Informasi Terpercaya Masa Kini

Kanselir Jerman Scholz Sesalkan Pernyataan Akhir KTT G20

0 2

Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan kekecewaannya soal kurangnya kejelasan mengenai tanggung jawab Rusia atas perang di Ukraina dan Hamas atas konflik di Timur Tengah.

Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Selasa (19/11) mengkritik pernyataan akhir KTT Kelompok 20 (G20) di Rio de Janeiro, Brasil.

“Ini terlalu lemah ketika G20 tidak dapat menyatakan dengan jelas bahwa Rusia bertanggung jawab [atas perang di Ukraina]. Ini bukan yang saya harapkan,” katanya.

Scholz mengecam Presiden Rusia Vladimir Putin dengan mengatakan, “1.000 hari orang-orang harus menderita karena megalomania-nya yang buta, karena rencananya untuk memperluas wilayah hanya melalui kekerasan.”

Macron desak Putin ‘mendengar akal sehat’ dan Cina untuk ‘gunakan pengaruhnya’

Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk “mendengar akal sehat” di KTT ini. Representasi tinggi Rusia melalui Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov hadir di KTT G20.

“Saya benar-benar ingin menyerukan kepada Rusia untuk mendengar akal sehat di sini. Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Rusia memiliki tanggung jawab,” katanya, menuduh Rusia menjadi “kekuatan destabilisasi global.”

Dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Cina Xi Jinping, sekutu utama Putin, Macron mengatakan kepada wartawan bahwa ia mendesak Xi untuk “menggunakan semua pengaruhnya” untuk mendorong Rusia menuju de-eskalasi.

Xi memiliki “kemampuan untuk bernegosiasi dengan Presiden Putin agar dia menghentikan serangannya” di Ukraina dan mempertimbangkan kembali sikap nuklirnya, kata Macron.

Selama pembicaraannya dengan Xi, Macron juga menyebutkan keputusan Korea Utara yang mendukung invasi Putin.

Scholz tetap putuskan menahan pengiriman Rudal Taurus

Meskipun tidak puas dengan pernyataan akhir terkait Ukraina, Kanselir Scholz membela keputusannya untuk menahan pengiriman rudal jarak jauh ke Kyiv, dengan mengatakan itu adalah langkah yang tepat.

Scholz menekankan bahwa Jerman adalah pendukung terbesar Ukraina di Eropa, dan akan tetap seperti itu. Namun, ia menekankan pentingnya “bertindak dengan kehati-hatian.”

Scholz mengatakan bahwa ia menolak pengiriman rudal jarak jauh sejak awal karena hal itu akan memaksa pasukan Jerman terlibat dalam penentuan target jauh di dalam wilayah Rusia, dengan mengatakan, “Saya rasa itu tidak benar.”

G20 dan Timur Tengah

Meski menghargai seruan G20 untuk gencatan senjata di Gaza, Scholz menyatakan penyesalannya bahwa pernyataan tersebut tidak menyinggung hak Israel untuk membela diri terhadap ancaman dari Hamas, Hezbollah, dan Iran, di tengah konflik Timur Tengah yang terus meluas.

“Saya sangat menyesal tidak ada konsensus. Akan lebih baik jika kita menyatakan: semuanya dimulai dengan serangan teroris yang mengerikan dan brutal terhadap Israel,” katanya.

AS, Uni Eropa, Jepang, dan beberapa negara lainnya telah menyebut Hamas sebagai organisasi teroris.

Pada akhirnya, kata Scholz, “kita dapat melihat dengan jelas bagaimana ketegangan geopolitik juga memengaruhi G20… Angin dalam hubungan internasional semakin kencang.”

Perubahan Iklim, Energi, dan PBB

Deklarasi para pemimpin G20 mencakup beberapa prioritas dari kepresidenan Brasil, seperti perjuangan melawan kelaparan, perubahan iklim, dan reformasi tata kelola global.

Deklarasi ini menegaskan kembali Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5°C dan menyerukan peningkatan besar-besaran “pembiayaan iklim dari miliaran menjadi triliunan dari semua sumber” untuk mendukung transisi menuju energi hijau.

Presiden AS Joe Biden menggunakan hari terakhir pembicaraan untuk mengumumkan ratusan juta dolar dalam komitmen baru untuk iklim dan pembangunan.

G20 juga menyatakan niatnya untuk menjadikan Dewan Keamanan PBB lebih representatif.

rs/pkp (AFP, Reuters, AP)

Leave a comment