Hasil Analisis DNA, Ilmuwan Sebut Christopher Columbus Berdarah Yahudi
KOMPAS.com – Ilmuwan asal Spanyol menganalisis DNA penjelajah abad ke-15 Christopher Columbus dan menyebut dia seorang Yahudi Sephardi dari Eropa Barat.
Tes DNA (deoxyribonucleic acid) digunakan untuk mengetahui asal-usul keturunan, hubungan darah antara anak dan orang tua, golongan darah, hingga mutasi genetik suatu penyakit.
Selama ini, beberapa negara memperdebatkan asal-usul Christopher Columbus dan tempat pemakaman terakhirnya.
Columbus memimpin ekspedisi yang didanai oleh Spanyol sejak 1490-an. Ekspedisi itu membuka jalan bagi penaklukan Eropa di benua Amerika.
Baca juga: 7 Fakta Menarik tentang Christopher Columbus, Tetap Melakukan Perjalanan Setelah Kematian
DNA Christopher Columbus
Selama ini, banyak sejarawan yang meragukan teori bahwa Christopher Columbus berasal dari Genoa, Italia.
Atau juga teori lainnya yang mengklaim bahwa Christopher Columbus adalah seorang Yahudi dari Spanyol atau Yunani, Basque, Portugis, atau Inggris.
Untuk memecahkan misteri tersebut, para peneliti melakukan investigasi selama 22 tahun yang dipimpin oleh ahli forensik Miguel Lorente.
Penelitian selama dua dekade itu menguji sampel dari sisa-sisa jenazah yang dikubur di Katedral Seville, tempat yang diyakini peristirahatan terakhir Christopher Columbus, meskipun ada klaim-klaim lainnya.
Peneliti kemudian membandingkan sampel dari makam Christopher Columbus dengan kerabat dan keturunan yang dikenal, yaitu tulang putra Columbus, Hernando dan saudara laki-lakinya, Diego.
Temuan itu diumumkan dalam sebuah film dokumenter berjudul “Columbus DNA: The true origin” di lembaga penyiaran nasional Spanyol, TVE, pada Sabtu (12/10/2024).
“Kami memiliki DNA dari Christopher Columbus, sangat parsial, tapi cukup. Kami memiliki DNA dari Hernando Colon, putranya. Baik pada kromosom Y (laki-laki) maupun pada DNA mitokondria (yang diturunkan oleh ibu) Hernando terdapat sifat-sifat yang sesuai dengan asal-usul Yahudi,” kata Lorente, dikutip dari CNN.
Sembunyikan keyakinan agar terhindar dari penganiayaan
Para ilmuwan menduga, Christopher Columbus menyembunyikan kepercayaannya atau berpindah ke agama Katolik untuk menghindari penganiayaan agama.
Sekitar 300.000 orang Yahudi tinggal di Spanyol sebelum “Reyes Catolicos,” raja Katolik Isabella dan Ferdinand, memerintahkan orang Yahudi dan Muslim untuk memeluk agama Katolik atau meninggalkan negara itu.
Setelah menganalisis 25 tempat yang memungkinkan, Lorente mengatakan, ada kemungkinan Christopher Columbus lahir di Eropa Barat.
Ia mengatakan bahwa pihaknya telah mengonfirmasi teori sebelumnya bahwa jasad yang ada di Katedral Sevilla adalah milik Columbus.
“Penelitian mengenai kewarganegaraan Columbus dipersulit oleh sejumlah faktor, termasuk banyaknya data. Namun, ‘hasilnya hampir bisa dipastikan’,” kata Lorente.
Christopher Columbus meninggal di Valladolid, Spanyol, pada 1506. Akan tetapi, jenazahnya dimakamkan di pulau Hispaniola yang saat ini dimiliki oleh Republik Dominika dan Haiti pada 1542.
Makam itu kemudian dipindahkan ke Kuba pada 1795 dan ke Sevilla pada 1898.
Baca juga: Surat Christopher Columbus yang Dicuri Akhirnya Dikembalikan
Teori misteri Christopher Columbus
Tokoh yang hidupnya terdokumentasi dengan baik, Christopher Columbus ternyata meninggalkan warisan misteri selama berabad-abad.
Menurut Associated Press di BBC, pada 2006, peneliti Spanyol mengambil DNA dari tulang-tulang di Seville yang konon milik Christopher Columbus dan membandingkannya dengan DNA dari tulang-tulang milik saudaranya, Diego, yang juga berada di Seville.
Sampel tersebut ternyata cocok, meski para peneliti menunjukkan bahwa bukti kuat ini tidak sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan lainnya.
Selain DNA yang masih menjadi misteri, masalah kewarganegaraan Christopher Columbus juga tidak jelas.
Beragam teori mengatakan bahwa penjelajah itu adalah orang Italia, Spanyol, Perancis, Polandia, Portugis, dan masih banyak lagi.
Studi yang dilakukan pada 2006 oleh beberapa ahli genetika yang juga menyelidiki kematian Columbus berusaha memecahkan asal-usul Christopher Columbus menggunakan DNA.
Sebagian besar bukti sejarah menunjukkan bahwa Christopher Columbus adalah orang Spanyol atau Italia. Oleh karena itu, para peneliti mulai dari sana.
Hal ini karena nama Columbus sebenarnya adalah “Colon” dalam bahasa Spanyol dan “Colombo” dalam bahasa Italia.
Peneliti kemudian mengumpulkan sampel DNA dari ratusan pria dengan nama belakang tersebut karena nama keluarga dan kromosom Y mereka akan diturunkan dari ayah mereka.
Sayangnya, hasilnya tidak meyakinkan. Peneliti lain yang merupakan seorang profesor linguistik Amerika, mengambil alih tugas untuk meneliti asal-usul Columbus menggunakan pendekatan yang sama sekali berbeda.
Estelle Irizarry meneliti tulisan-tulisan Christopher Colombo melalui surat-surat dan dokumen-dokumen lain untuk mencari tahu apa sebenarnya bahasa ibunya.
Penilaiannya adalah, meskipun Christopher Columbus menulis dalam bahasa Spanyol (dialek mayoritas Spanyol), itu bukanlah bahasa pertamanya.
Sebaliknya, Irizarry percaya tata bahasa dan konstruksi kalimat Christopher Columbus menunjukkan bahwa Catalan adalah bahasa ibunya.
Adapun Christopher Columbus kemungkinan berasal dari tempat yang saat itu merupakan Kerajaan Aragon di timur laut Spanyol.