Frugal Living: Apakah Ini Pola Pikir Seorang Miliarder?
Frugal Living adalah sebuah perspektif dan pola pikir tentang mengelola keuangan. Frugal living juga diartikan sebagai gaya hidup hemat dengan mengurangi pengeluaran yang tidak penting. Emrys Westacott (2016: 28–30) dalam bukunya “The Wisdom of Frugality” mendefinisikan frugal existence sebagai ‘hidup sederhana’, dalam bentuk ‘puas dengan kesenangan sederhana’.
Selanjutnya Emrys menjelaskan, banyak orang yang mengabaikan konsep hidup berhemat, namun pada saat menghadapi kondisi yang tidak terduga seperti krisis lingkungan dan krisis ekonomi, mereka kemudian menyadari bahwa hidup yang hemat adalah pilihan yang tepat.
Hal ini juga disampaikan oleh White J (2021) bahwa memang terdapat berbagai perspektif mengenai alasan untuk berhemat dan menerapkan cara hidup hemat. Namun dalam penelitiannya menjelaskan bahwa hidup berhemat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan generasi masa depan dari keterbatasan sumber daya di masa depan.
Dalam dua tahun terakhir Frugal living kembali banyak dibicarakan di media sosial. Banyak Masyarakat saat ini yang membagikan tips dan trik konsep gaya hidup frugal living versi mereka di media sosial. Di antaranya membagikan kisah mereka yang menahan diri untuk tidak membeli barang yang tidak benar-benar mereka butuhkan.
Mereka mulai mengenal istilah impulsive buying. Perlahan-lahan mereka mulai mengidentifikasi apakah perilaku belanja mereka ini merupakan impulsive buying dan berusaha untuk menghindarinya. Terkadang hal tersebut membuat mereka kesulitan. Sehingga ada yang berpendapat bahwa hidup hemat tidak harus menurunkan kualitas hidup.
Beberapa Masyarakat sangat setuju dengan konsep frugal living namun ada juga beberapa masyarakat yang tidak setuju dengan konsep gaya hidup tersebut. Di antara yang menolak berpendapat bahwa demi menjaga kewarasan dan kesehatan mental mereka tidak mau menerapkan hidup frugal. Mereka mengabaikan alternatif biaya yang lebih murah demi kenyamanan dalam berkehidupan. Seperti mereka lebih memilih berangkat dengan taksi ke kantor daripada bertarung dan berdesak-desakan di KRL.
Mereka lebih memilih untuk tinggal di apartemen yang lokasinya dekat dengan kantor daripada harus menempuh jalan yang macet dan panjang meskipun biayanya jauh berbeda. Beberapa orang juga menentang keras konsep frugal living, prinsip mereka yaitu hidup hanya satu kali maka nikmatilah hasil kerja keras kita hari ini karena hari esok belum tentu kita akan hidup dan bisa menikmati hasil kerja keras.
Bagaimanakah Pendapat Para Miliarder?
“Mendapat uang itu adalah satu hal. Menjaganya itu lain cerita” – Morgan Housel
Morgan Housel dalam bukunya “Psycholgy of Money” mengatakan bahwa terdapat satu cara agar manusia tetap kaya: yaitu dengan mengkombinasikan sikap hemat dan paranoia. Di mana untuk menerapkan kombinasi ini, diperlukan sikap kerendahan hati dan rasa takut manusia terhadap risiko kehilangan aset atau kekayaannya di masa depan.
Kerendahan hati yang dimaksud oleh Morgan Housel adalah pengakuan bahwa kesuksesan finansial atau uang yang telah diperoleh manusia saat ini tidak hanya semata-mata hasil dari kerja keras manusia itu sendiri, tetapi juga ada faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan. Seperti contoh, kondisi perekonomian dan kemampuan fisik/ kesehatan manusia dan faktor risiko tak terduga lainnya. Sedangkan paranoia yang dimaksud Housel bukanlah rasa takut yang irasional, tetapi lebih kepada bentuk kewaspadaan akan risiko dan ketidakpastian masa depan. Terutama dunia keuangan penuh dengan risiko apa yang tampak aman hari ini bisa berubah drastis esok hari. Oleh karena itu, penting untuk selalu siap menghadapi kemungkinan terburuk.
Wawancara yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley, PhD, terhadap 60 miliarder dari Oklahoma memberikan wawasan yang mendalam tentang pola pikir dan kebiasaan finansial mereka. Pesan utama yang disampaikan oleh kelompok miliarder ini adalah bahwa kecanduan konsumsi dan penggunaan kredit yang berlebihan dapat menghambat kemampuan seseorang untuk menikmati hidup secara optimal. Mereka menekankan bahwa perilaku konsumsi yang berlebihan sering kali berujung pada kecanduan kredit, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan finansial individu.
Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan dari wawancara ini meliputi: kecanduan konsumsi yang dapat menyebabkan kecanduan kredit, pentingnya hidup hemat dan sederhana, menikmati hidup tanpa beban utang, menjaga keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan, serta pentingnya edukasi finansial.
Menurut Thomas J. Stanley, PhD dalam bukunya “The Millionaire Mind,” yang perlu digarisbawahi adalah bahwa berhemat tidak berarti menjadikan seseorang pelit dan kikir. Banyak individu yang mungkin tidak terjerat oleh lembaga kredit, tetapi mereka diperbudak oleh uang. Kesalahan dalam penerapan frugal living dapat menyebabkan seseorang menjadi anti-sosial, menghindari menghadiri undangan pernikahan, atau enggan menjenguk kerabat demi menghemat pengeluaran. Mereka menjadi pelit dan kikir, bahkan tega menipu pasangan hidup dan anak-anak mereka.
Pada akhirnya, frugal living adalah sebuah konsep gaya hidup yang menekankan kebijaksanaan dalam penggunaan uang. Hidup hemat adalah bagian dari kebiasaan para miliarder, dan mereka menyarankan untuk menghindari perilaku konsumtif serta ketergantungan pada kredit untuk membiayai gaya hidup yang boros. Jika para miliarder memilih untuk hidup demikian, bagaimana dengan kita yang belum menjadi miliarder?