Apa itu Chattra? Payung Pelindung yang Segera Dipasang di Borobudur
Chattra menjadi perbincangan ketika membahas tentang candi Borobudur. Kalangan tokoh umat Buddha Indonesia menyarankan chattra kembali dipasang di candi tersebut.
Chattra diyakini dapat hadir sebagai simbol spiritualitas dan penyempurna candi Borobudur yang biasa dijadikan tempat beribadah oleh umat Buddha. Melansir Detik, dinyatakan bahwa pemasangan chattra tidak hanya mencakup kesejahteraan umat Buddha, melainkan bagi Indonesia.
Keputusan akhir pemasangan Chatta sangat berkaitan dengan pengembangan candi Borobudur. Ada pun yang dapat dilakukan orang awam, yakni mencari tahu apa dan maksud dari pemasangan chattra itu sendiri.
Makanya menarik membahas lebih lanjut tentang apa itu chattra. Selengkapnya, simak tulisan berikut ini.
Baca juga:
- Hotel Sekitar Candi Borobudur Mulai Penuh Jelang Hari Raya Waisak
- 7 Wisata Sekitar Borobudur yang Menarik Dikunjungi saat Libur Waisak
- Sejarah Candi Borobudur, Situs Budaya yang Diakui UNESCO
Apa itu Chattra?
Singkatnya, chattra adalah payung yang dipasang di suatu candi. Pada konteks ini, chattra berencana dipasang di candi Borobudur. Sebagaimana yang dibahas sebelumnya, tujuannya yaitu untuk memperkuat aspek spiritualitas candi tersebut sebagai tempat ibadah.
Namun hal ini tetap menimbulkan pro kontra, khususnya bagi pemuka agama Buddha dan arkeolog. Melalui rilisan “Sekali Lagi tentang Chattra,” dijelaskan bahwa jika chattra terpasang di Borobudur, akan sangat janggal dan tidak lazim. Lantaran hampir semua stupa dibangun disertai banyak stupa bentuknya akan selalu konsisten. Jika satu memakai chattra, semuanya patut berchattra, tidak hanya stupa utama.
Jauh sebelum ini, di Borobudur, terdapat panil-panil persembahan (chattrapadana). Hal ini ditunjukkan melalui ukir-ukiran (relief) yang ada pada candi tersebut.
Pada tahun 1907-1911, chattra pernah dipasang di stupa utama saat pemugaran Borobudur. Kala itu, pagelaran dipimpin oleh Theodoor van Erp, pelukis sekaligus arkeolog. Sebelum itu, pemugaran juga pernah dilakukan oleh H.C. Cornelius.
Pedoman pemasangan chattra termuat pada kitab Gandawyuha Sutra. Di dalamnya menceritakan tentang Sudhana yang berkelana untuk berguru pada lebih dari 50 orang ahli. Tujuannya untuk menuntaskan “Pencerahan Sempurna.”
Sosok Sudhana merupakan pemuda yang memiliki payung untuk melindungi tubuhnya. Payung tersebut juga digambarkan melalui ukiran yang ada di dinding candi Borobudur.
Pemasangan chattra digadang banyak sambutan baik dari berbagai pihak. Termasuk seniman, arkeolog, budayawan, hingga akademisi.
Dipasangnya chattra juga dianggap sebagai penyempurna candi Borobudur yang menjadi tempat peribadatan dan pusat kebudayaan. Sehingga pengunjung tidak hanya mendapatkan nilai wisata dan budaya, melainkan spiritualitas juga.
Itulah pembasahan mengenai apa itu chattra, payung yang direncanakan akan dipasang di Borobudur. Hal ini memiliki kaitan erat dengan sejarah dan spiritualitas, khususnya agama Buddha.