Informasi Terpercaya Masa Kini

7 Negara Kecam Pernyataan Bezalel Smotrich,Dubes Jerman: Mengerikan

0 20

TRIBUNNEWS.COM – Sedikitnya tujuh negara mengecam pernyataan Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich yang menyebut kelaparan di Gaza sebagai hal yang normal.

The Guardian menuliskan, menurut Smotrich membiarkan orang-orang di Gaza kelaparan adalah tindakan yang ‘dibenarkan dan bermoral’.

“Tidak seorang pun di dunia akan membiarkan kita membuat 2 juta orang kelaparan, meskipun hal itu mungkin dibenarkan dan bermoral untuk membebaskan para sandera,” ungkap menteri kabinet PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Adapun tujuh negara yang tak terima dengan ungkapan Smotrich mulai dari Mesir hingga Prancis.

1. Mesir

Mesir, pada hari Kamis, mengecam seruan Smotrich untuk membuat warga Palestina di Jalur Gaza kelaparan hingga mati, dengan menyebutnya “memalukan dan tidak dapat diterima baik dalam bentuk maupun isi”, Anadolu Agency melaporkan.

“Mesir mengecam pernyataan Smotrich, yang mengklaim ada pembenaran moral untuk membuat warga sipil Palestina di Gaza kelaparan,” kata Kementerian Luar Negeri Mesir dalam sebuah pernyataan.

2. Jerman

Jerman juga mengecam pernyataan Smotrich.

Demikian dilayangkan oleh juru bicara Kantor Luar Negeri di Berlin.

“Ini adalah pernyataan yang sama sekali tidak dapat diterima dan keterlaluan dari Menteri Keuangan Israel. Kami menolaknya dengan tegas,” kata juru bicara Kantor Luar Negeri di Berlin, mengutip middleeastmonitor.

Baca juga: Iran Abaikan Warganya Tanpa Perlindungan saat Bersiap Serang Israel

“Merupakan keharusan kemanusiaan dan prinsip dasar hukum humaniter internasional bahwa warga sipil harus dilindungi dalam perang dan harus memiliki akses terhadap air dan makanan,” tambah juru bicara tersebut.

Duta Besar Jerman untuk Israel, Steffen Siebert, menyebut pernyataan tersebut “tidak dapat diterima dan mengerikan.”

“Merupakan prinsip hukum internasional dan kemanusiaan untuk melindungi warga sipil dalam perang dan memberi mereka akses terhadap air dan makanan,” tulisnya di X.

3. Kanada

Kedutaan Besar Kanada di Israel pada hari Rabu mengecam pernyataan Smotrich yang dituliskan melalui platform media sosial X.

Menurut mereka, Smotrich bisa menghasut dan merusak perdamaian dunia.

Komentar yang menghasut ini merusak prospek perdamaian,” tulis cuitan.

4. Uni Eropa

CBC mengabarkan, Uni Eropa pada hari Rabu juga mengecam, dengan menyatakan bahwa “kelaparan yang disengaja terhadap warga sipil merupakan kejahatan perang.”

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menyebut pernyataan tersebut sangat memalukan dan menunjukkan penghinaan terhadap hukum internasional dan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan.

David Lammy, menteri luar negeri Inggris yang baru, mengatakan “tidak ada pembenaran atas pernyataan Menteri Smotrich.”

“Kami berharap pemerintah Israel yang lebih luas akan menarik kembali dan mengutuk mereka,” tulisnya di X.

5. Inggris

Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy juga mengecam pernyataan Smotrich, seperti dikabarkan daysofpalestina.

Ia meminta pemerintah Israel untuk mengklarifikasinya.

“Hukum internasional sudah sangat jelas – tindakan sengaja membuat warga sipil kelaparan adalah kejahatan perang,” cuit Lammy.

“Tidak ada pembenaran atas pernyataan Menteri Smotrich.”

6. Palestina

Kementerian Luar Negeri Palestina meminta Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengeluarkan surat penangkapan kepada Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich.

Langkah ini diambil oleh Palestina setelah Smotrich memberikan seruan dan sengaja ingin membuat dua juta orang di Gaza mati kelaparan.

Menurut kemenlu Palestina, pernyataan Smotrich ini merupakan sebuah fakta genosida yang sebenarnya dilakukan oleh Israel.

“Ini adalah pengakuan eksplisit atas penerapan dan pembualan kebijakan genosida,” kata Kementerian Luar Negeri Palestina dalam sebuah pernyataan pada Kamis (8/8/2024), dikutip dari Anadolu Anjansi.

7. Prancis

Kementerian Luar Negeri Prancis juga meminta pemerintah Israel untuk “mengutuk keras pernyataan yang tidak dapat diterima ini”.

“Prancis menekankan bahwa penyediaan bantuan kemanusiaan kepada 2 juta warga sipil dalam keadaan darurat mutlak, di wilayah yang diblokade dengan titik akses yang dikendalikan oleh Israel, merupakan kewajiban berdasarkan hukum humaniter internasional, sebagaimana yang telah diingatkan oleh Mahkamah Internasional,” kata pernyataan itu.

Profil dan Sosok

Nama lengkapnya adalah Bezalel Yoel Smotrich, lahir pada tanggal 27 Februari 1980 di Haspin, di Dataran Tinggi Golan, dikutip dari jewishvirtuallibrary.

Ia tumbuh di pemukiman Beit El di Tepi Barat.

Ayahnya adalah seorang rabi Ortodoks , dan Smotrich menerima pendidikan agama, menghadiri Mercaz HaRav Kook, Yashlatz, dan Yeshivat Kedumim.

Selama berdinas di Pasukan Pertahanan Israel, ia bertugas di Divisi Operasi Staf Umum.

Ia meraih gelar Bachelor of Arts (BA) di bidang hukum dari Ono Academic College.

Ia juga memegang gelar LLB (sarjana hukum) dan merupakan pengacara berlisensi.

Baca juga: Palestina Geram, Desak ICC Tangkap Smotrich yang Sengaja Ingin Buat 2 Juta Warga Gaza Mati Kelaparan

Dirinya juga mempelajari hukum publik dan internasional untuk gelar LLM di Hebrew University of Jerusalem .

Pada tahun 2013, Smotrich diangkat menjadi Pengawas Resmi Pusat Penahanan Asosiasi Pengacara , dan pada tahun 2014, ia diangkat menjadi perwakilan publik di majelis Dewan Jurnalisme.

Smotrich merupakan salah satu pendiri gerakan Regavim – sebuah organisasi nonpemerintah yang mempromosikan kedaulatan Israel di Tepi Barat – dan menjabat sebagai direkturnya.

Ia juga mengelola yeshiva di Kedumim. Ia merupakan salah satu pendiri dan manajer Asosiasi Yeshiva Zionis pasca-Sekolah Menengah Atas dan menjabat sebagai anggota dewan.

Ia merupakan anggota dewan Gerakan Komemiyut, anggota dewan Netanya Education Group, dan anggota dewan Bnei Hayil Yeshiva di Kedumim untuk anak-anak dengan ADHD.

Ia ditangkap selama protes terhadap rencana pemisahan diri pada tahun 2005 dan ditahan di penjara selama tiga minggu tetapi tidak didakwa.

Smotrich menentang pernikahan sesama jenis dan merupakan pendukung “nilai-nilai keluarga.”

Pada tahun 2006, ia membantu menyelenggarakan “Beast Parade” sebagai bagian dari protes terhadap parade kebanggaan kaum gay di Yerusalem , meskipun ia kemudian mengatakan bahwa ia menyesali insiden tersebut.

Smotrich bergabung dengan Partai Tkuma , yang maju sebagai bagian dari daftar Jewish Home untuk pemilihan umum 2013.

Ia kembali maju dalam daftar yang sama pada pemilihan umum 2015 , memenangkan kursi di Knesset, dan diangkat sebagai Wakil Ketua DPR.

Ia juga merupakan anggota Komite Keuangan, Komite Urusan Dalam Negeri dan Lingkungan Hidup, Komite Pengawasan Negara, dan anggota pengganti Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan.

Ia juga mengepalai Lobi untuk Memperkuat dan Mengembangkan Galilea, Lobi untuk Memperkuat Pemerintahan, Lobi untuk Mendorong Komunitas Berorientasi Misi, Lobi untuk Menerapkan Kedaulatan ke Yudea dan Samaria, Lobi untuk Eretz Israel, Lobi untuk Mendorong Pertumbuhan Populasi di Negara Yahudi, dan Lobi untuk Mendorong Komunitas dan Kelompok Berorientasi Tugas, serta lobi-lobi lainnya.

Tahun 2018, ia terpilih sebagai pemimpin Partai Persatuan Nasional dan diberi posisi nomor dua untuk pemilihan 2019 di belakang Rafi Peretz .

Smotrich menentang pembentukan negara Palestina dan percaya bahwa mereka harus diberi tiga pilihan: pergi, menerima pemerintahan oleh negara Yahudi, atau berperang dan dikalahkan.

Ia mendukung pencaplokan wilayah yang disengketakan dan melegalkan pos-pos terdepan yang dibangun di tanah milik Palestina yang tidak disetujui oleh pemerintah.

Smotrich juga telah menyatakan dirinya sebagai “homofob yang bangga” dan mengorganisir “Beast Parade,” pawai anti-LGBTQ di Yerusalem untuk memprotes parade Pride tahunan kota itu.

Pada tahun 2016, ia menyerukan pemisahan ibu-ibu Arab dan Yahudi di rumah sakit Israel.

“Wajar saja jika istri saya tidak ingin berbaring di samping seseorang yang baru saja melahirkan bayi yang mungkin akan membunuh bayinya dalam 20 tahun ke depan,” katanya.

Sebelum pemilihan umum 2022 , Benjamin Netanyahu menjadi perantara kesepakatan bagi Partai Zionisme Religius milik Bezalel Smotrich untuk maju bersama dengan Otzma Yehudit milik Itamar Ben Gvir guna memastikan mereka akan memenangkan kursi di Knesset.

Secara individu, mereka cenderung tidak berhasil dan akan merampas suara yang dibutuhkan Netanyahu jika ia berharap menjadi perdana menteri. Smotrich berada di urutan pertama dalam daftar bersama, dan Ben Gvir di urutan kedua.

Partai tersebut tampil lebih baik dari yang diharapkan, memenangkan hampir 11 persen suara dan 14 kursi, menjadikannya partai terbesar ketiga di Knesset ke-25 .

Kemungkinan partai tersebut akan menjadi bagian dari koalisi pemerintahan di bawah Netanyahu telah membuat khawatir banyak warga Israel, orang Yahudi di luar negeri, dan para pemimpin internasional.

Smotrich diangkat menjadi Menteri Keuangan dan juga Menteri di Kementerian Pertahanan.

Karena pandangan ekstremisnya, pejabat pemerintahan Biden tidak mau bertemu dengan Smotrich.

Smotrich menikah dengan Revital dan memiliki lima orang anak. Keluarga tersebut tinggal di pemukiman Kedumim di Tepi Barat.

Buntut Pemakluman

Diketahui, pernyataan Smotrich itu disampaikan pada awal minggu ini.

Menurut Smotrich, Israel tidak memiliki pilihan untuk mengizinkan bantuan memasuki Gaza.

Tidak hanya itu, Smotrich juga menekankan membuat dua juta warga Gaza kelaparan adalah hal yang dibenarkan.

“Dalam realitas global saat ini, kita tidak dapat mengelola perang. Tidak seorang pun di dunia akan membiarkan kita membuat dua juta orang kelaparan, meskipun itu mungkin dibenarkan dan bermoral demi membebaskan para sandera,” katanya.

Februari lalu, Amnesty International mengatakan Israel menentang putusan ICJ untuk mencegah genosida dengan gagal mengizinkan bantuan kemanusiaan yang memadai untuk mencapai Gaza.

Meski begitu, Israel tiada henti memberlakukan blokade yang mencekik di Gaza sehingga wilayah itu berada di ambang kelaparan.

Konflik Palestina vs Israel

Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga saat ini.

Israel juga telah mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera dan terus melancarkan serangan brutal di Gaza.

Akibat genosida Israel di Gaza, hampir 40.000 warga Palestina terbunuh.

Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.

Serangan Israel juga menyebabkan lebih dari 91.600 warga Gaza terluka.

Sebagian besar wilayah Gaza saat ini hancur setelah lebih dari 10 bulan perang Israel.

(Tribunnews.com/ Chrysnha, Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Bezalel Smotrich, ICC dan Konflik Palestina vs Israel

Leave a comment