Informasi Terpercaya Masa Kini

Diary Dianna: Si Anak Bungsu yang Gemar Mogok Makan dan Ngambekan

0 12

Ini adalah cerita pengalaman hidup saya ketika masih menjadi anak-anak. Memiliki anak bungsu dengan sifat seperti saya mungkin cukup menguras kesabaran orang tua ataupun anggota keluarga lainnya. Saya sering ngambekan dan melakukan aksi mogok makan yang merepotkan.

Penyebabnya bukan hal yang kompleks, justru mungkin terlihat seperti masalah sepele. Kadang bertengkar dengan salah satu kakak saya, dimarahi kakak atau orang tua saya, ada banyak menu makanan yang tidak sukai, makanan saya terasa ada pedasnya, makanannya terasa asin atau malah hambar. Biasanya mereka yang akan sibuk melakukan berbagai cara membujuk saya yang sedang merajuk agar mau makan.

Salah satu cara yang sering berhasil adalah dengan memberikan hadiah ataupun membawakan jajanan yang saya suka. Biasanya saya sering luluh dengan hal itu. Saya dengan mudahnya melupakan kemarahan dan mau makan.

Namun, apabila penyebab saya mogok makan karena bertengkar atau dimarahi anggota keluarga berbeda. Saya tidak akan begitu mudah luluh dengan mereka. Biasanya butuh waktu yang lama untuk saya melupakan hal itu. Kadang saya mau makan apabila sendirian, tidak bersama orang yang telah memantik kemarahan saya sebelumnya.

Tidak jarang pula saya baru bersedia makan ketika disuapi dan ditunggu. Atau malah mau makan setelah dibelikan makanan dari luar. Semua anggota keluarga pasti sedikit kerepotan jika saya melakukan aksi mogok makan ini, terlebih ayah saya.

Setiap kali jatuh sakit saya juga sulit dibujuk makan. Ditambah sejak kecil saya termasuk gampang sakit. Saya masih ingat sering merepotkan dan membuat anggota keluarga lain kelelahan mengurusi saya yang tidak mau makan dengan alasan tidak berselera.

Tidak jarang ayah saya langsung turun tangan. Dia biasanya mengajak saya jalan-jalan dan membelikan apapun yang saya suka atau inginkan apabila kondisi sakit saya tidak begitu parah. Setelah itu, baru saya mau makan sedikit.

Saya juga susah diajak berobat ke klinik, Puskesmas, atau rumah sakit. Saya mencari berbagai alasan untuk tidak diajak berobat ke tempat itu. Saya dulu agak takut pergi kesana. Takut disuntik, mendapatkan obat yang pahit dan tidak enak, atau tidak ingin bertemu orang yang kemungkinan memiliki penyakit menular.

Tidak jarang ada drama tangisan histeris jika saya dipaksa berobat di tempat itu. Tapi, biasanya saya akan mendapatkan hadiah jika bersedia diajak berobat. Mulai dari berupa dibelikan makanan atau minuman kesukaan saya, mendapatkan uang saku tambahan, dll.

Berbagai makanan, minuman, dan jajanan kesukaan saya selalu tersedia saat saya sakit dan tidak berdaya melakukan banyak hal. Itu semua dilakukan demi membujuk saya agar mau makan lebih banyak dan minum obat. Jika permasalahan mogok makan dan berobat sudah terselesaikan, masih ada masalah lain yaitu terkait minum obat dengan teratur.

Saya tidak suka minum obat yang tidak enak dan pahit. Saya lebih suka minum obat sirup yang manis. Jika saya tidak mendapatkan obat yang sesuai dengan selera saya, pasti keluarga saya akan bingung bukan main. Adakalanya obat itu dicampur dengan sedikit gula agar saya mau meminumnya. Atau sudah disiapkan cemilan, minuman, permen setelah minum obat itu.

Saat saya sakit sepertinya cukup menyenangkan. Saya tidak perlu bersekolah, sering digendong, apapun yang saya lakukan selalu dibantu. Apa yang menjadi keinginan saya selalu disediakan. Orang tua saya juga berusaha menyisihkan waktunya mengurusi saya di sela-sela kesibukannya bekerja. Seolah adakalanya saya bersenang-senang disaat momen sakit itu datang.

Itulah cerita tak terlupakan dalam hidup saya terkait menjadi anak bungsu yang sering melakukan aksi mogok makan dan dikenal gampang ngambekan.

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca tulisan saya. Salam hangat dari Dianna.

Leave a comment