Informasi Terpercaya Masa Kini

Melihat Cikal Bakal Bikini di Museum Mode, Awalnya Mirip Piyama

0 3

KOMPAS.com – Tahukah kamu bahwa baju untuk ke pantai pada jaman dahulu bukanlah bikini melainkan pakaian serupa piyama? Lalu busana perempuan untuk bermain tenis atau naik kuda pun tidak minim seperti sekarang, namun lebar dan panjang menutupi kaki. Bagaimana kostum olahraga tersebut berubah?

Rupanya Paris sebagai pusat mode dunia memiliki catatan dan koleksi lengkap untuk menceritakan perkembangan busana olahraga dari masa ke masa. Perjalanan perkembangan model pakaian olahraga itu ditunjukkan dalam pameran “La Mode en Mouvement” atau “Fashion in Motion” di Palais Galliera, Paris.

Pada hari Sabtu (5/10/2024), kami rombongan Pintu Incubator berkesempatan untuk melihat bagaimana pakaian olahraga berevolusi dari akhir abad 19 hingga sekarang. 

Kami tiba di museum itu sekitar pukul 10.30 ketika Matahari sudah bersinar cerah. Di dekat gerbang, telah menunggu Veronique Marinho, salah satu mentor program Pintu Incubator yang telah lama bekerja di industri fashion, termasuk bersama Thierry Mugler, Jean-Paul Gaultier, Hermes, hingga Chanel.

Veronique yang mengenakan atasan hitam, bawahan putih, dan sepatu boots hitam dengan manik-manik berkilau segera menyuruh kita memasuki gerbang museum. Halaman depan museum memiliki ruang terbuka di tengahnya, dikelilingi tangga lebar melingkar untuk masuk dan keluar pengunjung, dengan pilar-pilar besar.

Baca juga: Menengok Sekolah Fashion Paling Top di Paris, Siswa Bebas Berkarya

Terletak di jantung kota Paris, Palais Galliera awalnya memang sebuah istana yang dibangun pada abad ke-19 oleh Duchess Galliera, seorang bangsawan Italia yang dermawan. Istana ini kemudian diubah menjadi museum tahun 1977 untuk menyimpan dan memamerkan sejarah fashion Paris yang kaya, menjadikannya salah satu destinasi utama bagi pecinta mode dari seluruh dunia.

Sebagai museum mode, Palais Galliera tidak menyelenggarakan pameran permanen, melainkan menampilkan koleksi sementara yang berganti-ganti sesuai tema tertentu. Kebetulan sejak 26 April 2024 hingga 5 Januari 2025, Palais Galliera mengadakan pameran Fashion on the Move bersamaan dengan Olimpiade dan Paralimpiade musim panas 2024 di Paris.

Museum itu memilih 300 item dari koleksinya yang meggambarkan peran pakaian dalam aktivitas fisik dan olahraga serta faktor sosiologis yang tercermin dalam perkembangannya.

Pameran ini menyoroti bagaimana dunia mode berkembang dari waktu ke waktu, dengan fokus pada evolusi bentuk dan fungsi pakaian yang dipengaruhi aktivitas pemakainya, sekaligus memperlihatkan bagaimana desain pakaian beradaptasi dengan tuntutan aktivitas fisik, dari busana ballroom yang megah hingga pakaian olahraga modern yang praktis.

Saat kami masuk, pemandu museum mengantarkan kami ke koleksi pakaian para bangsawan yang biasanya dikenakan dalam pesta-pesta di istana. Dengan detail yang luar biasa, terlihat bahwa busana tersebut menonjolkan penampilan, bukan kenyamanan. 

Pakaian perempuan umumnya memiliki lingkar pinggang kecil dan ketat di bagian atas tubuh, sedangkan bagian bawahnya mengembang hingga menutupi kaki. Pakaian para pria pun juga pas di badan, dengan celana setinggi betis dan rompi yang melekat di badan.

Baca juga: Melihat Trunk Show di Paris, Lebih Intim dan Personal

Namun dalam perkembangannya, mulai tahun 1910-an, busana yang dipakai tampak makin longgar dan orang tidak lagi memakai korset, terutama setelah olahraga menjadi kegiatan yang populer. 

Busana olahraga pada awalnya didesain dengan satu tujuan utama: mendukung gerak tubuh secara optimal. Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, olahraga mulai menjadi kegiatan yang diminati banyak orang.

Namun, pakaian yang dikenakan pada saat itu masih sangat sederhana dan fungsional. Misalnya, pemain tenis dan pesepakbola menggunakan bahan wol yang tebal, yang meskipun kuat, sering kali tidak nyaman ketika dikenakan dalam aktivitas fisik yang intens.

Lalu ketika perempuan mulai terlibat dalam olahraga seperti bersepeda dan tenis, pakaian yang awalnya kaku dan penuh ornamen perlahan-lahan menjadi lebih fungsional. 

Dalam pameran ini kita bisa melihat gaun tenis dan setelan bersepeda yang dirancang untuk memungkinkan gerakan bebas tanpa kehilangan sisi keanggunannya.

Walau bagi kita busana tersebut masih terlihat kurang praktis, namun saat itu sudah menunjukkan perubahan besar dalam mode yang menyesuaikan diri dengan aktivitas sehari-hari.

Perubahan yang sama juga terjadi pada pakaian untuk naik kuda dan bersepeda. Dulu para perempuan duduk menyamping saat naik sepeda, sehingga pelana yang digunakan juga khusus, ada penopang untuk kaki yang duduk menyamping. Pelana buatan Hermes tersebut dipamerkan bersama busana berkuda yang indah.

Baca juga: Membuka Pintu di Paris, Memperkenalkan Fashion Indonesia ke Dunia

Ketika gerakan emansipasi wanita muncul, aturan dan norma-norma lama yang kaku dan dianggap mengekang mulai ditinggalkan. Para perempuan mulai mengendarai kuda dengan mengangkang.

Tuntutan kebebasan dan kesetaraan rupanya juga mempengaruhi mode, ketika para perempuan kemudian juga memakai celana panjang untuk menggantikan gaun saat bersepeda atau berkuda.

Bahan baru, nilai baru

Seiring berjalannya waktu, inovasi mulai masuk ke ranah busana olahraga. Salah satu tonggak penting adalah perkembangan serat sintetis pada tahun 1930-an.

Nylon, sebagai contoh, mulai digunakan dalam produksi pakaian olahraga, memberikan pilihan material yang lebih ringan, fleksibel, dan mudah dirawat. Kemajuan ini membantu meningkatkan performa atlet, sekaligus menciptakan standar baru dalam kenyamanan.

Keberadaan bahan baru juga mengubah pakaian renang, dari yang tadinya memakai bahan katun dan berbentuk seperti piyama, makin lama menyesuaikan dengan bentuk tubuh karena lebih lentur, tanpa membuat pemakainya merasa sesak. Meski demikian, pakaian renang tahun 1940-an masih lebih tertutup dan malu-malu, tidak seperti bikini jaman sekarang yang hanya secuil.

“Ini adalah cikal bakal bikini,” ujar Veronique sambil menunjuk pada koleksi pakaian renang yang karena dianutnya nilai-nilai baru, menjadi semakin terbuka dari waktu ke waktu.

Sementara dalam dunia mode formal, haute couture yang biasanya dianggap mewah dan kaku mulai berevolusi untuk lebih memperhatikan aspek kenyamanan.

Salah satu contoh yang ditampilkan di pameran ini adalah karya dari desainer seperti Issey Miyake, yang memperkenalkan teknik pleating (lipatan). Pleats ini memungkinkan busana terlihat elegan namun tetap memberikan kebebasan bergerak bagi pemakainya. Ini adalah transformasi dari pakaian yang mementingkan estetika menjadi pakaian yang juga mempertimbangkan mobilitas.

Baca juga: Kisah Jenama Fashion Indonesia Masuk Pasar Internasional di Paris

La Mode En Mouvement di Palais Galliera menyoroti beberapa momen penting dalam sejarah busana olahraga, termasuk bagaimana tren ini mempengaruhi busana sehari-hari. 

Pada era 1980-an, misalnya, busana olahraga mulai merambah ke dunia mode umum. Track suit dan sepatu sneakers tidak lagi hanya dikenakan oleh atlet, tetapi juga menjadi bagian dari gaya jalanan yang populer di kalangan anak muda.

Era ini juga menandai awal dari kolaborasi antara merek olahraga dan desainer mode. Contohnya, ketika desainer seperti Yohji Yamamoto dan Stella McCartney berkolaborasi dengan Adidas, menciptakan perpaduan antara performa dan keindahan visual.

Pameran ini menampilkan beberapa koleksi ikonik dari kolaborasi tersebut, yang menekankan bagaimana busana olahraga tidak hanya berfungsi sebagai pakaian teknis, tetapi juga sebagai pernyataan mode.

Bahkan di bagian akhir pameran, kita melihat busana seperti yang sering kita kenakan saat ini, yakni streetwear yang dipengaruhi oleh budaya perkotaan, seperti hoodie, celana longgar, dan sneakers. Ini menunjukkan perubahan besar dalam cara orang berpakaian untuk menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang lebih aktif.

Banyak orang kini mengenakan pakaian olahraga tidak hanya saat berolahraga, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini dikenal dengan istilah “athleisure,” di mana pakaian olahraga bergabung dengan tren fashion kasual untuk menciptakan gaya yang nyaman.

Dan di pintu keluar museum, kita menyadari bahwa kita merupakan bagian dari perjalanan mode, yang sepertinya makin mengutamakan kenyamanan dengan sneakers, legging, dan hoodie yang terasa hangat di awal datangnya musim gugur di Paris.

Leave a comment