Informasi Terpercaya Masa Kini

Alasan Liga Super China Tak Lagi Dihuni Bintang-bintang Kelas Dunia

0 8

KOMPAS.com – Liga Super China sempat jadi sorotan para pencinta sepak bola dunia pada pertengahan 2010-an. Banyak liga di Eropa yang iri ketika kompetisi kasta tertinggi sepak bola China tersebut mendatangkan bintang-bintang kelas dunia pada 2016.

Timnas China akan menjamu Indonesia dalam laga lanjutan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Selasa (15/10/2024).

Seluruh pemain China yang dibawa pelatih Branko Ivankovic bermain di kompetisi domestik, termasuk kapten Wu Lei yang menjadi top skor Liga Super China kini dengan raihan 28 gol bersama timnya Shanghai Port.

Liga Super China, seperti yang para pesepak bola ketahui, sempat menjalani era keemasan di dunia sepak bola.

Baca juga: China Menutup Diri Jelang Hadapi Timnas Indonesia di Qingdao

Klub-klub Liga Super China merekrut bintang-bintang kelas dunia seperti Oscar, Ramires, Carlos Tevez, Marek Hamsik, dan Hulk. Di bangku kepelatihan ada Sven Goran Eriksson di Shanghai SIPG dan Luiz Felipe Scolari di Guangzhou Evergrande.

Klub-klub China memecahkan rekor transfer Asia lima kali dalam rentang satu tahun antara 2016 dan 2017.

“China akan menjadi liga non Eropa terbesar di dunia dalam waktu tak terlalu jauh di masa depan,” tulis pakar sepak bola Asia, John Duerden di Guardian pada Februari 2016.

Meski demikian, pemain-pemain bintang ini tak terbukti mengangkat pamor liga. Di level Asia, hanya Guangzhou yang pernah menjadi juara Liga Champions AFC (2013 dan 2015) dalam tiga dekade terakhir.

Belum lagi beberapa kebijakan dari federasi dan pemerintah China membuat klub-klub makin berat membayar para bintang.

Penerapan batasan gaji, batasan transfer, kuota pemain llokal, dan dorongan untuk kebersinambungan finansial memaksa perubahan radikal di iklim sepak bola China dalam beberapa tahun terakhir.

Eksperimen bintang-bintang besar ini makin sirna ketika pandemi datang. Peraturan liga juga menitikberatkan batasan gaji agar klub-klub lokal mengembangkan sendiri pemain bintang mereka demi timnas.

Baca juga: China Vs Indonesia: Garuda Menatap ke Depan, Mimpi Besar 15 Poin

Perlahan tapi pasti, bintang-bintang kelas dunia itu meninggalkan Negeri Tirai Bambu ketika menginjak 2021.

Para pemain papan atas seperti Graziano Pelle (Shandong Luneng), Hulk (Shanghai SIPG), Alex Teixeira (Guangzhou) perlahan-lahan meninggalkan China.

Di lain sisi, pergantian kebijakan yang memerlukan waktu ini menular ke Timnas China yang masih mencari formula terbaik untuk mencapai konsistensi di panggung internasional, terutama dalam upaya meraih tiket ke Piala Dunia.

China hanya pernah sekali lolos ke Piala Dunia, yakni pada 2002 di mana mereka kalah tiga kali dari tiga laga di fase grup dan gagal mencetak gol di Jepang-Korea Selatan.

“Selama bertahun-tahun berada di sini, saya hampir tidak pernah melihat pemain muda yang tampil menonjol,” ujar Oscar, mengomentari kekalahan 0-7 China dari Jepang dan 1-2 lawan Arab Saudi beberapa waktu lalu.

“China memiliki beberapa pemain  sangat bagus, namun kebanyakan dari mereka sudah tidak muda lagi.”

“Pemain nomor 7 Wu Lei di tim kami adalah pemain terbaik di Liga Super. Ia sangat berkemampuan tinggi.”

“Namun, jika berbicara tentang situasi di tim nasional, orang-orang mengharapkan dia melakukan segalanya. Tanggung jawabnya seharusnya adalah mencetak gol, tetapi ia tidak melakukannya dengan baik.”

Leave a comment