Kisah Shogun yang Selama 700 Tahun Berkuasa dalam Kekaisaran Jepang
TEMPO.CO, Jakarta – Shogun, serial drama yang mengisahkan sejarah Jepang ini diangkat dari novel klasik karya James Clavell. Serial ini mengisahkan konflik politik dan budaya yang ada di Jepang, tepatnya pada abad ke-17. Serial drama Shogun mendapatkan reaksi dari penonton hingga dari kritikus film sebab alur cerita yang dikemas begitu apik dan detail, hingga meraih 4 penghargaan di Golden Globes 2025.
Serial Shogun mengangkat cerita tentang perjalanan dari John Blackthorne, seorang pelaut asal Inggris yang terdampar di sebuah desa di Jepang, dan menyajikan kombinasi antara intrik politik, ambisi kekuasaan, serta romansa yang mendalam. Dalam konteks sejarah yang kaya, Shogun mengeksplorasi interaksi antara pemimpin militer dan kepala pemerintahan, seperti Lord Yoshii Toranaga, yang berjuang untuk mempertahankan kekuasaannya di tengah ancaman dari rival politik.
Sejarah Shogun
1. Shogun Pertama
Menurut National Geographic, shogun adalah pemimpin militer turun-temurun yang secara teknis ditunjuk oleh kaisar. Shogun di abad pertengahan terkenal dengan gaya diktator militer. Mereka memerintah kekaisaran dengan sistem feodal. Shogun pertama kali didirikan sebagai sebuah institusi oleh shogun pertama, Minamoto no Yoritomo pada 1192. Namun, shogun berkuasa di Jepang selama tujuh abad dan pemerintahan berakhir dengan Restorasi Meiji pada 1868.
Pengabdian dan kesetiaan militer bawahan diberikan sebagai imbalan atas perlindungan majikan atau tuannya. Dengan pemerintahan shogun pertama di kekaisaran Jepang oleh Minamoto no Yoritomo yang pada saat itu terjadinya perang Genpei pada 1180-1185 memberikan kemenangan Klan Minamoto atas Taira. Pemimpin Klan Minamoto, Minamoto no Yoritomo, kemudian menjadi pemimpin militer paling kuat di Kekaisaran Jepang.
2. Makna Gelar Shogun
Yoritomo kemudian menjadikan dirinya sebagai shogun pertama atau yang bisa disebut sebagai diktator militer di Kekaisaran Jepang. Shogun adalah pihak pertama yang menawarkan sistem pemerintahan alternatif selain sistem pemerintahan Kekaisaran Jepang.
Gelar yang dipegang shogun adalah “Pelindung Militer” yang telah digunakan sebelumnya (seii tai shogun). Akan tetapi, gelar ini hanya bersifat sementara bagi komandan militer yang berkampanye melawan Ainu di abad ke-8. Dalam konteks itu, gelar shogun diterjemahkan sebagai generalissimo yang menundukkan orang barbar.
Sebenarnya, gelar shogun pertama kali diciptakan oleh sepupu Yoritomo, Minamoto Yoshinaka yang memimpin pasukan Klan di Heiankyo pada 1183. Meskipun ia tidak menerimanya dari kaisar, seperti tradisi. Yoritomo kemudian menyandang gelar shogun dengan makna baru yang lebih luas berkat persetujuannya dengan Kaisar muda Go-Toba.
Sang Kaisar menganugerahkannya sebagai imbalan dari perlindungan militer Yoritomo. Secara teknis, kaisa berada di atas shogun, tetapi dalam praktiknya kedudukan ini justru sebaliknya sebab siapa pun yang menguasai tentara juga menguasai kekaisaran. Dalam praktiknya pun, para kaisar menjalankan fungsi mereka secara seremonial dan shogun pun membutuhkan dukungan kaisar untuk memberikan lapisan legitimasi pada pemerintahan mereka sendiri.
3. Perkembangan Pemerintahan Shogun di Kekaisaran Jepang
Pemerintahan keshogunan, yang juga dikenal sebagai bakufu, didasarkan pada sistem feodal yang mengatur hubungan antara tuan tanah dan bawahan mereka.
Di puncak hierarki ini terdapat shogun, atau bupati shogun, yang memberikan lahan kepada para pengikut setianya sebagai imbalan atas layanan militer mereka. Shogun dibantu oleh berbagai menteri, pejabat, dan lembaga dalam menjalankan pemerintahan, banyak di antaranya ditambahkan seiring dengan semakin kompleksnya struktur pemerintahan.
Salah satu posisi penting dalam pemerintahan adalah wakil shogun (kanrei). Kenrei biasanya dipegang secara bergilir oleh anggota dari tiga keluarga: Shiba, Hosokawa, dan Hatakeyama. Posisi ini telah ada sejak 1333 dan berfungsi sebagai penghubung antara shogun dan gubernur militer regional serta wakil-wakil mereka.
Shogun pernah menjadi pemegang kekuasaan nyata dalam Kekaisaran Jepang, dengan Tokugawa Ieyasu sebagai salah satu shogun terkemuka yang berhasil menyatukan Jepang. Pada tahun 1180, dibentuklah dewan pengikut atau samurai-dokor untuk mengawasi prajurit bawahan (gokenin) dan menerapkan disiplin atas pelanggaran kecil. Dewan ini kemudian juga bertanggung jawab mengawasi agen pemerintah di provinsi serta keamanan heiankyo.
Seiring berjalannya waktu, untuk memperluas kekuasaan keshogunan ke seluruh wilayah, dua kantor lokal penting dibentuk: shugo dan jito. Shugo berfungsi sebagai gubernur militer provinsi dengan tugas kepolisian, sedangkan jito bertanggung jawab untuk memungut pajak dari perkebunan swasta. Seiring waktu, kedua posisi ini berkembang menjadi turun-temurun, sehingga banyak daimyo atau penguasa feodal di Kekaisaran Jepang pada abad pertengahan memiliki nenek moyang yang menjalankan tugas-tugas tersebut.
Karunia Putri berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Fakta-fakta Serial Shogun yang Borong 4 Piala di Golden Globes 2025