Informasi Terpercaya Masa Kini

Pegawai Profesional di China Ramai-rami “Resign”, Lebih Pilih Jadi Pekerja Kasar

0 26

KOMPAS.com – Pekerja di China ramai-ramai mengundurkan diri atau resign dari perusahaan dan memilih untuk bekerja sebagai buruh lepas.

Satu di antara pekerja terseubt adalah Leon Li (27). Ia memilih menjadi pekerja lepas setelah memutuskan resign dari perusahaan teknologi terbesar di China.

Li dulunya bekerja sebagai petugas administrasi yang mengatur rapat, menyiapkan dokumen, dan memberikan apa yang dibutuhkan atasannya.

Namun, pada Februari 2024, Li memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut. Ia meninggalkan kariernya yang stabil dan gaji yang layak demi sesuatu yang tidak pernah ada di pikirannya, menjadi tukang bersih-bersih rumah.

Tren peralihan pekerja profesional itu muncul di tengah melonjaknya permintaan pekerja kasar dengan bayaran per jam.

Lantas, mengapa pekerja di China memilih untuk keluar dari perusahaan dan bekerja menjadi pekerja kasar?

Baca juga: Kreator Konten China Meninggal Saat Siaran Langsung Mukbang

Tekanan kerja yang berat

Li mengaku selalu melihat masa depan yang suram ketika masih bekerja sebagai karyawan di perusahaan terbesar di China.

“Setiap pagi ketika alarm berbunyi, yang dapat saya lihat hanyalah masa depan yang suram,” kata Li, dikutip dari CNN.

Ia mengaku memilih meninggalkan pekerjaannya sebagai petugas administrasi karena tekanan berat yang dirasakannya.

Di sisi lain, perusahaan-perusahaan di China perlahan-lahan kehilangan daya tariknya karena ekonomi di negara tersebut menghadapi berbagai tantangan, seperti krisis properti, penurunan investasi asing, dan merosotnya konsumsi.

Menurut data terbaru dari Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis pada Juni 2024, ekonomi China tumbuh 4,7 persen pada kuartal kedua 2024.

Baca juga: Di Balik Ketakutan Para Arkeolog untuk Membongkar Makam Kaisar Pertama China…

Angka itu tak sesuai ekspektasi para ekonom dan menandai pertumbuhan terlemah sejak kuartal pertama tahun lalu.

Namun, tuntutan jam kerja yang panjang dan sumber daya yang menyusut melatarbelakangi karyawan seperti Li untuk memikirkan kembali kelayakannya mengorbankan waktu dan kesehatan untuk gaji yang lebih tinggi.

Li bukan satu-satunya karyawan yang menolak jam kerja panjang atau dikenal dengan “budaya 996”, yaitu bekerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam selama 6 dari dalam seminggu.

Praktik kerja seperti ini kerap dijumpai di perusahaan teknologi di China, start-up, dan bisnis swasta.

Akibatnya, banyak pekerja yang memilih untuk mengundurkan diri demi menemukan keseimbangan hidup dan kerja yang lebih baik.

Baca juga: Warga China Panic Buying Beli Minyak Goreng, Apa Alasannya?

Lebih memilih menjadi buruh

Memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya, Li kini menjadi tukang bersih-bersih rumah.

“Saya suka bersih-bersih. Seiring dengan meningkatnya standar hidup di seluruh negeri, permintaan akan layanan tata graha juga meningkat dengan pasar yang terus berkembang,” kata pria yang tinggal di kota metropolitan Wuhan ini.

Lebih dari itu, Li merasa bahagia setiap kali melakukan pekerjaan bersih-bersih.

Ia bahkan merasakan dirinya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, mulai dari tidak lagi merasa pusing hingga tekanan mental yang berkurang.

“Perubahannya adalah kepala saya tidak lagi terasa pusing. Tekanan mental saya berkurang. Saya merasa penuh energi setiap hari,” kata Li.

 

Selain Li, pekerja di salah satu platform e-commerce live streaming terkemuka di China, Alice Wong (nama samaran) juga melakukan hal yang sama.

Perempuan berusia 30 tahun itu rela melepas pekerjaan yang memberi penghasilan 700.000 yuan atau sekitar Rp 1,5 miliar per tahun dan memilih bekerja sebagai perawat hewan peliharaan di Chengdu, China.

Kini, Wang lebih merasa bahagia dan sedang menjalani pelatihan perawatan untuk mewujudkan ambisinya membuka toko perawatan hewan sendiri.

“Itu rencana jangka panjangnya,” kata Wang, masih dari sumber yang sama.

Baca juga: Warga China Sekolahkan Peliharaan ke TK, Titip Anabul Saat Bekerja

Permintaan pekerja kasar di China melonjak dan gaji tinggi

Survei platform perekrutan China, Zhaopin yang diluncurkan pada Juni 2024 menunjukkan, permintaan pekerja buruh di China naik 3,8 lipat pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama pada 2019.

Pekerja kasar yang dimaksud adalah pengemudi truk, pelayan, teknisi, serta jasa pengiriman.

Selain permintaan yang meningkat, gaji pekerja kerah biru itu juga naik. Karenanya, banyak pegawai profesional yang akhirnya memilih “banting stir”  jadi pekerja kasar.

Tren peralihan pegawai profesional ke pekerja kasar ini juga dirasakan anak muda di China pada 2023.

Dilansir dari The New York Times, pemuda di China memilih meninggalkan pekerjaan bergengsi dan bertekanan tinggi, demi menjadi pekerja kasar.

Namun, skala tren tersebut sulit untuk diukur. Hanya saja, unggahan media sosial yang mendokumentasikan seorang akuntan yang beralih menjadi penjaga kasir di toko kelontong, viral di media sosial dan dilihat lebih dari 28 juta kali.

Leave a comment