Informasi Terpercaya Masa Kini

Budayawan Malang Kritisi Penggunaan Jarik Kebaya Senonoh di Karnaval

0 11

MALANG, KOMPAS.com – Budayawan asal Kota Malang, Jawa Timur, Isa Wahyudi mengkritisi penggunaan pakaian adat jarik dan kebaya yang dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya di kegiatan karnaval.

Ia mencontohkan perempuan yang mengenakan jarik terlalu pendek di atas paha kemudian menari dengan musik DJ sambil menerima saweran.

Pria yang akrab disapa Ki Demang ini melihat kelompok perempuan yang berusaha menghidupkan kembali busana kebaya. Namun sayangnya, ada oknum-oknum masyarakat yang menyalahgunakannya karena ketidaktahuan dan tidak memahami nilai-nilai budaya.

Ia menyayangkan penggunaan kebaya yang sembarangan.

Baca juga: Wahyu Hidayat Pamit, Iwan Kurniawan Jadi Pj Wali Kota Malang

“Saya kira ini sangat disayangkan, ada kegiatan-kegiatan yang atraksi seperti itu tapi menggunakan pakaian-pakaian adat Jawa atau pakaian adat nusantara kita, tapi ternyata tidak pada tempatnya menempatkan itu,” kata Ki Demang, Minggu (11/8/2024).

Ki Demang juga menyoroti kurangnya pengawasan dari panitia penyelenggara karnaval. Menurutnya, panitia seharusnya membuat aturan jelas mengenai penggunaan busana adat agar tidak terjadi penyalahgunaan.

“Tolonglah yang menyelenggarakan kegiatan karnaval seperti itu baik panitia, penyelenggara, maupun pihak manapun yang terlibat ini untuk kemudian tidak mengikut sertakan peserta yang menggunakan busana demikian,” katanya.

Baca juga: Busana Adat Suami Istri Asal Banyuwangi Terpilih Jadi Terbaik Ketiga Saat Upacara di Istana

Ia berharap, masyarakat lebih menghargai nilai-nilai budaya yang terkandung dalam busana adat. Kebaya adalah warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya.

Sehingga, penggunaan kebaya harus sesuai dengan etika dan sopan santun.

“Yang memakai kebaya yang berjarik di atas lutut sebegini ini, terus kemudian kelihatan belahannya begini, itu tolonglah dihentikan, tidak menggunakan itu. Karena menari, kemudian pakai DJ, terus mendapatkan saweran di belakang sound system yang demikian itu sangat tidak elok,” ungkapnya.

Sebagai alternatif, Isa menyarankan panitia karnaval membuat tema-tema yang lebih kreatif dan inovatif, seperti tema kerajaan, perjuangan, atau daur ulang.

Ia mengungkapkan, dengan tema yang jelas, peserta karnaval lebih terarah dalam memilih busana dan pertunjukan.

“Karnaval itu pada umumnya adalah mengekspresikan karena ada tema itu mengekspresikan tentang sesuatu tema tersebut. Bisa juga tema yang bernuansa mungkin kerajaan atau tokoh-tokoh tertentu, atau mungkin tema perjuangan atau mungkin malah justru bisa tentang kreativitas daur ulang cosplay dan lain sebagainya,” ungkapnya.

“Boleh silakan itu malah senang gitu kan mungkin tema tentang kartun enggak masalah tema tentang seorang petani dan lain sebagainya enggak apa-apa tema-tema sosial umumnya boleh gitu loh,” tambahnya.

Leave a comment