Informasi Terpercaya Masa Kini

Artificial Intelligence dan Pertanian

0 37

Oleh: Dr. Vina Eka Aristya, S.P., M.Sc.

TEKNOLOGI Artificial Intelligence (AI) telah berkembang pesat dan banyak diadopsi, terutama di bidang teknologi komunikasi dan komputasi.

Pertanian yang notabene sektor krusial penampung lapangan kerja dan penghasil pangan apakah berani menerapkannya?

Baca juga: Apa Aturan yang Tepat untuk Teknologi AI yang Makin Berkembang?

Proporsi tenaga kerja pertanian saat ini 27,52 persen dari total tenaga kerja Indonesia. Sebanyak 138,63 juta orang bermata pencaharian sebagai petani. Namun, petani milenial, berumur 19–39 tahun, hanya 6.183.009 orang. 

Tidak menariknya dunia pertanian untuk digeluti generasi muda karena image pertanian yang belum modern.

Upaya menggaet kaum muda berkarya di desa ialah kepastian kesejahteraan di bidang pertanian melalui perbaikan skema pertanian presisi.

AI dapat berperan dalam memajukan transformasi padat karya pertanian tradisional menjadi smart farming. Membudayakan adopsi teknologi menjadi solusi mengatasi tantangan pemenuhan pangan akibat pesatnya pertumbuhan penduduk.

Jumlah usaha pertanian perorangan kini hanya 29.342.202 unit atau turun 7,45 persen dari dekade lalu, sebanyak 31.705.295 unit. Smart farming berfungsi menggenjot produksi pangan global, mengatasi kelangkaan sumber daya alam, serta fluktuasi pemanasan iklim.

Melirik Smart Farming

Kesenjangan yang ditemui saat ini dalam optimalisasi pertanian modern yaitu kesiapan sumber daya manusia, efisiensi energi, kinerja jaringan, dan keamanan.

Evolusi pertanian cerdas berawal dari hanya mengandalkan ilmu dan tenaga manusia, menjadi penggabungan sains, teknologi, dan domain data.

Penggunaan teknologi komprehensif melalui kolaborasi multidisiplin bagi pertanian, berpotensi swasembada pangan di masa depan.

Baca juga: Bagaimana Cara Drone AI Bantu Konservasi Gajah di Alam Liar?

Menggenjot kemampuan sumber daya manusia, peralatan, perangkat lunak, dan teknologi perangkat keras sangat penting untuk kemajuan pertanian.

Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan minat mengintegrasian kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), informasi, teknologi komunikasi, dan jaringan sensor nirkabel dalam bidang pertanian.

Munculnya digitalisasi mempunyai arti penting memajukan seluruh elemen kehidupan, tak terkecuali pertanian. Pertanian berbasis IoT merevolusi pertanian empiris tradisional menjadi pertanian intensif.

Pertanian presisi yang berkelanjutan mampu merasionalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan meningkatkan produktivitas.

Eksplorasi teknologi inovatif bertujuan untuk memfasilitasi transisi pertanian konvensional menuju pertanian presisi.

Sistem smart farming mendukung aplikasi proses pemantauan tanaman dengan IoT, irigasi presisi dengan sensor tanah, pemupukan dengan drone, prediksi akurat waktu panen, dan optimalisasi rantai pasok pangan secara online.

Platform pertanian cerdas mengkoneksikan perangkat penginderaan, aktuator, dan kontrol otomatisasi menggunakan teknologi komunikasi nirkabel.

Interaksi protokol transmisi data melibatkan aplikasi penyimpanan data, komputasi, serta layanan berbasis data, dapat menggunakan handphone yang digunakan sehari-hari.

Baca juga: AI Dipakai di Berbagai Bidang, Apa yang Masih Belum Bisa Dilakukannya?

Mengintegrasikan konsep IoT dalam pertanian tradisional akan membawa kemajuan signifikan pada peluang pertanian secara komprehensif.

Pertanian dan IoT memungkinkan pemanfaatan sumber daya sekaligus mengurangi dampak perubahan iklim dan membuka prospek pertanian keberlanjutan.

Peningkatan permintaan air tawar dan kelangkaan air mengancam produktivitas dan kualitas pertanian. Manajemen irigasi presisi memanfaatkan kemampuan IoT dan robotika untuk pemantauan dan pengendalian konsumsi irigasi secara terukur.

Mitigasi modern pertanian mendorong praktik pertanian berkelanjutan. Informasi kondisi cuaca, status hara tanah, dan kelembaban udara secara real-time dapat diperoleh dari lahan pertanian membantu petani menghemat biaya produksi dan meminimalisir limbah.

Meningkatnya perhatian untuk mengadopsi teknologi IoT juga penting dalam mengatasi perubahan iklim global.

Pertanian berkelanjutan yang mengintegrasikan pencitraan termal dapat mengoptimalkan kondisi tanah tradisional dengan model irigasi berbasis sensor untuk mencegah cekaman kekeringan.

Infrastruktur komputasi IoT mencakup komunikasi fleksibel untuk pengambilan keputusan yang hemat biaya. Kerangka kerja pertanian yang berbasis internet mampu menghasilkan peningkatan kepercayaan produk dari produsen ke konsumen.

Transformasi pertanian memungkinkan peningkatan keamanan pangan.

Baca juga: Penciptaan AI Juga Butuh Etika, Apa Maksudnya? Ini Penjelasan Ahli

Proses produksi, mulai penanaman hingga pemanenan, pengolahan, dan distribusi mendapatkan solusi inovatif melalui komunikasi online. Pertanian modern menjanjikan kepastian pasar dan distribusi produk berlangsung cepat dan menghilangkan layanan perantara pihak ketiga.

Dukungan publik dibutuhkan untuk peningkatan adopsi pertanian presisi. Saat ini 2,61 juta petani milenial telah menggunakan teknologi digital.

Namun, sekitar 3,57 juta petani muda (57,8 persen dari 6,18 juta orang) belum beranjak dari pertanian konvensional. Petani, masyarakat, serta pemerintah memerlukan wawasan, pengetahuan, dan kapasitas dalam pengaturan stabilitas pola pertanian cerdas dalam skala besar.

Dr. Vina Eka Aristya, S.P., M.Sc.

Peneliti di Pusat Riset Tanaman Pangan, BRIN

Leave a comment