Informasi Terpercaya Masa Kini

Tujuh tren wisata yang akan populer sepanjang 2025

0 3

Apakah Anda sudah membuat rencana berwisata pada 2025?

Setiap tahun, perusahaan perjalanan kelas dunia seperti Airbnb dan Booking.com memperkirakan kecenderungan para pelancong berdasarkan data survei, perilaku pengguna, dan pemesanan di muka.

Prediksi tahunan ini menyajikan berbagai ide pariwisata baru seperti destinasi baru dan apa yang memotivasi para pelancong dalam menjelajahi dunia.

“Orang-orang cenderung mengikuti tren,” tutur Jenny Southan, CEO dari Globetrender, perusahaan yang memprediksi perjalanan dunia.

“Dunia semakin kompleks dan serba cepat. Tren memberikan kita struktur dan pemahaman.”

Dalam konteks perjalanan, Southan menyebut tren memberikan informasi dan panduan tentang bagaimana orang-orang berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

Bagi pengamat perilaku konsumen dan CEO Concept Bureau, Jasmine Bina, tren-tren perjalanan menyimbolkan keinginan terdalam dari para pelancong.

“Pilihan-pilihan perjalanan mencerminkan hasrat orang-orang saat terbebas dari rutinitas,” ujar peneliti tren budaya masa depan itu.

“Dewasa ini, yang benar-benar mereka inginkan adalah merasakan transformasi.”

Kondisi sebagian besar industri pariwisata sudah mulai pulih seperti masa sebelum pandemi.

Di sisi lain, ketidakpastian ekonomi, perang di Ukraina dan Timur Tengah, serta pergantian presiden di AS membuat tren perjalanan tahun 2025 seolah tidak dapat diprediksi.

“Bisa dibilang kita semua sedang mencari fondasi kehidupan yang baru,” ujar Bina.

“Tren perjalanan seperti mengamati bintang, liburan romantis, wisata nostalgia, wisata tidur, detoksifikasi digital, dan sebagainya, menunjukkan bagaimana kebanyakan orang ingin memperoleh makna hidup yang lebih mendalam.”

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

Senada, Southan meyakini tren perjalanan menciptakan pemahaman bersama tentang apa yang penting bagi orang-orang di seluruh dunia,

“Contohnya ketika ada yang meningkat terhadap destinasi unik. Ini dapat membantu kita memahami apa yang penting bagi para pelancong secara global,” jelasnya.

Berikut adalah sejumlah tren teratas yang diprediksi untuk tahun 2025 yang diprediksi beberapa perusahaan perjalanan dan operator tur terkemuka di dunia.

1. Wisata malam

Wisata malam alias noctourism (singkatan dari nocturnal tourism atau turisme nokturnal) mencakup kegiatan wisata yang dilakukan pada malam hari.

Misalnya, mengunjungi museum-museum yang buka sampai malam. Selain itu, pelancong juga menikmati pemandangan alam yang hanya terlihat di malam hari.

Seperti pantai yang bersinar dalam gelap karena bioluminesensi, atau menyaksikan aurora borealis.

Tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun yang sangat baik untuk melihat aurora borealis. Matahari akan mengeluarkan lebih banyak energi, yang akan berinteraksi dengan atmosfer bumi dan menciptakan cahaya utara indah.

Trailfinders, perusahaan perjalanan Inggris, merekomendasikan Lapland Finlandia dan Kepulauan Lofoten Norwegia, serta Svalbard dan Islandia sebagai destinasi utama untuk melihat fenomena ini.

Turisme nokturnal selaras dengan salah satu tujuan utama pariwisata: membantu kita lebih memahami dan menghargai dunia di sekitar kita.

2. Eskapisme demi merasakan kedamaian

Calmcations adalah jenis liburan yang dirancang khusus untuk memberikan ketenangan dan kedamaian kepada para wisatawan.

Menurut laporan dari WHO, kebisingan, terutama dari kendaraan bermotor, sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat di Eropa Barat.

Perusahaan pelayaran Havila Voyages menawarkan perjalanan di sepanjang pantai Norwegia yang dirancang khusus menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.

Mereka bahkan menyediakan stasiun pemantauan suara yang membandingkan tingkat kebisingan dengan kota-kota sibuk seperti New York, Paris, dan London.

Ada juga perusahaan yang menawarkan liburan di kabin tanpa akses internet atau televisi, seperti Unplugged di Inggris dan Eropa. Mereka membantu wisatawan untuk melepaskan diri dari teknologi dan menikmati ketenangan.

Selain itu, ada juga resor seperti Majamaja di Finlandia yang menyediakan kabin-kabin yang dirancang agar para tamu bisa terhubung dengan alam.

3. Penggunaan kecerdasan buatan

Di sisi lain, kemajuan teknologi akan memainkan peran yang lebih besar dalam perencanaan perjalanan.

Data dari perusahaan teknologi perjalanan Amadeus menunjukkan hampir 50% dari penggunanya mulai menggunakan kecerdasan buatan generatif (generative AI) untuk merencanakan perjalanan sepanjang tahun 2025.

Survei yang sama menemukan sebagian besar perusahaan perjalanan rupanya masih gamang dalam penggunaan teknologi ini.

Satu perusahaan yang bisa dijadikan contoh adalah Byway, sebuah perusahaan perjalanan non-penerbangan.

Byway telah membuat mesin AI milik sendiri untuk menyederhanakan jadwal perjalanan dan perjalanan lintas negara Eropa.

Perusahaan lainnya seperti TripAdvisor menggunakan kecerdasan buatan untuk membantu wisatawan merencanakan perjalanan mereka.

Di beberapa bandara, kecerdasan buatan juga digunakan untuk menyortir bagasi dengan lebih efisien.

Hotel-hotel seperti Hyatt memperkenalkan tempat tidur yang dilengkapi teknologi AI untuk memantau detak jantung dan tekanan darah tamu saat tidur.

Perkembangan teknologi dalam pariwisata bukan berarti cara-cara tradisional ditinggalkan begitu saja.

Penelitian ABTA, sebuah asosiasi agen perjalanan dan operator tur, Generasi Z pun masih gemar melihat-lihat brosur liburan.

Ini menunjukkan tidak semua orang menyukai penggunaan teknologi dalam perjalanan.

4. Romansa liburan kembali populer

Perkembangan digitalisasi juga memicu peningkatan kelelahan digital, khususnya dalam hal romansa. Menurut survei Forbes Health tahun 2024, 79% Generasi Z merasa lelah dengan kencan online.

Globetrender dan Amadeus pun memprediksi meningkatnya minat untuk bertemu orang baru saat berlibur.

Saat ini, semakin banyak kesempatan bertemu orang baru selama liburan, baik dalam perjalanan berkelompok ataupun melancong seorang diri.

Beberapa perusahaan perjalanan, seperti G Adventures dan Flash Pack, menawarkan program khusus wisatawan solo yang ingin bertemu orang-orang baru dan bersosialisasi.

5. Tujuan wisata yang tidak populer menjadi pilihan utama

Pada tahun 2024, semakin banyak tempat wisata populer yang sudah terlalu ramai pengunjung. Akibatnya, banyak pelancong mencari tempat-tempat yang kurang terkenal untuk berlibur.

Perusahaan perjalanan Byway menyebut “orang-orang ingin bepergian ke tempat yang menyambut mereka dengan tulus”.

Byway memprediksi tren “destinasi duplikat” yaitu lokasi liburan mirip dengan tempat wisata yang lebih populer. Dalam konteks Inggris, mereka mencontohkan wisatawan mungkin akan beralih dari Cornwall ke Norfolk.

Beberapa perusahaan perjalanan juga merekomendasikan destinasi yang kurang umum untuk tahun 2025.

Trailfinders merekomendasikan Uzbekistan di Asia Tengah. Sedangkan operator tur mewah Scott Dunn menyarankan pulau-pulau di Afrika Timur seperti Zanzibar dan Madagaskar.

Mereka juga merekomendasikan pengalaman kapal pesiar mewah di pulau Aldabra yang terpencil.

Daftar 20 destinasi teratas Airbnb untuk tahun 2025 juga mencakup kota-kota yang kurang terkenal seperti Milton Keynes dan East Sussex di Inggris.

Di sisi lain, kota-kota besar seperti Roma, Tokyo, dan Milan yang sebelumnya mengalami overtourism rupanya masih menjadi pilihan utama.

Ini menunjukkan masalahnya masih akan tetap membayangi 2025.

6. Safari di tempat-tempat yang sejuk

Orang-orang yang biasanya berlibur di negara-negara Eropa Selatan, seperti Italia dan Spanyol, diperkirakan mulai mencari tempat-tempat lebih sejuk untuk berlibur.

Hal ini dikarenakan suhu di wilayah-wilayah tersebut semakin tinggi akibat perubahan iklim.

Scott Dunn mencatat peningkatan pemesanan perjalanan ke Finlandia dan Norwegia mencapai 26% pada tahun 2024.

Untuk tahun 2025, mereka memprediksi lebih banyak wisatawan yang bertandang ke Eropa Utara karena suhu musim panas di wilayah itu lebih sejuk.

Perubahan iklim juga mempengaruhi waktu terbaik untuk melakukan safari di Afrika.

Scott Dun mencatat bulan Desember sebelumnya merupakan bulan puncak bersafari. Sekarang? Waktu terbaik untuk melihat satwa liar di Afrika justru berpindah ke bulan Maret.

Faktor perubahan pola iklim dan harga yang lebih terjangkau diperkirakan menyebabkan pergeseran ini.

Perubahan iklim adalah realita yang harus dihadapi. Industri pariwisata dan para wisatawan pun mulai menyesuaikan perjalanan mereka.

7. Wisata nostalgia

Kesuksesan tur dunia penyanyi pop Taylor Swift yang berakhir pada Desember 2024 turut mendorong pertumbuhan pariwisata di banyak negara.

Bisakah ikon musik tahun 90-an seperti Oasis dan Eminem melakukan hal yang sama pada tahun 2025?

Yang jelas, tur dunia musisi senior seperti Eminem dan Oasis juga menunjukkan tren lain: kebangkitan pariwisata nostalgia.

Globetrender menyebut tren ini sebagai “New Heydays”. Generasi Milenial yang memasuki usia menengah pada tahun ini akan mencari kegiatan liburan yang terinspirasi kenangan masa lalu.

Di Amerika Serikat, misalnya, orang-orang dewasa diperkirakan akan mengikuti kamp-kamp musim panas yang bersifat nostalgia masa kecil.

Globetrender juga memprediksi peningkatan minat berkemah di Eropa seperti Eurocamp.

Di platform AirBnB, muncul penawaran seperti Polly Pocket yang mungkin mengingatkan pengalaman menginap di rumah teman sebaya pada masa kecil.

Tren ini menunjukkan banyak orang mencari cara mengurangi stres saat berlibur dengan menghidupkan memori masa kecil yang penuh keriangan.

Versi bahasa Inggris artikel ini dengan judul ‘The seven travel trends that will shape 2025 dapat Anda baca di BBC Travel.

Baca juga:

  • ‘Set-jetting’, tren berkunjung ke lokasi syuting serial favorit – ‘Kenyataan tak seindah layar kaca’
  • Pemandangan Aurora Borealis yang langka di penjuru dunia, apa penyebabnya?
  • ‘Suara-suara aneh dari kamar sebelah hingga sosok anak kecil di lorong’ – Mengapa hotel ‘berhantu’ tetap ramai dihuni turis?
  • Perjalanan 60 tahun Shinkansen yang mengubah Jepang
  • Teka-teki pelarian penyair Prancis Arthur Rimbaud di Indonesia setelah desersi dari KNIL
  • Kisah ‘Mimi Campervan Girl’, perempuan yang menjelajahi Indonesia dengan mobil minivan
  • Mencari Lautan Bintang nan misterius di Maladewa

Baca juga:

  • Pemerintah Jepang sengaja halangi pemandangan Gunung Fuji, mengapa?
  • Kyoto akan melarang turis mengunjungi distrik Geisha akibat perilaku ‘tak terkendali’
  • Mengapa ‘selfie’ di Berlin, ibu kota Jerman, dianggap aneh dan egois?

Baca juga:

  • Perjalanan 60 tahun Shinkansen yang mengubah Jepang
  • ‘Suara-suara aneh dari kamar sebelah hingga sosok anak kecil di lorong’ – Mengapa hotel ‘berhantu’ tetap ramai dihuni turis?
  • Delapan hotel kapsul terunik di dunia
Leave a comment