Informasi Terpercaya Masa Kini

Pekerjaan Fahat Ayah dari 3 Siswa SD Nunggak SPP Rp42 Juta Lalu Dipulangkan,Kini Hanya Bisa Pasrah

0 6

TRIBUNSUMSEL.COM — Muhammad Farhat ayah dari tiga siswa sekolah dasar (SD) dipulangkan sekolah lantaran tak membayar tunggakan Rp42 Juta hanya bisa pasrah.

Bagaimana tidak, Farhat menyadari kondisi sekarang tidak mempu melunasi tunggakan SPP tersebut.

Mengingat pekerjaan Farhat sekarang hanya seorang buruh serabutan.

Diungkap Fahat, penghasilannya hanya cukup untuk makan saja.

“Dari mana (uang)? kerja aja sekarang serabutan. Cukup buat sehari-hari aja udah alhamdulillah. Apalagi untuk melunasi pembiayaan itu,” akui Fahat melansir dari Tribunnewsbogor.com,MInggu (27/10/2024).

Meski begitu, Defi tampaknya masih belum terima tiga anaknya diusir paksa dari sekolah.

Sebab diakui Defi, anak-anaknya adalah sosok yang cerdas dan berprestasi.

“Untuk anak saya yang pertama itu sudah hafal juz 30, sudah diwisuda, predikatnya mumtaz predikat terbaik. Untuk yang kedua pun waktu dinonaktifin harusnya ikut wisuda juz 30 juta cuma karena dinonaktifin jadi enggak (wisuda),” kata Defi.

Bahkan anak keduanya punya ketertarikan lebih di bidang matematika.

Diungkap Defi, ketiga anaknya punya prestasi gemilang di bidang agama.

“Banyak prestasinya untuk anak kedua matematikanya menonjol. Anak ketiga dari tilawatil sempat dapat predikat tilawatil terbaik. Alhamdulillah anak-anak saya berprestasi di sekolah,” ungkap Defi.

Sempat Gratis Gegara Keluarga Yayasan

Sementara itu, terkuak fakta terkait awal mula tunggakan tersebut bisa muncul.

Hal tersebut disampaikan Defi Fitriani selaku ibu dari ketiga siswa tersebut.

Melansir dari Tribunnews.com, Minggu (27/10/2024) Defi menjelaskan terkait tunggakan pembiayaan sekolah sebanyak Rp 42 juta.

Ia menguraikan, tunggakan tersebut tidak hanya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).

Namun juga terkait uang pembangunan, seragam, hingga buku-buku pelajaran.

 Kisah tiga siswa di Pandeglang, Banten dipulangkan paksa oleh pihak sekolah karena menunggak bayaran sekolah. (Youtube Metro TV)

Sedangkan biaya SPP per bulan, anak pertama sebanyak Rp 350 ribu, anak kedua sebanyak Rp 300 ribu, dan anak terakhir Rp 250 ribu.

Defi mengaku, awalnya ketiga anaknya tidak dikenai biaya karena masih keluarga pemilik yayasan.

“Sudah lama tunggakannya karena memang dulu saya aktif di yayasan tersebut, saya juga dari keluarga punya yayasan. Setelah konflik keluarga, dimunculkan tagihan.”

“Komitmen (awal) itu tidak ada (pembayaran) pembiayaan untuk anak-anak saya.”

“Setelah konflik keluarga, diterbitkan penagihan itu. Anak-anak saya jadi korban,” tegasnya.

Sempat Datangi Sekolah

Ia mengatakan, semua bermula saat tiga siswa dipulangkan secara paksa usai libur Idul Fitri 2024 kemarin.

“Kejadian pada 22 April 2024, hari pertama setelah libur Idul Fitri

“Anak saya dipulangkan paksa dari sekolah terkait pembiayaan,” katanya, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Minggu (27/10/2024).

Defi melanjutkan ceritanya, ia bersama sang suami sempat pergi ke sekolah anaknya untuk negosiasi.

Sebagai orang tua, keduanya berharap 3 anaknya dipulangkan bersama siswa-siswa lainnya waktu jam sekolah berakhir.

Namun, pihak sekolah tetap kekeh memulangkan saat jam sekolah masih berlangsung.

“Dari pihak yayasan mengharuskan saat itu juga jam setelah 10 dan diantar mobil operasional sekolah dan didampingi 3 orang guru,” tambahnya.

Mediasi berujung buntu

Defi membeberkan, dia dan suami sudah berjuang mencari keadilan.

Ia sudah meminta bantuan ke Dinas Pendidikan, Kepemudaan & Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Pandeglang.

Pihak Dindikpora memfasilitasi mediasi antara Defi dengan pihak yayasan.

Akan tetapi, hasil mediasi berujung buntu.

Defi harus tetap membayar tagihan sebanyak Rp 42 juta.

“Kami ini orang tua tidak diam, cari keadilan, kami tempuh, minta tolong Dindik Pandeglang untuk dimediasi, sempat dimediasi satu kali.”

“Dari yayasan tidak datang diwakilkan kepala sekolah, akhirnya tidak mendapatkan jawaban,” tegasnya.

Defi terakhir berharap, kejadian yang menimpa anaknya segera selesai.

Ia ingin ketiga anaknya bisa melanjutkan sekolah.

“Anak-anak bisa sekolah lagi sesegera mungkin, harapan pindah sekolah aja,” tegasnya.

RW setempat, Wahudin ikut memberikan tanggapannya terkait kejadian ini.

Ia merasa kecewa dengan pihak sekolah.

“Sangat miris, kok jaman sekarang masih ada itu dalam arti anak-anak masa untuk belajar.”

“Apapun permasalahan, diselesaikan secara baik-baik. Apalagi saya mendengar dipulangkan secara paksa,” kata Wahudin.

Informasi tambahan,  Yayasan Islamic Centre Herwansyah (ICH) belum memberikan pernyataan terkait masalah pemulangan paksa 3 siswanya.

(*)

Leave a comment