Trump Ungkap Mengapa Dirinya Bisa Selamat dalam Penembakan
WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Mantan presiden AS Donald Trump pada Minggu (14/7/2024) mengatakan kepada New York Post, bahwa ia seharusnya sudah tewas dalam upaya pembunuhan hari Sabtu (13/7/2024).
“Saya seharusnya tidak berada di sini, saya semestinya sudah mati,” katanya ketika diwawancarai di atas pesawat dalam perjalanan menuju Milwaukee untuk menghadiri Konvensi Nasional Partai Republik.
Trump menggambarkan insiden penembakan yang ia alami di acara kampanye di Pennsylvania sebagai “pengalaman yang begitu nyata”.
Baca juga: Dinas Rahasia AS Dalam Sorotan Setelah Trump Ditembak
Ia bercerita demikian saat telinga kanannya masih dibalut perban putih.
Politikus berusia 78 tahun itu baru saja ditembak di bagian telinga oleh seorang pria bersenjata.
Setelah terkena tembakan, wajah Trump berlumuran darah dari telinga. Sementara itu, penembakan menyebabkan seorang penonton atau pengunjung tewas dan dua orang lainnya terluka.
Trump mengatakan kepada New York Post, bahwa ia mungkin sudah tewas jika ia tidak memiringkan kepalanya sedikit ke kanan untuk membaca grafik tentang imigran ilegal ketika berpidato dalam rapat umum tersebut.
“Karena keberuntungan atau karena Tuhan, banyak orang mengatakan karena Tuhan saya masih ada di sini,” katanya.
Dia turut memuji agen-agen Dinas Rahasia AS yang telah membunuh penembak tersebut.
“Mereka melumpuhkannya dengan satu tembakan tepat di antara kedua matanya,” katanya.
“Mereka melakukan pekerjaan yang fantastis. Ini sangat nyata bagi kita semua,” tambah Trump.
Baca juga: Penembakan Trump Malapetaka bagi Biden?
Soal kepalan tangan
Gambar Trump yang mengacungkan kepalan tangan saat agen-agen Dinas Rahasia AS menggiringnya telah menjadi berita utama di berbagai balahan dunia dan menyebar secara viral di media sosial.
“Banyak orang mengatakan bahwa itu adalah foto paling ikonik yang pernah mereka lihat,” kata mantan presiden itu kepada New York Post.
“Mereka benar dan saya tidak mati. Biasanya Anda harus mati untuk mendapatkan foto yang ikonik,” ungkap Trump.
Trump mengatakan, setelah percobaan pembunuhan tersebut, ia menulis ulang pidato yang telah disiapkannya untuk konvensi Partai Republik.
Dia mengaku telah menyiapkan pidato yang sangat keras tentang pemerintahan Joe Biden yang mengerikan.
Namun, Trump memutuskan membuangnya demi pidato yang ia harapkan dapat “menyatukan negara”.
“Tapi saya tidak tahu apakah itu mungkin. Orang-orang sangat terpecah,” ungkapnya.