Informasi Terpercaya Masa Kini

Kisah 3 Ibu Negara Meninggal Mendahului Sang Suami,Istri Soeharto Wafat karena Serangan Jantung

0 52

TRIBUNJATIM.COM – Sosok dan kisah para Ibu Negara selalu menjadi sorotan.

Tiga Ibu Negara ini diketahui meninggal dunia mendahului sang suami.

Sebelum meninggal dunia, ketiga Ibu Negara ini berjuang melawan penyakit yang dideritanya.

Perjuangan mereka melawan penyakit dan bagaimana kesetiaan suaminya mendampingi, menuai simpati publik.

Tak heran, saat tiga Ibu Negara ini meninggal dunia, satu Indonesia ikut berduka.

Mereka adalah Ibu Tien istri Soeharto, Ainun istri BJ Habibie, dan Ani Yudhoyono istri Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Ani Yudhoyono diketahuimenderita sakit kanker darah jenis leukemia sebelum meninggal.

Kanker darah merupakan kanker yang memengaruhi produksi dan fungsi sel darah, bahkan sebagian besar kanker darah dimulai dari sumsum tulang di mana darah diproduksi. 

Jenis kanker darah ada 3 macam, yaitu leukemia (kanker yang menyerang sel darah putih), limfoma (kanker yang memengaruhi kelenjar limpa), dan myeloma (kanker yang menyerang sel plasma).

Jenis kanker darah yang dialami Ani Yudhoyono ternyata leukemia yang mengaharuskannya melakukan transplantasi sumsum tulang belakang atau lebih dikenal bone marrow transplant.

Baca juga: SBY Bakal Hadiri Upacara Peringatan HUT RI ke-79 di Pacitan, Bupati: Ajak Teman-Teman Semasa Akmil

Bahkan Ani Yudhoyono telah mendapatkan seorang pedonor yang merupakan adiknya sendiri, Jenderal Pramono Edhie Wibowo.

Namun karena kondisi Ani Yudhoyono yang belum stabil, proses pencangkokan sumsum tulang belakang tersebut tak kunjung dilakukan, mengingat untuk menjalani hal tersebut diperlukan kondisi yang cukup prima dan bugar.

Namun tahukah, tak hanya Ani Yudhoyono yang mengembuskan napas terakhirnya dalam kondisi sakit, dua Ibu Negara ini pun alami hal serupa.

Sembilan tahun sebelum wafatnya Ani Yudhoyono, ada salah satu istri mantan presiden ke-3 Indonesia, BJ Habibie yaitu Ainun Habibie yang meninggal akibat berjuang melawan kanker usus besar.

Baca juga: Sosok Ilham Habibie, Pakar Penerbangan Putra Presiden BJ Habibie, Akan Maju di Pilgub Jabar 2024

Hasri Ainun Habibie mengembuskan napas terakhirnya di RS Munich, Jerman pada 22 Mei 2010.

Awalnya Aninun Habibie tidak menyangka jika dirinya mengalami penyakit tersebut, hinga suatu saat menjalani proses pemeriksaan kesehatan.

Di sinilah, terungkap penyakit yang menyebabkan Ainun Habibie dirawat intensif sejak 24 Maret 2010.

Melansir dari Mayo Clinic, kanker usus besar adalah jenis kanker yang dimulai di usus besar (bagian terakhir dari saluran pencernaan).

Kanker usus besar biasanya terjadi pada seseorang di usia tua (lebih dari 50 tahun), meskipun itu bisa terjadi pada usia berapa pun.

Biasanya ditandai sebagai gumpalan kecil, sel non-kanker (jinak) yang disebut polip yang terbentuk di bagian dalam usus besar.

Seiring waktu beberapa polip ini dapat menjadi kanker usus besar.

Jika kanker usus besar berkembang, banyak perawatan tersedia untuk membantu mengendalikannya, termasuk pembedahan, terapi radiasi dan perawatan obat, seperti kemoterapi, terapi yang ditargetkan dan imunoterapi.

Kanker usus besar kadang-kadang disebut kanker kolorektal, yang merupakan istilah yang menggabungkan kanker usus besar dan kanker dubur, yang dimulai pada dubur.

Seorang yang mengalami kanker usus besar umumnya akan mengalami buang air besar secara terus menerus, pendarahan di dubur atau tinja, kelelahan, penurunan berat badan, dan lainnya.

Kanker inilah yang menggerogoti Ainun Habibie hingga akhirnya meninggal dunia pada 22 Mei 2010.

Seperti halnya SBY, saat itulah merupakan masa tersulit BJ Habibie yang ditinggalkan sang istri tercinta untuk selamanya.

Baca juga: Kecantikan Ibu Tien Muda Disebut Mirip Arsy Hermansyah, Pantas Soeharto Kepincut: Menik-menik

Selain Ainun Habibie dan Ani Yudhoyono, ada satu lagi Ibu Negara yang wafat akibat sakit yang diderita.

 

Adalah Raden Ayu Siti Hartinah atau akrab disapa Tien Soeharto juga meninggal akibat suatu penyakit.

Kematian Tien Soeharto memang penuh kesimpang-siuran, banyak yang menyebutkan bahwa Tien Soeharto wafat akibat tembakan peluru panas yang menembus dadanya.

Namun terlepas dari bayang-bayang tersebut, Tien Soeharto ternyata sempat mengalami serangan jantung.

Salah seorang saksi detik-detik wafatnya Tien Soeharto adalah Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto yang pernah menjadi ajudan Soeharto dari tahun 1995 hingga 1998.

Menurut pengakuannya, seperti dilansir Tribun Jatim, saat itu, dia baru saja menemani Soeharto memancing di Anyer, Banten, pada Jumat, 26 April 1996.

Ketika Soeharto sedang memancing yang ditemani dirinya, ibu Tien Soeharto sedang berada di sentra pembibitan buah Mekarsari.

Menurut Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto, saat itu Tien terlalu asyik, dan bergembira melihat sejumlah tanaman yang sedang berbuah di tempat itu.

Sehingga, dia pun kurang memerhatikan kesehatannya. Padahal saat itu dirinya sudah memiliki gangguan jantung.

Dokter tidak membolehkan ibu Tien Soeharto berjalan terlalu jauh dan lama.

Tapi hal itu selama di Taman Buah Mekarsari dilanggar ibu Tien Soeharto.

Saat Soeharto kembali ke rumah, dan bertemu sang istri pada sore harinya, menurut Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto, suasana berlangsung seperti biasanya.

Meski demikian, kala itu Tien tetap harus terus beristirahat karena kelelahan.

Namun, sesuatu tiba-tiba terjadi pada Minggu (28/4/1996) dini hari. Tepatnya, sekitar pukul 04.00 WIB.

“Baru pada Minggu dini hari sebelum subuh, sekitar pukul 04.00, Ibu Tien mendapat serangan jantung mendadak,” kata Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto, seperti dikutip dalam buku “Pak Harto, The Untold Stories”.

Saat itu, sang Ibu Negara Tien Soeharto terlihat sulit bernapas.

“Saya melihat dokter Kepresidenan, Hari Sabardi, memberi bantuan awal pernapasan dengan tabung oksigen. Saya sendiri turut membawa Ibu Negara dari rumah ke mobil dan selanjutnya ke RSPAD. Saat itu, selain Pak Harto, Mas Tommy dan Mas Sigit ikut mendampingi,” sambung Sutanto.

Sejumlah upaya medis untuk menyelamatkan Tien pun dilakukan oleh tim dokter, meski pada akhirnya Tien wafat.

“Sekitar pukul 05.10, Ibu Tien mengembuskan napas terakhir dan meninggalkan berbagai kenangan kepada seluruh rakyat Indonesia,” kata Sutanto.

Tien Soeharto meninggal 2 tahun sebelum sang suami yang menjabat sebagai Presiden ke-2 Republik Indonesia itu turun tahta, yaitu pada 28 April 1996.

Dari fakta mengenai ibu Tien Soeharto yang disampaikan oleh Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto, kita semua mendapat pelajaran berharga.

Menurut penelitian di Technical University of Munich, risiko kematian wanita akibat serangan jantung lebih mengerikan dibanding pria.

Namun serangan jantung pada wanita berbeda dengan serangan jantung pada laki-laki yang sering merasa sakit pada bagian dadanya.

Gejala serangan jantung yang biasanya dialami wanita, yaitu kelelahan yang tak biasa, keringat dingin, sesak napas, bahkan nyeri di bagian rahang, leher, punggung, dan lengan.

Itulah 3 Ibu Negara yang wafat dalam penyakit serius yang dideritanya.

Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com

Berita Viral Nasional lainnya

Leave a comment