Informasi Terpercaya Masa Kini

Indonesia Catat Surplus Perdagangan Ekspor Produk Perikanan Selama 9 Bulan

0 10

JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan komoditas perikanan pada periode Januari hingga September 2024.

Tercatat surplus neraca perdagangan komoditas perikanan Indonesia sebesar 3,87 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 60,5 miliar (asumsi kurs Rp 15.640).

Direktur Jenderal (Dirjen) Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Budi Sulistiyo mengatakan, angka surplus tersebut meningkat 7,2 persen dibanding periode yang sama pada 2023 lalu.

Baca juga: Menteri KP Sebut Perlambatan Ekonomi di AS hingga Jepang Pengaruhi Ekspor Perikanan Indonesia

“Dengan surplus perdagangan yang semakin besar, Indonesia berhasil mempertahankan posisinya sebagai negara net eksportir produk perikanan. Tentu ini kado dari hari ulang tahun KKP ke-25, semoga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional,” ujar Budi dilansir siaran pers dari laman resmi KKP, Senin (28/10/2024).

Budi mengatakan, nilai ekspor produk perikanan Indonesia hingga September 2024 mencapai 4,23 miliar dollar AS dengan total volume ekspor sebesar 1,02 juta ton.

Nilai ekspor ini mengalami peningkatan sebesar 3,1 persen dibandingkan dengan September 2023.

Sementara itu, jika merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), peningkatan ekspor produk perikanan secara signifikan terjadi pada Agustus 2024.

Baca juga: Hilirisasi Perikanan dan Alternatif Minum Susu Gratis

Pada Agustus, volume ekspor meningkat 34,2 persen dan nilanya tumbuh 10,7 persen dibandingkan dengan bulan yang sama pada 2023.

“Peningkatan ini menjadi penanda positif bagi kinerja ekspor perikanan nasional. Adapun Amerika Serikat tetap menjadi pasar utama bagi produk perikanan Indonesia dengan nilai ekspor mencapai 1,38 miliar Dollar AS atau 32,6 persen dari total ekspor perikanan,” ungkap Budi.

Budi menguraikan, ekspor produk perikanan ke China juga mengalami pertumbuhan 7,8 persen, dan ekspor ke negara-negara ASEAN meningkat sebesar 18,7 persen.

Menurutnya, negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Uni Eropa menjadi pasar penting mengingat masing-masing menyumbang 569,75 juta Dollar AS, (13,5 persen) dan 309,41 juta Dollar AS (7,3 persen ) terhadap total ekspor produk perikanan Indonesia.

Baca juga: Pertamina Trans Kontinental Bantu UMKM Perikanan Naik Kelas

Bahkan peningkatan terbesar terlihat pada ekspor ke Uni Eropa yang tumbuh 23,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.

“Ini menunjukkan potensi besar bagi pasar Eropa yang dapat terus dimaksimalkan oleh pelaku usaha perikanan Indonesia,” jelas Budi.

Adapun produk perikanan utama pada periode ini terdiri dari beberapa komoditas unggulan seperti udang yang menjadi komoditas ekspor terbesar dengan nilai mencapai 1,18 miliar Dollar AS atau 28,1 persen dari total ekspor produk perikanan Indonesia.

Selain itu, komoditas lain seperti Tuna-Cakalang-Tongkol (TCT) dan Cumi-Sotong-Gurita (CSG) mengalami peningkatan signifikan, masing-masing tumbuh 7,9 persen dan 24,7 persen.

Baca juga: KKP Ungkap Hambatan Produk Perikanan RI Sulit Tembus Pasar Eropa

Kemudian juga terjadi peningkatan sebesar 40,4 persen pada ekspor Rajungan-Kepiting juga memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan nilai ekspor keseluruhan.

“Peningkatan ekspor CSG terutama didorong oleh permintaan yang kuat dari Tiongkok dan ASEAN,” kata Budi.

Impor produk ikan menurun

Di sisi lain, menurut Budi Sulistyo, impor produk perikanan mencatatkan penurunan yang signifikan hingga 26,2 persen hingga September 2024. Angka tersebut mencapai 366,98 juta dollar AS dengan volume sebesar 212,49 ribu ton.

“Penurunan impor ini menjadi sinyal baik bagi surplus neraca perdagangan perikanan kita,” tambah Budi.

Baca juga: KKP: Impor Produk Perikanan Turun 35,15 Persen pada Semester I 2024

Sementara itu, menurut Direktur Pemasaran Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Erwin Dwiyana, negara asal impor terbesar produk perikanan untuk Indonesia adalah China dengan nilai mencapai 64,96 juta dollar AS atau 17,7 persen dari total impor perikanan.

Angka tersebut menurun 42,6 persen dibanding tahun sebelumnya.

“Penurunan terbesar terjadi pada impor Makarel dan Rajungan-Kepiting, yang masing-masing turun lebih dari 50 persen,” ungkap Erwin.

Erwin menambahkan, salah satu upaya yang dilakukan adalah memperluas akses pasar-pasar tradisional seperti Uni Eropa dan Jepang, serta membuka pasar baru di kawasan non-tradisional seperti Afrika Utara dan Asia Selatan.

Baca juga: Produksi Perikanan RI Hanya 3,34 Juta Ton Selama Semester I/2024

Selain itu, promosi produk perikanan Indonesia di pasar internasional juga menjadi prioritas, dengan partisipasi dalam pameran skala global seperti Japan International Seafood & Technology Expo dan Trade Expo Indonesia.

Dikatakannya, pemerintah juga akan fokus menjaga keberlanjutan produk perikanan melalui hilirisasi, sehingga nilai tambah produk perikanan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Erwin berharap sejumlah langkah tersebut dapat terus meningkatkan daya saing produk perikanan nasional.

“Dengan upaya-upaya ini, diharapkan ekspor produk perikanan Indonesia dapat terus meningkat di masa mendatang,” tutupnya.

Leave a comment