Informasi Terpercaya Masa Kini

Bijak Bermedia Sosial,Jangan Sampai Membuat Allah SWT Murka dan Rasulullah SAW Sedih

0 9

BANJARMASINPOST.CO.ID – Adanya kemudahan dalam komunikasi saat ini, terutama melalui smartphone yang didukung akses internet, membuat penggunanya cenderung kecanduan teknologi tersebut.

Pengguna bisa mengakses beragam fitur komunikasi, termasuk via sambungan chat pribadi, chat grup, maupun media sosial. Tentunya hal ini diangggap sangat membantu mempermudah  komunikasi, baik dengan orang yang dekat maupun yang jauh.

Namun ini juga tak lepas dari pentingnya menjaga sikap dalam berkomunikasi melalui media sosial, mengingat saat ini gampangnya orang-orang emosi negatif dan menuliskan hal yang tidak menyenangkan.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, ”Sebaik-baiknya perkataan adalah yang sedikit bicara tapi bermanfaat.” Itulah yang disampaikan kembali oleh ustadz Ahmad Saubari, salah satu ulama di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.

Dia menyampaikan, Islam mengajarkan cara berbicara dan berkomunikasi, terutama dalam menjaga ucapan. Semakin banyak bicara, maka peluang untuk tegelincir dalam ucapan tersebut semakin lebih besar.

Baca juga: Kiprah KH Bahrudin Abdullah Mengasuh Ponpes Raudhatul Jannah Kotabaru: Kemanfaatan Membawa Berkah

Baca juga: Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi di Hari Jumat, Ustadz Abdul Somad Beberkan tentang Kemuliaannya

“Jadi dari kacamata agama yang paling baik ucapan itu yang paling sedikit tapi bermanfaat,” ujar ustadz Saubari kepada Serambi UmmaH.

Bentuk perkataan tidak hanya diucapkan secara langsung, apalagi saat ini ada teknologi digital yang bisa memudahkan dalam komunikasi.

Hal ini, kata ustadz Saubari patut diwaspadai, mengingat penyebaran ucapan melalui jaringan media sosial bisa berdampak negatif dan menjadi dosa yang mengalir apabila digunakan untuk hal yang buruk.

“Selama bicara kita adalah hal yang tidak baik dan tersebar dimana-mana, akan menjadi dosa yang terus mengalir. Apalagi kalau sampai diikuti oleh orang lain,” tutur ustadz Saubari.

“Dosanya bisa terus mengalir dan sulit untuk taubat. Terkecuali Allah SWT merahmati, menyayangi dan mengampuni,” tambahnya.

Sebagaimana hadis yang maknanya termasuk keindahan Islam seseorang itu ialah meninggalkan apa pun yang tidak bemanfaat baginya, termasuk ucapan yang tidak bermanfaat, apalagi merugikan orang lain.

Ustadz Saubari juga meminta kaum muslim selalu bijak dalam bermedia sosial. Terlebih saat ini banyak didapati orang bermedia sosial mengatasnamakan satu perbuatan atau ucapan dosa yang disebut sebagai prank.

Prank, sebut ustadz Saubari merupakan satu kebohongan yang hukumnya adalah dosa.

“Bijaklah dalam bermedia sosial, jangan sampai melakukan ucapan yang membuat Allah SWT murka dan Rasulullah SAW sedih,” pesan dia. 

Wawan Enggan Adu Argumen di Medsos

Seringnya menemukan unggahan di media sosial yang bertentangan dengan pola pikirnya, satu warga Desa Paran, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, Wawan Setiawan tak jarang ingin berkomentar pada unggahan tersebut.

Namun dibanding beradu kalimat lewat tulisan di kolom komentar, dia memilih diam dan hanya membaca komentar dari unggahan yang ada. “Lebih baik diam dan cukup membaca saja. Ini menghindari konflik lainnya yang bisa muncul,” kata Wawan kepada Serambi UmmaH.

Belum lagi ujaran nitizen yang tak jarang melontarkan kalimat kasar, beasumsi dan membenarkan argumentasinya. Hal ini kata Wawan sebaiknya dihindari. Apalagi tidak saling kenal dengan pemilik akun tersebut. “Jangankan melalui media sosial, kadang kita komunikasi chat grup saja bisa terjadi kesalahpahaman dan konflik,” tuturnya.

Kurangnya pemahaman dari apa yang disampaikan via tulisan, atau adanya kesalahan kata dalam kalimat yang dikirimkan ke lawan bicara, rentan terjadinya salah paham. Misalnya kalimat yang biasa saja, tak jarang dimaknai sebagai perintah atau teguran.

Komunikasi via handphone, imbuh Wawan, apalagi saat membahas hal yang rawan kesalahpahaman, sebaiknya dilakukan lewat sambungan telepon, bukan tulisan. Cara bicara dan nada bicara lebih mudah dimengerti dan menghindari kesalahapahaman dari apa yang ingin disampaikan.

Perbuatan serupa juga dilakukan oleh Hindri, warga Timbun Tulang, Kecamatan Batumandi, Kabupaten Balangan. Dia juga kerap memilih diam dibanding harus adu argumen. Beda halnya saat bercanda di media sosial.

“Tergantung siapa lawan komunikasinya. Kalau memang teman dekat, maka akan lebih mudah dan mengenal kita. Tapi kalau tidak begitu kenal apalagi belum kenal, memang harus lebih hati-hati,” ucap Hindri. Komunikasi yang baik menurut dia, menggambarkan pribadi diri. Baik itu di media sosial, ataupun berkomunikasi secara langsung dengan lawan bicara.

(Banjarmasinpost.co.id/Isti Rohayanti)

Leave a comment