Informasi Terpercaya Masa Kini

Rusia Mengancam dengan Doktrin Nuklir, Ini yang Dikatakan Erdogan kepada NATO

0 2

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa (19/11/2024), mendesak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memperhatikan sikap Rusia yang telah mengubah doktrin nuklirnya. 

 

“Kita tidak dapat menyatakan bahwa ada aspek positif dari perang yang menggunakan senjata nuklir. Pejabat NATO harus mempertimbangkan langkah yang diambil Rusia ini dan meninjaunya,” kata Erdogan dalam konferensi pers di KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, seperti dilansir dari Anadolu Ajansi.

Erdogan menegaskan, rudal yang digunakan Ukraina baru-baru ini menunjukkan, perkembangan situasi yang tidak positif.”Saya pikir pernyataan Rusia pertama-tama dan terutama merupakan tindakan pencegahan terhadap senjata konvensional, terhadap perilaku yang ditujukan terhadap dirinya sendiri,” tambah dia.

“Rusia memiliki kekuatan dan tindakan untuk melindungi dirinya sendiri. Demikian pula, sebagai negara NATO, kita harus melindungi diri kita sendiri dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri kita sendiri.”

Doktrin baru mengatakan Rusia dapat mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklir jika menjadi sasaran serangan rudal konvensional yang didukung oleh kekuatan nuklir. Pembaruan tersebut diusulkan pada September dan ditandatangani menjadi undang-undang pada Selasa, hari ke-1.000 perang dengan Ukraina.

Perubahan ini terjadi setelah Presiden Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh AS untuk menyerang Rusia.

   

Posisi Turki

Erdogan menyatakan, Turki sebagai negara tetangga bagi Ukraina dan Rusia memiliki komitmen untuk menjaga hubungan dengan keduanya. Erdogan menggarisbawahi bahwa “kesempatan bersejarah” yang dihadirkan oleh perjanjian Istanbul pada bulan-bulan awal perang telah disia-siakan.

Erdogan mengungkapkan, perang menyebabkan hampir setengah juta kematian, krisis energi dan pangan yang memengaruhi seluruh umat manusia.

Dia mendesak semua pihak untuk mengambil langkah-langkah guna mengakhiri konflik. Erdogan juga menegaskan kembali kesiapan Turki untuk menjadi penengah antara kedua belah pihak. “Turki, sejak hari pertama perang, tetap siap untuk mengambil peran fasilitator apa pun di antara para pihak. Kami memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukannya,” kata dia.

“Saya berharap kita dapat segera mencapai gencatan senjata yang langgeng antara Ukraina dan Rusia, mengamankan perdamaian yang ditunggu-tunggu dunia.”

Erdogan juga menanggapi posisi Turki terkait tawaran kemitraan dari kelompok BRICS. Ia mengatakan Turki secara aktif mengevaluasi proposal tersebut dan memberikan tanggapan yang diperlukan jika sudah sampai pada “titik tertentu.”

Presiden Erdogan berpartisipasi dalam pertemuan puncak para pemimpin G20 di Rio de Janeiro, Brasil, di mana ia bertemu dengan para pemimpin termasuk Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Presiden Indonesia Prabowo Subianto, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese.

Erdogan juga melakukan pembicaraan singkat dengan mitranya dari AS Joe Biden, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Claudia Sheinbaum dari Meksiko, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, Pham Minh Chinh dari Vietnam, dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.

Leave a comment