLE EAST MONITOR
Pilihan Editor: Apartemen Putra Netanyahu di Miami AS Dilockdown, Gara-gara Ancaman Bom