Informasi Terpercaya Masa Kini

Tebu dan Bawang Berebut Ruang di Kabupaten Cirebon

0 3

Bisnis.com, CIREBON – Pabrik Gula Tersana Baru, salah satu pabrik gula terkemuka di Kabupaten Cirebon, tengah menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan dan mengembangkan area tanam tebu. 

Direktur Pabrik Gula Tersana Baru M Bisri Mustofa mengatakan saat ini pihaknya memiliki area tanam tebu seluas 3.200 hektare, namun jumlah tersebut masih jauh dari angka ideal yang dibutuhkan untuk memastikan kelancaran produksi.

Menurut Bisri, area tanam yang ideal seharusnya mencapai angka 4.500 hektare. Angka ini, menurutnya, akan memberikan ruang yang cukup untuk memastikan pasokan bahan baku yang berkelanjutan dan mendukung operasional pabrik dengan kapasitas optimal.

Baca Juga : Kisah Inspiratif Menggeluti Bawang Merah

“Dengan area tanam yang lebih luas, Pabrik Gula Tersana Baru dapat memaksimalkan proses produksi gula, serta memberikan dampak ekonomi yang lebih besar, terutama bagi para petani tebu di sekitarnya,” kata Bisri, Rabu (20/11/2024).

Namun, ada tantangan yang cukup besar dalam upaya memperluas area tanam tebu di Kabupaten Cirebon. Seperti diungkapkan Bisri, saat ini lahan yang semula digunakan untuk menanam tebu, kini banyak beralih fungsi menjadi lahan untuk menanam bawang.

Baca Juga : : Bawang Merah Rubaru, Unik dan Unggul

Peralihan ini, menurutnya, menyebabkan berkurangnya luas lahan yang tersedia untuk budi daya tebu. Bawang, sebagai komoditas yang juga memiliki permintaan pasar tinggi, telah menjadi pilihan yang menguntungkan bagi petani lokal. 

“Hal ini menciptakan persaingan antara dua komoditas penting tersebut di lahan yang terbatas,” kata Bisri.

Baca Juga : : Perjalanan Bawang Merah dari Lahan hingga Meja Makan

Perubahan pola tanam ini merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari, namun Bisri berharap ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk mendorong para petani bawang agar juga beralih untuk menanam tebu. 

“Kami berharap, para petani bawang juga didorong untuk ikut menanam tebu,” ujar Bisri dengan penuh harapan. 

Dia menambahkan, keberlanjutan produksi tebu sangat bergantung pada keberhasilan kolaborasi antara petani dan pihak pabrik. 

Oleh karena itu, ia mengusulkan agar ada kebijakan yang dapat memfasilitasi petani untuk mengubah pola tanam mereka, dengan tetap mempertimbangkan keuntungan ekonomi dapat diperoleh dari penanaman tebu.

Salah satu bentuk dukungan yang bisa diberikan adalah melalui program edukasi dan pelatihan bagi petani, agar mereka lebih memahami pentingnya diversifikasi tanaman serta bagaimana mereka dapat memaksimalkan hasil pertanian dengan metode yang lebih efisien dan berkelanjutan.

“Hal ini akan sangat membantu petani dalam membuat keputusan yang lebih baik terkait penggunaan lahan mereka. Dengan demikian, mereka dapat memilih untuk menanam tebu tanpa harus meninggalkan potensi keuntungan dari komoditas lain, seperti bawang,” kata Bisri.

Selain itu, Bisri juga mengusulkan agar pemerintah daerah dapat memberikan insentif bagi petani yang memilih untuk menanam tebu, sebagai bentuk penghargaan atas komitmen mereka dalam mendukung industri gula. 

Salah satu langkah konkret dapat dilakukan dengan meningkatkan akses para petani kepada teknologi pertanian lebih modern yang yang dapat membantu mereka meningkatkan hasil produksi tebu dan mengurangi kerugian akibat serangan hama atau faktor cuaca.

Selain tantangan dalam pengelolaan lahan, Bisri juga menyebutkan masalah lain yang dihadapi oleh Pabrik Gula Tersana Baru adalah fluktuasi harga gula yang sangat bergantung pada kondisi pasar global. 

“Penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam memastikan agar produksi tebu dapat tetap terjaga, serta petani tetap memperoleh keuntungan yang layak dari hasil pertanian mereka,” kata Bisri.

Leave a comment