Keluarga Menyangkal Dokter Aulia Tewas Bunuh Diri,Polisi Beber Fakta Visum,Kemenkes Usut Kematian
TRIBUNJATIM.COM – Kematian Dokter Aulia yang viral dibicarakan di media sosial beberapa waktu belakangan masih berbuntut panjang.
Terbaru, keluarga memberikan keterangan bantahan terkait kondisi sang anak yang disebutkan meninggal dunia karena bunuh diri.
Keluarga dokter muda Aulia Risma Lestari atau ARL (30) akhirnya menyampaikan keterangan mereka.
Melalui kuasa hukumnya, Susyanto SH MH, keluarga membantah jika ARL bunuh diri.
Keluarga memberikan keterangan resminya di rumahnya di Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jumat (16/8/2024), seperti dikutip TribunJatim.com dari TribunJateng.com, Sabtu (17/8/2024).
Susyanto SH MH mengatakan, menanggapi terkait ramainya pemberitaan ada perundungan atau tidak, pihaknya tidak bisa memberikan keterangan secara vulgar karena dikhawatirkan akan terjadi blunder.
Keterangan itu akan disampaikannya secara terang benderang kepada kepolisian.
“Terkait yang viral katanya, nuwun sewu korban meninggal karena bunuh diri itu kami sangkal. Itu tidak benar. Bahwa almarhumah meninggal dunia karena sakit,” katanya.
Susyanto menjelaskan, almarhumah memiliki riwayat penyakit saraf kejepit yang jika kelelahan itu terasa sakit
Mungkin saat almarhumah merasa sakit dan kelelahan, dalam keadaan darurat dia lalu menyuntikkan obat anestesi dan kelebihan dosis.
Baca juga: Buku Pedoman Dokter Residen Viral usai Kasus dr Aulia, Ada Tugas Junior ke Senior: Harus Manut
“Intinya pihak keluarga menampik terkait bahwa korban almarhumah itu meninggal dunia karena bunuh diri.
Kami sebagai kuasa hukum dari keluarga itu menolak berita tersebut,” tegasnya.
Saat ditanya apakah almarhumah pernah bercerita ke orangtuanya saat menjalani PPDS, menurut Susyanto, hal itu akan dibuka terang benderang apabila penegak hukum meminta keterangan resmi keluarga.
Ia khawatir jika disampaikan kepada media justru akan menjadi fitnah.
Kemudian menanggapi jika hasil investigasi Kemenkes ditemukan perundungan, pihak keluarga menyerahkan kepada Kemenkes RI.
“Itu kewenangan dari pihak Kementerian Kesehatan untuk menata dapur rumah tangganya. Kami hanya sebatas memberikan keterangan apa yang dibutuhkan oleh Kemenkes RI,” jelasnya.
Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar membeberkan hasil pertemuan dengan Tim Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang mengusut kematian Aulia Risma Lestari mahasiswi PPDS Fakultas Kedokteran Undip Semarang.
Kemenkes datang untuk berkoordinasi dalam penyelidikan dan investigasi kasus kematian calon dokter spesialis anestesi itu yang diduga melakukan aksi bunuh diri pada Senin (12/8/2024).
Menurut Irwan dari hasil visum disebutkan bila korban meninggal akibat mati lemas, langkah untuk melakukan autopsi tidak dilakukan atas permintaan dari pihak keluarga dengan pertimbangan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.
Hal itu didukung dengan hasil visum yang menunjukan korban mati lemas.
“Soal bunuh diri, belum tentu juga karena bisa juga karena lalai diri sendiri menyuntikkan obat nyeri melebihi aturan. Namun, masih kita dalami,” jelas Irwan, Jumat (16/8/2024).
Irwan menyebut, terkait isu bullying atau perundungan sampai saat ini belum mendapat petunjuk ke arah itu, dari saksi maupun bukti.
“Sampai saat ini belum ada ke arah itu. Butuh saksi dan alat bukti. Kalau memang ada bully-an dan perundungan pasti akan langsung kita proses hukum,” sambungnya.
Sementara itu, Kemenkes langsung bergerak cepat untuk mengusut tuntas kasus ini.
Tim Kemenkes yang mendatangi Polrestabes Semarang dipimpin oleh Inspektur Jendral Murti Utami didampingi Inspektur Investigasi Valentinus Rudy Hartono.
Pihak Tim Kemenkes baik Inspektur Jenderal ataupun Inspektur Investigasi enggan memberikan komentar selepas pertemuan. Mereka sepenuhnya menyerahkannya kasus ini kepada Kapolrestabes Semarang.
“Masih pendalaman. Satu pintu saja ke pak Kapolrestabes. Kita sudah koordinasi dan sikapnya sama,” papar Inspektur Investigasi Kemenkes Valentinus Rudy Hartono.
Baca juga: Sosok Aulia Risma Dokter PPDS Anestesi Undip yang Suntikkan Roculax, Curhat Pilu ke Ibu Ingin Resign
Kematian Dokter Aulia memang menjadi sorotan lantaran membuka tabir kerasnya kehidupan para dokter muda yang sedang menjalani PPDS sebagai dokter spesialis.
Sebagai seorang dokter, dr Tirta turut menyampaikan pendapatnya terkait kasus satu ini.
Menurut dokter Tirta program PPDS sangat berat untuk dilakoni.
Apalagi jika ada aksi bullying semasa PPDS.
“Jam kerja di ppds itu emang tinggi. Ga ada work life balance. Pressure dari target kasus, jadwal jaga, evaluasi pendidikan, dan juga no income selama 5 tahun
“Sehingga tanpa bullying pun itu sudah sangat berat. Apalagi jika “masih ada” bullying,” tulisnya di akun X @tirta_cipeng, Kamis (15/8/2024).
Aulia Risma Lestari merupakan dokter di RSUD Kardinah Kota Tegal. Ia mendapat beasiswa dan menjadi mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip).
Dokter muda berusia 30 tahun itu, ditemukan tewas diduga bunuh diri karena menjadi korban perundungan atau bullying saat menjalani PPDS Undip di RSUP Dr Kariadi Semarang.
Aulia ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya di Lempongsari, Semarang, Jawa Tengah, Senin (12/8/2024) sekira pukul 23.00 WIB.
Dokter Tirta berpendapat aksi bullying di program PPDS harus dihentikan.
Menurut hematnya, sistem pendidikan dunia kesehatan sudah berubah seiring perkembangan zaman.
“Hidup as Mahasiswa PPDS itu sudah berat. Jika “masih ada” praktek bullying berkedok “pendidikan mental” sebaiknya dan seharusnya itu dirubah,”
“Karena zaman sudah berubah, jika itu terjadi kepada kita/kalian, jangan sampe terjadi pula terjadi ke junior kita. Stop rantainya,” ungkap Dokter Tirta.
Doker berumur 33 tahun itu, juga meminta mahasiswa PPDS untuk lebih memahami diri sendiri. Terutama masalah mental health.
Ia berharap, mahasiswa PPDS bisa lebih terbuka dan jangan ragu bercerita ke orang terdekatnya.
“Kesadaran kita akan “mental health” juga harus ditingkatkan. Karena saya yakin masih banyak orang yg terjebak dalam situasi depresi. Kita ga tau, mungkin sekitar kita ada orng yg punya masalah berat. So critalah ke keluarga / temen terdekatmu. You are not alone,” urai dia.
Terakhir, dokter Tirta berharap atas kejadian ini semua pihak berbedah.
Menurutnya kasus ini merupakan fenomena gunung es.
“Adanya kasus 1 suic*de ini merupakan “tip of iceberd” dari berbagai banyaknya permasalahan mengenai sdm kesehatan di Indonesia. Saya harap, semua semua pihak dapat menahan diri, dan bergerak bareng agar sistem pendidikan sdm nakes dapat bertransformasi ke arah lebih baik,” tutupnya.
Baca juga: Klarifikasi Undip Bantah Dokter yang Tewas Suntikkan Obat Dibully, Kemenkes Siap Copot yang Terlibat
Kronologi
Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono, mengatakan pihaknya menerima kabar tewasnya dokter PPDS pada pukul 23.00 Senin (12/8/2024).
Menurutnya, memang ada narasi yang beredar jika kematian dokter muda itu karena bunuh diri. Namun, ia menepis jika kematian dokter muda itu karena bunuh diri.
“Kematiannya bukan karena bunuh diri,” dikutip dari Tribunjateng.com, Rabu (14/8/2024).
Agus menerangkan, Aulia merupakan dokter ASN di Tegal. Wanita kelahiran 1994 itu mendapat biaya Dinas S2 anastesi.
Agus menerangkan Aulia merupakan dokter ASN di Tegal. Wanita kelahiran 1994 itu mendapat biaya Dinas S2 anastesi.
“Dia (Aulia) sudah satu tahun ngekos tepatnya di samping kantor kelurahan,” tuturnya.
Menurutnya, kematian Aulia itu diduga karena merasa berat mengikuti pelajaran maupun menghadapi seniornya. Hal itu pun berdasarkan cerita dari ibunya maupun isi buku hariannya.
“Nah dia sempat nggak kuat begitu istilahnya otaknya sudah ambyar urusan pelajarannya berat, urusan sama seniornya berat,” jelasnya.
Menurut dia, dokter asal Tegal itu diduga menenangkan diri menggunakan obat anastesi. Obat jenis roculax itu disuntikan sedikit ke lengannya.
“Kemarin dicek masih ada sisa campuran obat. Informasi dokter obat itu seharusnya lewat infus. Tapi ini disuntikan sedikit di lengannya agar bisa tidur. Jadi bukan bunuh diri, tidak ada indikasi bunuh diri,” ujarnya.
Dikatakannya, tewasnya Aulia diketahui pertama kali oleh pemilik kos dan temannya.
Saat itu pacar Aulia menelpon sekitar pukul 07.00-08.00 pagi namun tidak mendapat respon. Hingga akhirnya kekasih Aulia meminta teman sekosnya untuk menengok ke kamarnya.
“Nah minta tolong temennya itu, temennya itu kok dicek tutupan mungkin di kosannya tembalang , dicek ke Tembalang sana kosong juga,” ujarnya.
Hingga akhirnya teman kos Aulia ke Lempongsari dan meminta pemilik kos mengecek kamarnya.
“Kamar itu terkunci hingga akhirnya pakai kunci serep. Tetap nggak bisa karena dikunci dari dalam. Kemudian panggil tukang kunci dan ditemukan sudah meninggal, dalam posisi miring seperti orang tidur,” imbuhnya.
Lanjutnya proses evakuasi baru bisa dilakukan pukul 03.00 menunggu ibu Aulia datang ke kos itu. Ibunya menyadari anaknya sudah meminta resign karena tidak kuat. Aulia telah bercerita dengan ibunya.
“Cerita satu mungkin sekolah, kedua mungkin menghadapi seniornya, seniornya itu kan perintahnya sewaktu-waktu minta ini itu, ini itu, keras,” imbuhnya.
Hingga akhirnya ibunya menyadari meminta membawa Aulia ke RSUP Dr Kariadi namun tidak diotopsi. Jenazah Aulia dibawa ke Tegal.
“Kondisi jasad Aulia mukanya biru-biru sedikit sama pahanya, seperti orang tidur,” tandasnya.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com