Hari Ibu 2024,Ingat Lagi 7 Adab Anak Terhadap Orangtua Supaya Gak Dicap Durhaka
TRIBUNJAKARTA.COM – Sebentar lagi peringatan Hari Ibu 2024, ingat ada 7 adab anak kepada orangtua dalam Islam yang perlu diketahui.
Bertepatan dengan peringatan Hari Ibu 22 Desember 2024, anak harus mengetahui adab atau rambu-rambu dalam berinteraksi dengan orangtua.
Adab kepada orangtua sebagai pengingat di peringatan Hari Ibu ini sesuai dengan perintah baik yang ada di dalam Alquran maupun hadits.
Menurut Imam al-Ghazali sebagaimana disebutkan dalam risalahnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 444), sekurang-kurangnya ada tujuh adab anak kepada orang tua sebagai berikut:
آداب الولد مع والديه: يسمع كلامهما، و يقوم لقيامهما، و يمتثل لأمرهما، ويلبى دعوتهما، ويخفض لهما جناح الذل من الرحمة ولا يبرمهما بالإلحاح، ولا يمن عليهما بالبر لهما، ولا بالقيام بأمرهما، ولاينظر إليهما شزرًا ولا يعصى لهما أمرًا.
Artinya: “Adab anak kepada orang tua, yakni mendengarkan kata-kata orang tua, berdiri ketika mereka berdiri, mematuhi sesuai perintah-perintah mereka, memenuhi panggilan mereka, merendah kepada mereka dengan penuh sayang dan tidak menyusahkan mereka dengan pemaksaan, tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka, dan tidak sungkan melaksanakan perintah-perintah mereka, tidak memandang mereka dengan rasa curiga, dan tidak membangkang perintah mereka.”
Dilansir Banjarmasin Post, disebutkan dari kutipan di atas dapat diuraikan ketujuh adab anak kepada orangtua sebagai berikut:
Pertama, mendengarkan kata-kata orangtua.
Setiap kali orang tua berbicara, anak harus mendengarkan dengan baik terutama ketika orangtua berbicara serius memberikan nasehat.
Jika anak bermaksud memotong pembicaraan, sebaiknya memohon ijin terlebih dahulu.
Jika memotong saja sebaiknya meminta ijin, maka sangat tidak sopan ketika anak meminta orangtua berhenti berbicara hanya karena tidak menyukai nasehatnya.
Kedua, berdiri ketika mereka berdiri.
Bila orangtua berdiri, anak sebaiknya juga berdiri.
Hal ini tidak hanya merupakan sopan santun, tetapi juga menunjukkan kesiapan anak memberikan bantuan sewaktu-waktu diperlukan, diminta atau tidak.
Demikian pula jika orangtua duduk sebaiknya anak juga duduk kecuali sudah tidak tersedia kursi lagi yang bisa diduduki.
Ketiga, mematuhi sesuai printah-perintah mereka.
Apapun perintah orangtua anak harus patuh kecuali perintahnya bertentangan dengan syariat Allah SWT.
Atau perintah itu melebihi batas kemampuannya untuk dilaksanakan.
Jika terjadi seperti ini, seorang anak harus mencoba semampunya.
Jika terpaksa harus menolak, maka cara menolaknya tetap harus dengan menjunjung kesopanan dengan memohon maaf dan memberikan alternatif lain yang sesuai dengan kemampuannya.
Anak harus segera menjawab panggilan orangtua begitu mendengar suara orangtua memanggilnya.
Dalam hal anak sedang melaksanakan shalat (shalat sunnah), ia boleh membatalkan shalatnya untuk segera memenuhi panggilannya.
Jika orangtua memanggil anak untuk pulang dan menemuinya, anak harus segera mengusahakannya begitu ada kesempatan tanpa menunda-nunda.
Kelima, merendah kepada mereka dengan penuh sayang dan tidak menyusahkan mereka dengan pemaksaan.
Seorang anak sealim dan sepintar apapun tetap harus takzim kepada orangtua.
Ia harus menyayangi orangtua meskipun dahulu mungkin mereka kurang bisa memenuhi keinginan-keinginannya.
Seorang anak harus mengerti keadaan orangtua baik yang menyangkut kekuatan fisik, kesehatan, keuangan, dan sebagainya sehingga tidak menuntut sesuatu yang di luar kemampuannya.
Dengan cara seperti ini anak tidak menyusahkan orangtua.
Keenam, tidak mudah merasa capai dalam berbuat baik kepada mereka, dan tidak sungkan melaksanakan perintah-perintahnya.
Seorang anak harus selalu mengerti bahwa dahulu orangtua mengasuh dan membesarkannya tanpa kenal lelah dan selalu menyayangi.
Untuk itu seorang anak harus selalu berusaha menyenangkan hati orangtua dengan melaksanakan apa yang menjadi perintahnya.
Ketujuh, tidak memandang mereka dengan rasa curiga dan tidak membangkang terhadap perintah mereka.
Seorang anak harus selalu berprasangka baik kepada orangtua.
Jika memang ada sesuatu yang perlu ditanyakan, anak tentu boleh menanyakannya dengan kalimat pertanyaan yang baik dan tidak menunjukkan rasa curiga.
Selain itu anak tidak boleh membangkang perintah-perintahnya sebab mematuhi orangtua hukumnya wajib.
Ketujuh adab di atas adalah minimal dan harus diketahui dan dilaksanakan oleh anak.
Semakin dewasa usia seorang anak, semakin besar tuntutan kepadanya untuk memperhatikan dan mengamalkan ketujuh adab itu. Intinya seorang anak tidak bebas bersikap apa saja kepada orangtua.
Demikiamlah Imam al-Ghazali memberikan petunjuk tentang tujuh adab anak kepada orangtua untuk diamalkan dengan sebaik-baiknya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya