Informasi Terpercaya Masa Kini

Apa Itu Greater Israel? Rencana Besar Zionis untuk Taklukkan Arab

0 10

Bisnis.com, JAKARTA – Narasi “Greater Israel” tengah menggema di sejumlah media sosial pada beberapa waktu belakangan.

Greater Israel merupakan ideologi, atau rencana besar Zionis untuk memperluas jangkauan kependudukan mulai dari Palestina hingga Turki.

Narasi ini sudah lama digaungkan, namun kembali menyeruak setelah salah satu media Israel merilis artikel berjudul “Is Lebanon part of Israel’s promised territory?”.

Baca Juga : Setahun Serangan Israel ke Palestina: 42.000 Warga Gaza Tewas

Artikel ini diunggah pada 25 September 2024, yang dinilai mendukung invasi Israel ke beberapa negara-negara Arab.

Setelah menyerang Iran, Israel memang langsung meluncurkan serangan udara di Lebanon yang membuat belasan masyarakat tewas.

Baca Juga : : Setahun Konflik Hamas – Israel, Perang Regional di Depan Mata

Israel menargetkan beberapa area di Lebanon pada Minggu (6/10/2024) malam waktu setempat. Titik serangan tersebut berada di Desa Kayfoun dan Kota Marjeyoun.

Setelah ini, Israel diduga akan melakukan serangan ke negara lain seperti Yordania dan Irak.

Melansir Middle East Monitor, dalam artikel “Is Lebanon part of Israel’s promised territory” menyebutkan bahwa tanah yang “dijanjikan Tuhan” kepada “anak-anak Israel” mencakup wilayah Israel modern, Tepi Barat, Gaza, Lebanon, Suriah, Yordania, Irak, dan bahkan Turki.

Baca Juga : : Setahun Serangan Hamas 7 Oktober: Israel Makin Brutal, Konflik Meluas

Klaim tersebut didasarkan dari teks-teks keagamaan yang menyebut, “dari ‘Sungai Mesir’ [ditafsirkan oleh beberapa orang sebagai Sungai Nil atau sungai yang lebih kecil di Sinai] hingga Sungai Perat [Efrat]”.

Viralnya Narasi Greater Israel

Baru-baru ini, narasi “Greater Israel” Kembali viral setelah diunggah oleh akun Twitter BreakThrough News pada Sabtu (5/10/2024).

Greater Israel disebut sebagai rencana besar Israel untuk menaklukkan negara-negara Arab untuk memiliki “Tanah yang Dijanjikan”.

Ideologi ini pun muncul pertama kali dalam buku harian Theodor Herzl, pendiri Zionisme, pada tahun 1898.

Di dalamnya tertulis visi Herzl tentang negara Yahudi di masa depan terbentang dari Sungai Nil hingga Efrat. Ide ini dipresentasikan pada Konferensi Perdamaian Paris tahun 1919, ketika perbatasan negara-negara masa depan dibuat setelah Perang Dunia I.

Pemimpin Zionis pada masa itu yakni David Ben-Gurion, menganjurkan pembentukan negara Yahudi yang mencakup sebagian Lebanon, Suriah, dan Yordania dalam peta yang baru.

Namun hal tersebut langsung ditolak oleh para anggota konferensi.

Sayangnya bagi sejumlah masyarakat Palestina, konsep “Greater Israel” kemungkinan bisa terjadi setelah meluasnya kependudukan di wilayah Gaza dan Tepi Barat.

Perang Arab-Israel

Melansir Antara, Perang Arab-Israel disebut juga Perang Kemerdekaan atau Perang Pembebasan yang menjadi konflik bersenjata pertama dari serangkaian konflik antara Israel dengan tetangga-tetangga Arabnya.

Pada 14 Mei 1948, Israel memproklamasikan negaranya yang kemudian langsung diserbu oleh negara-negara Arab seperti Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir, dan Irak.

Sayangnya saat itu Israel berhasil memenangkan peperangan dan justru merebut hampir 70 persen luas total wilayah daerah mandat PBB dan membuat banyak warga Palestina mengungsi dari daerah yang dikuasai Israel.

Dengan kemenangan ini, hanya tersisa 22% wilayah bagi warga Palestina yang dibagi menjadi Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Perang yang berlangsung hingga Januari 1949 kemudian diakhiri dengan perjanjian gencatan senjata antara Israel dengan Mesir, Lebanon, Yordania dan Suriah.

Perjanjian tersebut menetapkan Garis Hijau yaitu garis demarkasi militer yang berfungsi sebagai perbatasan de facto negara mulai 1949 hingga 1967.

Hal ini terus mewakili perbatasan Israel yang diakui secara internasional dengan dua wilayah Palestina, Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Pada 5 Juni 1967, Israel menduduki sisa wilayah bersejarah Palestina, termasuk Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan Suriah, dan Semenanjung Sinai Mesir selama Perang 6 Hari melawan koalisi tentara Arab.

Bagi sebagian warga Palestina, hal ini menyebabkan perpindahan paksa kedua atau Naksa, yang berarti “kemunduran” dalam bahasa Arab.

Dari situ, Israel terus mencoba memperluas wilayahnya untuk mendapat “The Promised Land” dan melancarkan serangan militer berkepanjangan di Gaza pada 2008, 2012, 2014, 2021, hingga saat ini.

Leave a comment