Informasi Terpercaya Masa Kini

Film Garuda di Dadaku

0 3

Yang Kami Saksikan di Wollongong – New South Wales 

Topik Pilihan Kompasiana kali ini adalah tentang festival film Indonesia

Untuk jelasnya izinkanlah saya kutip dari Kompasiana

Kalau mendengar istilah “festival film”, kira-kira apa yang terpikirkan oleh Kompasianer? 

Bisakah film-film dari Indonesia bersaing pada ajang film festival? Melihat semakin besar peluang film Indonesia bersaing, kira-kira apa yang jadi keuatan film-film kita bisa bersaing di festival film?

Pada waktu itu kami masih tinggal bersama putri kami di Wollongong.

Mendapat undangan via email untuk menghadiri pertemuan dan nonton bareng film Nasional berjudul” Garuda di Dadaku”.

Pertemuan ini dan nonton bareng serta makan minum ala kadarnya  semua dibiayai oleh presiden P.P.I.A. mas Dudy 

Ketika pertama kalinya bertemu dengan Dudy, tidak ada yang menyangka bahwa anak muda ini adalah seorang diplomat.Salah satu staf dari Kementerian Luar Negeri , yang mendapatkan tugas belajar di Universitas Wollongong. Statusnya pada waktu itu adalah adalah :”Postgraduate Australian National Centre for Ocean Resources and Security (ANCORS). Dudy adalah kandidat Phd dibidang Hukum Laut.

Nonbar bersama warga Indonesia, merupakan salah satu cara dan upaya untuk menyembatani orang Indonesia yang tinggal terpencar di NSW.

Usaha dan kegigihan dalam mengkoordinir warga Indonesia yang domisili di New South Wales , ini tentu patut mendapatkan apresiasi dari siapapun. 

Dudy dan dibantu teman temannya ,mencoba memanfaatkan setiap momentum ,yang diperkirakan dapat merupakan jembatan ,untuk merajut hubungan baik dengan masyarakat diluar kampus.

Salah satunya adalah dengan pemutaran film film Nasional yang bertemakan Semangat Juang Indonesia yakni:

“Film Garuda di dadaku “

Film ini untuk semua umur ,jadi bisa membawa anak anak sekalian.

Film ini  diputar pada hari  Sabtu, tanggal 25 Januari,2014 ,mengambil tempat di Building 20. University of Wollongong.

Atau dikenal juga dengan singkatan U.O.W,berlokasi di kota Wollongong,yang berjarak sekitar 80 km dari Sydney.

Review singkat film Garuda di dadaku:

Menceritakan tentang  seorang anak yang bercita cita menjadi pemenang sepak bola.

Saat pertama kali dirilis, Garuda di Dadaku menyentuh angka 1,2 juta penonton. Dalam Festival Film Indonesia, Garuda di Dadaku masuk ke dalam empat kategori, tetapi hanya meraih satu kategori yaitu kategori khusus film anak terbaik. 

Garuda di Dadaku juga sempat dipentaskan di Michel Kinder und Jungen Filmfest pada tahun 2010 di Hamburg, Jerman.

Ketika bendera sang Saka Merah Putih berkibar , walaupun hanya di film,membuat semua orang Indonesia yang hadir diliputi perasaan haru dan rindu akan tanah air  Indonesia.

Hal ini yang menyebabkan panitia memilih film  “Garuda di Dadaku” sebagai tontonan untuk mengingatkan semua orang Indonesia yang domisili di negeri orang..Walaupun berada diluar negeri agar selalu mengingat dihatinya ada “Garuda”

Kesimpulan :

Film untuk semua umur ini,kendati merupakan film bersahaja,tentang cita cita seorang anak SD untuk meraih kemenangan dalam dunia sepak bola,namun mungkin karena berada jauh dari tanah air, film sederhana ini ternyata mampu membuat diri merinding .Tanpa sadar mata basah dapat ditahan ,saat Bendera Merah Putih berkibar,kendati hanya dilayar lebar.

Mungkin inilah agaknya Panitia memilih film Garuda di Dadaku ,karena tidak hanya mampu menggugah rasa kebangsaan setiap orang Indonesia yang menyaksikan, tetapi sekaligus menginspirasi kami,bahwa sejauh apapun orang Indonesia merantau, didada dan di hati hendaknya tetap ada:”Garuda”

 Sayang sekali sejak kami berdua pindah ke Western Australia, tidak pernah lagi mendapatkan kesempatan untuk nonton bareng film nasional. Boleh jadi karena kami berdua, ketinggalan informasi. 

Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan ini 

27 Nopember 2024.

Salam saya,

Roselina.

Leave a comment