Korsel Dilanda Panic Selling Mobil Listrik, Imbas Mercedes-Benz EQE Terbakar
Bisnis.com, JAKARTA – Warga Korea Selatan (Korsel) ramai-ramai menjual kendaraan listriknya karena panik (panic selling), imbas kasus kebakaran mobil listrik Mercedes-Benz EQE.
Kebakaran itu terjadi pada 1 Agustus 2024 di ruang parkir bawah tanah (basement) di Kota Incheon, Korea Selatan yang menghanguskan hingga 140 mobil. Akibatnya, aksi jual kendaraan listrik bekas membanjiri marketplace.
Platform perdagangan mobil bekas terbesar kedua di Korea, yakni K Car melaporkan peningkatan sebesar 184% dalam daftar kendaraan listrik bekas pada pekan pertama Agustus, dibandingkan dengan pekan terakhir Juli 2024.
Baca Juga : Mercedes-Benz Kirim 16 Unit Mobil Listrik ke IKN untuk HUT ke-79 RI
“Seri Mercedes-Benz EQE, meliputi EQE 300 standar, EQE 350+ model yang terlibat dalam kebakaran itu beserta model AMG berperforma tinggi dan SUV EQE, sangat terpukul oleh reaksi pasar,” tulis laporan The Korea Herald dikutip Selasa (20/8/2024).
Adapun, setelah insiden tersebut, lebih dari 100 model Mercy EQE telah muncul di SK Encar, salah satu platform perdagangan mobil bekas terkemuka di Korea. Alhasil, jumlah total Mercedes-Benz EQE yang dijual menjadi sekitar 115 unit hingga pekan lalu, Jumat (16/8).
Baca Juga : : Harga Mobil Mercedes-Benz Makin Mahal Terimbas Rupiah Loyo
Akibatnya, harga kendaraan listrik mewah ini juga anjlok tajam. Sebelum kebakaran, model EQE bekas biasanya dijual seharga 60 juta won hingga 70 juta won, yang jika dirupiahkan harganya berkisar Rp700 juta hingga Rp813 juta.
Kini, beberapa model Mercedes-Benz EQE 300 2023 bekas bersertifikat dijual hanya senilai 59 juta won atau sekitar Rp685 juta, turun signifikan dari harga jual aslinya sebesar 92 juta won atau sekitar Rp1,06 miliar.
Baca Juga : : Kenapa Pesan Mobil Mewah Mercedes-Benz G Class Harus Inden 6 Bulan?
Produsen Ramai-Ramai Kasih Diskon
Dampak dari kebakaran mobil listrik Mercy EQE di Incheon memperburuk kondisi yang saat ini sedang sulit bagi produsen kendaraan listrik di Korea. Alhasil, produsen mobil kini tengah menggelar promosi agresif untuk menarik minat konsumen yang enggan untuk membeli mobil listrik.
Misalnya, Hyundai Motors baru-baru ini mulai menawarkan diskon besar untuk menarik kembali pembeli ke pasar kendaraan listrik. Diskon ini termasuk diskon hingga 5 juta won untuk Kona Electric dan diskon 10% untuk Ioniq 5. Sementara itu, Genesis, merek mewah Hyundai, menawarkan diskon hingga 5% untuk semua model, termasuk GV70 Electrified.
Produsen mobil impor juga merasakan tekanan dan memangkas harga agar tetap kompetitif. Misalnya, BMW menawarkan diskon lebih dari 12% untuk mobil listrik andalannya, i7 dan iX. Sementara itu Audi menawarkan diskon hampir 30% untuk model e-tron, termasuk versi RS yang diklaim berperforma tinggi.
Kendati para pabrikan telah menebar diskon, konsumen di Korsel tidak terburu-buru kembali ke pasar kendaraan listrik. Menurut diler mobil di Korea, beberapa pembeli yang telah memesan kendaraan listrik baru kini bahkan membatalkan pembeliannya.
Adapun, hal yang meningkatkan kekhawatiran adalah wacana pemerintah Korsel tentang peraturan baru yang akan membatasi pengguna mobil listrik di tempat parkir bawah tanah karena risiko kebakaran. Hal itu dinilai cukup merepotkan bagi para pemilik mobil listrik.
Krisis yang terjadi di pasar kendaraan listrik bekas Korea Selatan merupakan gambaran tantangan yang lebih luas yang dihadapi industri ini. Tahun lalu, Korea Selatan merupakan satu-satunya pasar utama di antara AS, Eropa, dan China yang mengalami penurunan penjualan kendaraan listrik.
Menurut data dari Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korsel, serta pelacak pasar otomotif Carisyou, negara tersebut menjual 1,62 juta kendaraan listrik pada 2023, turun 1,1% dari tahun sebelumnya.
Penurunan ini terus berlanjut hingga 2024, dengan registrasi kendaraan listrik dari Januari sampai dengan Juli 2024 turun sebesar 13,4% secara tahunan (year-on-year (YoY).