Informasi Terpercaya Masa Kini

Nasib Ibu Kos di Surabaya Rumahnya di Lelang Bank Rp 500 Juta,Tak Sadar Asetnya Direbut Anak Kosan

0 15

SURYAMALANG.COM – Kisah seorang ibu kos di Surabaya rumahnya di lelang pihak pank sebesar Rp 500 juta. 

Dirinya pun kaget saat mengetahui jika rumah kos miliknya itu sudah direbut anak kosan tanpa sadar. 

Pasangan lansia pemilik kos Maria Lucia Setyowati dan suaminya, Muin, kaget saat tahu dua rumahnya ternyata dilelang bank Rp500 juta.

Mereka tak tahu jika rumah tersebut telah diambil alih oleh anak kosannya tanpa transaksi jual beli.

Kini Maria dan Muin tersadar sudah ditipu oleh penghuni kos-kosan.

Maria dan Muin memiliki kos-kosan di Tenggilis Lama III B No 56 dan Tenggilis Permai IVB, Surabaya. 

Namun dua aset tersebut sekarang lenyap setelah Tri Ratna Dewi, wanita asal Pare, Kediri, menjadi penghuni kosnya.

Surat Hak Milik (SHM) dua aset tersebut diam-diam dikuasai Tri Ratna Dewi tanpa ada transaksi jual-beli.

Setelah menipu, Dewi menghilang tak diketahui di mana domisilinya.

“Saya itu kalau ingat riwayat dua rumah itu nelongso,” kata Maria.

“Dulu bisa punya beli tanah dibangun pelan-pelan, sudah jadi rumah tinggal menikmati kok tiba-tiba jadi punya orang lain (Dewi),” imbuh Maria.

Maria menceritakan, dugaan penipuan tersebut terjadi sekitar tahun 2017.

Dewi menyewa dua kamar kos untuk buka usaha laundry di Tenggilis Permai IV B yang lokasinya dekat Apartemen Metropolis.

Baca juga: Cara Roy Suryo Telusuri Akun Fufufafa yang Diduga Milik Gibran Rakabuming, Sudah Ada Cara Khusus

Baca juga: Beda Jet Pribadi Mahfud MD dan Kaesang Pangarep – Erina Gudono, Apakah Ada yang Hasil Gratifikasi?

Meskipun usaha laundry tersebut hanya di kos-kosan, tapi Dewi bisa mempekerjakan karyawan.

Dari penghuni kos lainnya, Dewi juga terbilang penghuni yang paling akrab dengan Maria.

Tiba-tiba, Dewi datang bilang ingin buka rekening atas nama Maria.

Dewi ingin menitipkan uang usaha laundry kepadanya supaya uang dari hasil laundry bisa terkumpul.

“Saya waktu itu nurut-nurut aja, saya kira Dewi orang baik. Data diri saya berikan ke dia.”

“Orang bank itu sampai ke rumah saya buat bukakan rekening,” tutur Maria.

Hubungan baik berlanjut, sampai akhirnya Dewi mengusulkan ide aset di Tenggilis Lama III B No 56 dipetak menjadi tiga untuk disewakan menjadi ruko.

Dewi janji akan menyewa satu ruko untuk usaha buka laundry yang lebih besar.

“Saya setuju, wong cari penghuni kos kan ya susah-susah gampang. Dewi ke rumah ngajak pegawai Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT).”

“Salah saya waktu itu, terlalu percaya, menyerahkan sertifikat asli dan dan tanda tangan surat-surat tanpa dibaca,” katanya.

Ruko tersebut akhirnya dibangun Maria menggunakan dana pinjaman bank.

Maria pun membuka laundry di Tenggilis Lama III B No 56.  

Karena saat itu sebagaian masih proses renovasi, Maria pindah rumah di rumah lainnya yang berada di gang samping rukonya. 

“Dewi itu datang lagi, mengusulkan aset dekat apartemen diuruskan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).”

“Saya waktu itu manut menyerahkan SHM, tanpa ada tanda terima,” ujarnya.

Ditinggal pindah, laundry milik Dewi justru sering tidak buka.

Dewi sering tidak ada di rumah, dan mulai sulit dihubungi. 

“Tiba-tiba tahun 2021, petugas PPAT yang awalnya janji ngurus pecah sertifikat datang ke saya.”

“Petugas itu bilang, tiga ruko yang sudah terbangun, dua sudah menjadi miliknya dan satu punya Dewi.”

“Ternyata surat-surat yang waktu saya tanda tangani dulu, menyatakan kalau saya hibah ke tanah kepada Dewi,” beber Maria.

Merasa tidak pernah memberikan ke Dewi, Maria pada tahun 2022 laporan ke Polrestabes Surabaya.

Namun hingga kini merasa tidak ada tindak lanjut.

Tiap kali Maria datang menanyakan laporan, selalu dijawab masih diselidiki polisi.

Maria pun sempat menggugat Dewi, petugas PPAT, Badan Pertanahan Nasional lewat Pengadilan Negeri Surabaya.

Namun karena domisili Dwi tidak jelas, pengadilan meminta gugatan tersebut dicabut. 

Nelongsonya makin memuncak, belakangan diketahui asetnya di dekat Apartemen Metropolis ternyata juga sudah milik Dewi.

Rumah tersebut kabarnya akan dilelang bank.

Hal itu setelah Dewi meminjam dana bank Rp500 juta menggunakan jaminan rumah, namun cicilannya tidak dibayar.

“Waktu dibilang akan diuruskan IMB, ternyata diganti atas nama Dewi.”

“Saya enggak pernah jual, tapi ada akta jual beli,” katanya.

Pengacara Moch Soleh pun berkomentar, sudah sepatutnya hati-hati jika ada orang yang sok baik.

Apalagi soal urusan surat-surat aset, sebaiknya jangan pernah diberikan kepada orang lain tanpa ada transaksi.

Polisi pun didesak mengusut kasus ini agar tidak ada lagi korban seperti Maria yang lain.

Baca juga: Rejeki Nomplok Pegawai Pemkot Tasikmalaya Dapat Uang Pensiun Rp 7,8 M, Tunggu Cair Bulan Desember

Baca juga: TikTok Berujung Maut, Suami Bunuh Istri yang Hobi Live Karena Malu ke Tetangga Sering Keluar Rumah

Kisah serupa juga dialami Mbah Sumiyati yang semula mengira akan dapat ganti rugi Rp2,8 M karena rumahnya terkena proyek jalan underpass Pemkot Surabaya.

Rumah Mbah Sumiyati ini terletak di Jalan Jemur Gayungan Gang I No 6 RT 1 RW 03, Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya.

Namun ternyata bukan dirinya yang dapat ganti rugi Rp2,8 M, melainkan tetangganya, pasutri Wartini dan Agus.

Lansia berusia 60 tahun ini mengaku memang tidak memegang surat kepemilikan rumah.

Sehingga ia tidak bisa mendapatkan Rp2,8 miliar karena terkena proyek jalan underpass.

Awal mula rumah Mbah Sumiyati mendadak jadi milik tetangganya ini pun terkuak.

Seingat Mbah Sumiyati, surat rumahnya diambil oleh tetangganya yaitu Wartini, yang kini tinggal di Sidoarjo .

Mbah Sumiyati tidak ingat secara pasti kapan surat rumahnya berpindah tangan.

Akan tetapi, yang ia ingat, surat rumahnya diambil tahun 2019 silam.

“Tetangga saya Agus itu datang ke rumahnya dan meminta surat tanah,” ungkap Mbah Sumiyati, Jumat (23/8/2024).

“Dua hari kemudian, istrinya, Wartini datang juga untuk meminta surat tanah tersebut,” imbuhnya.

Saat itu, Mbah Sumiyati mengaku tidak curiga karena bertetangga dengan Wartini sejak masih kecil dan pernah tinggal di kampung yang sama.

Terlebih saat itu suaminya sudah meninggal dunia, sehingga tidak ada yang ia ajak diskusi mengenai surat tanah tersebut.

Namun kini Wartini telah pindah ke Sidoarjo setelah rumahnya menjadi bagian dari Jalan Frontage Ahmad Yani.

Pada tahun 2019, proyek jalan underpass dari Pemkot Surabaya akhirnya sampai ke telinga Mbah Sumiyati dan Wartini.

Ada 23 rumah, termasuk rumah Mbah Sumiyati, yang akan terdampak proyek tersebut.

Diketahui, rumah Mbah Sumiyati yang berukuran 119 meter persegi akan diganti dengan nilai Rp2,8 miliar.

Mbah Sumiyati pun diberi tahu oleh Wartini bahwa rumah yang ia tempati hanya numpang.

Lantaran surat tanahnya atas nama Wartini.

“Padahal rumah yang tak tempati itu warisan dari orang tua, Sarmini dan Tarmidi. Orang tua Sumiyati sendiri menerima rumah tersebut dari kakek-neneknya, Martini dan Mat Ngali,” terangnya.

Warga kemudian diminta untuk menandatangani appraisal di Pemkot Surabaya.

Saat itu Wartini dan suaminya, Agus, datang menjemput Mbah Sumiyati dengan menggunakan mobil.

Mereka pun pulang bersama setelah urusan di Pemkot selesai.

Dalam perjalanan pulang, Wartini meminta Mbah Sumiyati untuk menyerahkan dokumen appraisal, dengan alasan akan diurus penetapan waris.

“Saya waktu itu percaya aja karena memang salah satu syarat pencairan dana adalah adanya hak waris.”

“Sedangkan rumahnya masih atas nama orang tua,” kata Mbah Sumiyati.

Kini Mbah Sumiyati merasa frustasi karena ketika ia meminta kembali surat rumahnya, namun hanya fotokopi yang diberikan.

Sementara surat asli masih dibawa oleh tetangganya.

Usai diduga rebut rumah Mbah Sumiyati, tetangga yakni pasutri Wartini dan Agus beri jawaban santai.

Ketika suami Wartini yakni Agus dikonfirmasi mengenai hal ini, ia enggan memberikan jawaban yang jelas.

Ia hanya menyatakan bahwa masalah hak kepemilikan adalah urusan privasi keluarga mereka. 

“Benar tidaknya itu tidak penting,” tutur Agus.

Wartini dan Agus kini telah pindah ke Sidoarjo setelah rumahnya menjadi bagian dari Jalan Frontage Ahmad Yani.

Pasutri tersebut mengaku bahwa Mbah Sumiyati saat ini hanya numpang di rumahnya.

Leave a comment