Anies Tolak LGBT tapi Janji Tak Diskriminatif, Ini Respons Arus Pelangi

Kelompok Arus Pelangi merespons pernyataan capres nomor urut 1, Anies Baswedan, menolak LGBT meski berjanji tak akan diskriminatif.

Anies Tolak LGBT tapi Janji Tak Diskriminatif, Ini Respons Arus Pelangi

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok Arus Pelangi merespons pernyataan capres nomor urut 1, Anies Baswedan, menolak LGBT meski berjanji tak akan diskriminatif. Anies juga menyatakan menentang pernikahan sejenis namun berjanji akan memberikan peluang pekerjaan yang layak.

Arus Pelangi turut mencatat pernyataan-pernyataan yang datang dari acara Desak Anies pada 22 Desember lalu tersebut. "Kemarin ada salah satu capres yang ber-statement tak mendukung LGBT," kata Echa Waode, Sekretaris Umum Arus Pelangi, organisasi yang bergerak mendukung hak-hak kelompok LGBT.

Ditemui ketika menghadiri peringatan 17 Tahun Aksi Kamisan di depan Istana pada Kamis lalu, Echa menegaskan kalau kelompok LGBT di Tanah Air tidak menuntut pernikahan sesama jenis. "Yang kami tuntut adalah hargai dan hormati hak kawan-kawan LGBT," ujarnya.

Tak sampai di situ, Echa juga menjelaskan bahwa selama ini kelompok LGBT kehilangan hak sosial, ekonomi, dan budaya sehingga kerap tak memperoleh pekerjaan di sektor formal. Dia juga menanggapi pernyataan Anies yang menyebut bahwa kelompok LGBT kerap 'lebay' karena menunjukkan identitas gender dan orientasi seksual saat bekerja.

Echa menjelaskan bahwa kasus-kasus yang dialami kelompok LGBT sering berkaitan dengan orientasi seksual yang dipilih. Mereka yang berorientasi homoseksual, jelas Echa, sering dipecat dari pekerjaannya.

"Sebenarnya pekerjaan dan orientasi seksual itu hal yang berbeda," kata dia. Orientasi seksual disebutnya hal individu. "Selama dia profesional dalam bekerja untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, ya pekerjakan saja," ucapnya.

Lebih lanjut, Echa juga menyampaikan bahwa LGBT kerap menjadi isu yang dipermainkan oleh politisi untuk meraup suara setiap menjelang pemilu. Oleh karena itu, jelas Echa, kelompoknya perlu ikut andil dalam kontestasi politik 2024 sekarang ini.

Massa dari Komunitas Arus Pelangi yang merupakan salah satu komunitas LGBT di Indonesia, ikut juga dalam unjuk rasa bersama Gema Demokrasi menuju Istana Merdeka, di Merdeka Utara, Jakarata, 21 Mei 2016. Aksi mereka merupakan bagian dari peringatan 18 tahun Reformasi. Tempo/Aditia Noviansyah

"Selama ini, setiap memasuki tahun politik per lima tahun sekali, pasti isu LGBT diangkat, yang mana isu itu sangat seksis banget," tuturnya.

Pada pemilu yang sekarang, Echa menilai ketiga paslon capres-cawapres tak ada yang memedulikan nasib kelompok LGBT yang kerap mendapatkan diskriminasi. Dengan demikian, belum ada yang benar-benar secara serius memperhatikan isu keragaman gender dan seksualitas.

"Lihatlah kami sebagai manusia yang punya hak yang sama," kata Echa.

Pilihan Editor: Debat Cawapres yang Kedua, Polda Metro Jaya Siagakan 2 Ribu Personel

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow