Informasi Terpercaya Masa Kini

Jejak Prabowo di dalam Catatan Harian Soe Hok Gie

0 3

Bisnis.com, JAKARTA — Sejak muda Prabowo Subianto memiliki koneksi dengan aktivis kawakan. Posisi ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, sebagai salah satu politikus Partai Sosialis Indonesia atau PSI dan birokrat sejak era Sukarno hingga awal Orde Baru membuat Prabowo sering berinteraksi dengan para aktivis, salah satunya Soe Hok Gie.

Prabowo bahkan mengaku pernah dengan Gie mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Kendati demikian, Prabowo juga menyebut dirinya tidak mengetahui apakah LSM tersebut merupakan LSM pertama di Indonesia atau bukan.

Dalam catatan Bisnis, Soe Hok Gie adalah salah satu aktivis yang vokal mengkritisi kebijakan Sukarno. Dia cukup aktif dalam berbagai macam diskusi. Gie misalnya, sering terlibat perdebatan serius dengan tokoh wartawan, Rosihan Anwar. 

Baca Juga : Seri Sejarah Tokoh: Soe Hok Gie vs Rosihan Anwar

Gie juga sering diidentifikasi dekat dengan PSI. Hanya saja, kabar itu segera terbantahkan karena, Gie nyatanya juga mengkritisi tokoh-tokoh PSI, termasuk Rosihan Anwar yang dia anggap kaku dan dingin, sama dengan orang PSI lainnya. 

Rosihan dalam bukunya, Sejarah Kecil Indonesia, kemudian mengumbar kejengkelannya terhadap Gie. Apalagi pasca dia dan Gie tidak saling bertegur sapa ketika berpapasan di Monumen Nasional alias Monas. “Bagi saya, Gie orang yang tidak tahu berterima kasih!.”

Baca Juga : : Soal Nama Kertanegara, Sumitro, Diponegoro dan Kediaman Presiden Prabowo

Gie dan Prabowo 

Sementara itu, soal Prabowo, Gie mencatat nama putra dari Sumitro dan cucu dari Margono Djojohadikusumo itu di catatan hariannya. Catatan harian Gie kemudian dibukukan dalam judul ‘Catatan Seorang Demonstran‘. Buku ini sempat populer apalagi ketika film ‘Gie’ yang diperankan oleh Nicholas Saputra booming pada awal tahun 2000-an lalu.

Ada beberapa catatan yang menunjukkan kedekatan antara Gie dengan Prabowo. Gie memanggil Prabowo dengan Bowo. Gie dan Prabowo tercatat sering berinteraksi pada awal-awal pemerintahan Orde Barunya, Soeharto.

Baca Juga : : Historia Bisnis : Sumitro Yakin Prabowo Baik-baik Saja di Amman

Pada tanggal 7 Mei 1969, misalnya, Gie bersama Bowo berkeliling ke Departemen Luar Negeri (Deparlu), Lembaga Ketahanan Nasional atau Leknas, dan Pertahanan & Keamanan (Hankam). Mereka kemudian berkumpul di rumah Soe Hok Gie. Di rumah itu ada Didit, Bowo, Tjarlie, dan Jopie.

Sementara itu, pada tanggal 15 Mei 1969, Gie mencatat dirinya datang ke acara Sumitro Djojohadikusumo (ayah Prabowo) dan Sjahrir. Di sana dia membicarakan banyak persoalan mulai dari yang umum hingga ke isu seputar universitas.

Tiga hari setelah datang ke acara Sumitro atau 18 Mei 1969, Gie pergi ke Bandung bersama Tjarlie, Nikky, dan Prabowo. Gie memiliki kesan tersendiri tentang Prabowo selama perjalanan tersebut. Gie bahkan mengaku agak dongkol dengan Prabowo. “Saya punya kesan Bowo tetap remaja yang kehilangan romantiknya dan sifatnya agak self interest. Kurang menghargai perasaan-perasaan Nikky. Saya agak dongkol juga melihatnya.

“Saya tidur di rumah Zen. Kita mengobral sampai jam 01.00 malam. Mulai dari Korps Pioneer Prabowo hingga persoalan-persoalan pribadi,” tulis Gie dalam catatan hariannya itu.

Catatan lain Gie terhadap Prabowo ditulis pada tanggal 25 Mei 1969: ‘Ia [Prabowo] cepat menangkap persoalan-persoalan dengan cerdas tapi naif. Mungkin kalau ia berdiam 2-3 tahun dan hidup dalam dunia yang nyata, dia akan berubah.”

Terlepas dari kesan Gie tentang Prabowo, hubungan keduanya bisa dikatakan cukup dekat. Prabowo bahkan menjadi salah satu anak muda yang menyerahkan karangan bunga ke malam Soe Hok Gie. Gie seperti diketahui meninggal di puncak Semeru, puncak tertinggi di Pulau Jawa, pada 16 Desember 1969.

Korps Pioneer Prabowo 

Adapun cerita tentang dunia aktivisme Prabowo sejatinya bukan hal yang baru. Pada tahun 2014 lalu, Antara mencatat  bahwa Prabowo sudah peduli dengan pembangunan desa sejak usia 17 tahun dengan membuat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pembangunan.

“Saya sudah berurusan dengan desa sejak usia 17 tahun, bersama beberapa mahasiswa dan pemuda membentuk LSM pembangunan,” kata pria kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951.

Mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad dengan pangkat terakhir letnan jenderal itu, mengatakan dirinya bersama “Korps Pioneer” juga ikut dalam pembangunan desa.

“Saat masuk tentara, saya mewajibkan setiap tentara harus membuka lahan pertanian,” katanya.

Selama ini, sepak terjang putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo, dalam kegiatan LSM yang disebut-sebut merupakan LSM pertama kalinya di tanah air itu, sama sekali tidak terungkap.

Surat kabar Sinar Harapan pada 30 Juli 2013 dalam tulisan “Prabowo Subianto dan Catatan Soe Hoe Gie”, menyebutkan

cerita soal Prabowo remaja juga sekilas ada di dalam buku Catatan Seorang Demonstran yang merupakan kumpulan tulisan aktivis mahasiswa Soe Hok Gie. 

Leave a comment